Share

SPESIAL

Bakda shalat maghrib, aku dan Dikta masih duduk santai di teras masjid. Banyak orang yang beribadah di masjid ini. Di depan masjid pun ada beberapa penjual makanan yang menjajakan dagangannya.

"Masih sakit?" tanyaku saat melihat Dikta melipat celana bagian bawahnya.

"Nggak. Lebih sakit jika kamu yang terluka," balasnya santai lalu mendongak ke arahku yang buru-buru mengalihkan pandangan. Aku nggak mau kedua mata kami bertemu.

"Isshhh, ditanya beneran malah bercanda."

"Siapa yang bercanda sih, Lan? Serius ini." Aku kembali mencebik, meski dalam hati berbunga-bunga.

"Rasa itu masih sama seperti dulu, Lan. Nggak ada yang berubah. Aku tak tahu bagaimana perasaanmu setelah perpisahan kita lima tahun lalu, tapi entah mengapa aku merasa yakin dengan hatiku sendiri. Aku percaya pilihanku tak salah jika kamu memang perempuan yang terbaik."

Dikta menghela napas panjang lalu kembali menoleh ke arahku. Aku hanya meliriknya sekilas lalu kembali menundukkan kepala.

"Apa karena ucapan Mas Radi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status