Share

BAB 17_ANDAI SAJA

Setelah memasak untuk makan siang, aku bergegas menuju kamarku. Kepalaku rasanya sangat pusing. Bahkan aku merasa memiliki dua jantung yang sedang berdetak. Sembari berjalan dengan pelan, aku mengelus perutku.

"Pel rumah. Debu semua," ujar Wak Erni yang melewatiku. Dia membawa sebuah ponsel, seperti sedang menonton film.

"Nanti sore, Wak. Arsih mau rehat dulu. Makan siang sudah siap," ujarku.

"Manja. Pel dulu baru boleh ke kamar!"

Wanita itu berlalu menuju dapur. Pastilah dia akan makan. Benar-benar manusia tak berhati nurani. Aku tidak peduli dengan perintahnya. Seandainya bukan Wak Yanto yang ikut makan, aku tidak akan mau masak. Sekarang perutku sudah kenyang, karena aku lebih dulu makan.

"Mak! Aku pergi dulu!" seru Ana.

"Oke. Salam sama dokter ganteng itu, ya! Aduh, calon mantu!" timpal Wak Erni dari dapur.

Aku tercengang. Apa itu artinya, Ana akan menemui Rian? Aku segera mengejar Ana yang sedang memanasi motornya.

"An ... apa kamu mau ketemu, Rian?" tanyaku lemah lembu
Rora Aurora

Jika selama membaca cerita ini, kalian merasakan kesedihan Kinarsih,karena sesungguhnya Kinarsih itu nyata.

| 1
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Widi
bukan sedih Thor... tp jengkel sama Arsih ....
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status