Share

Tirakat Bersedekah

Bab 49

Suasana berubah hening. Orang-orang yang menyaksi amarah Abigail merasa serba salah. Kecuali Ayah Abigail yang kini melotot padaku.

"Putus?" desis Ayah Abigail. "Saya pikir kamu cuma temenan sama anak saya. Eh ternyata sudah jadian, bahkan sekarang putus. Hehe."

"Itu akibat dari berbohong," celotehnya lagi.

"Ayah!!" sentak istrinya. "Dia uda berbuat baik, maafin kebohongan dia. Toh dulunya Ayah pun pernah bohong sama orang tua aku. Jangan terlalu keraslah sama anak muda."

Aku yang berdiri kaku bak patung Jendral Sudirman, akhirnya mengelus dada. Ada sedikit beban yang terangkat saat Ibunya Abigail membelaku. Walau demikian, aku masih gelisah karena belum bisa menjelaskan apa-apa pada Abigail.

"Kamu pulang aja dulu, Nak," nasehat Ibunya. "Abigail kalau uda ngambek biasanya begitu. Ngunci diri dalam kamar. Nanti baikan sendiri kalau uda habis kesalnya."

"Iya, Tante. Saya pamit."

Aku pulang dengan separuh jiwa tak menentu. Motor kupacu sangat cepat. Di sela deru motor yang merau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status