Cerita ini terbagi atas dua seri; 1) Dendam Anak Tiri 2) Alena & Andrio (khusus cerita Alena dan Andrio terdapat unsur pelakor) Hidup miskin di masa kecil hingga di pandang sebelah mata oleh keluarganya sendiri membuat Alena yang awalnya adalah gadis pendiam dan baik hati berubah menjadi gadis yang ambisius dan kejam. Terlebih ketika dia mengetahui kalau ternyata dia memiliki ayah yang kaya raya yang tidak bertanggungjawab terhadap kehidupannya hingga membuatnya miskin dan menderita. Alena bertekad mencari ayah kandungnya dan menghancurkan keluarga baru ayahnya. Sementara itu, Alyssa, adik tirinya tumbuh menjadi gadis yang sombong dan manja. Karena sejak kecil terbiasa hidup dalam kemewahan dan terbiasa mendapatkan semuanya dengan mudah. Dia sungguh tak menyangka bahwa kehidupannya kelak tak semudah dan selurus yang dia bayangkan. Bagaimana akhir kisah mereka? Dapatkah Alena bertemu sang ayah dan menyelesaikan misinya? Bagaimana reaksi Alyssa ketika mengetahui bahwa Alena yang selama ini dia anggap keluarga justru adalah kakak tirinya? Akankah mereka hidup bahagia atau sebaliknya?
Lihat lebih banyakSatu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena mendorong kereta bayinya sambil berjalan mengelilingi taman rumah sambil bersenandung. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu
Hari-hari terus berlalu. Kehidupan Alena dan Andrio berjalan sebagaimana mestinya. Kadang mereka bertengkar, kadang romantis, kadang berselisih paham, kadang saling mendukung. Ribut dan tentram silih berganti. Meski begitu, Alena selalu merasa bahagia. Bahagia memiliki keluarga seperti keluarga mereka. Memiliki suami seperti Andrio dan memiliki anak-anaknya. Semua anugerah itu sangat patut dia syukuri. Saat ini Alena dan Andrio sedang menunggu malam larut tiba. Mereka hanya baring-baring santai di kasur. Sedangkan anak-anak mereka sudah pada tidur. Alena sibuk mengamati Andrio yang menatap ipad sejak tadi. Suaminya itu mengabaikannya. Tapi Alena tak ambil pusing. Dia sudah terbiasa dengan itu. Justru wanita itu hanya tersenyum menatap suaminya. Sampai akhirnya, Andrio sadar dia tengah dipandangi. Pria itu menoleh. "Kenapa?" Dia mengangkat alis sebelahnya. Alena senyum-senyum saja. "Enggak, Mas." "Kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu? Masih terpesona sama aku?" Andrio mulai mengg
Percakapan basa-basi itu berlanjut sampai tiba-tiba Anna dalam gendongan Alena terbangun dan menangis. Bagas yang melihat itu mencoba mengambil alih dan menenangkannya.Kini Bagas malah keasyikan menggendong cucunya sambil mengajaknya jalan-jalan keliling taman. Sesekali orang tua itu duduk di kursi ayunan sambil bersenandung pelan. Sedangkan Alyssa sejak tadi sudah masuk ke dalam. Tinggallah Alena dan Rista di taman itu.Mereka menceritakan banyak hal. Lebih banyak menceritakan apa yang menimpa Alena belakangan ini. Tentang dirinya yang sempat mengalami baby blues syndrom."Gimana rasanya jadi ibu baru, Alena?" Mami Rista bertanya.Alena menghela napas sambil melempar pandang ke arah papinya. "Berat-berat ringan, Mi." Alena kemudian tertawa. "Awalnya berat banget, merasa terbebani tapi makin ke sini aku udah terbiasa, sih. Berat tapi menyenangkan. Dan dari kegiatan itu, tiap kali menatap anakku, aku sadar aku udah makin dewasa dan bukan remaja labil lagi. Dan aku berusaha untuk meng
Hari-hari terus berlalu. Makin ke sini, Alena makin terbiasa mengurusi bayi-bayinya. Memang sebenarnya kalau dipikir-pikir dan dirasa-rasa, tugasnya sebagai seorang istri sekaligus ibu dua anak sangatlah berat. Namun, dia tak kuasa mengeluh karena mengeluh hanya akan membuat hidupnya terasa makin berat.Maka Alena menikmati tugasnya itu dengan senang dan semangat. Melakukannya dengan penuh cinta untuk anak dan suaminya yang dia cintai. Dengan begitu kegiatan itu membuatnya merasa bahagia.Alena juga tidak pernah lagi menangis atau kewalahan merawat Anna karena sudah terbiasa. Andrio yakin, perlahan gangguan mental yang istrinya alami itu akan hilang. Dan semua kembali baik-baik saja.Hari ini, Alena memutuskan berkunjung ke rumah orang tuanya. Dia mengajak Anna, membawa mobil sendiri. Sementara Kenzy dia tinggal dan minta Rara yang menjaga dipantau Bi Jum juga. Begitu tiba di rumah orang tuanya, Alena langsung menuju ke halaman samping yang langsung berbatasan dengan teras samping, t
Seminggu sejak kejadian itu berlalu. Dan Andrio berhasil membawa Kenzy pulang ke pelukan Alena. Waktu itu Alena senang bukan main. Dia menggendong dan menciumi bayi itu, memeluknya erat seolah takut kehilangan. Dan sepulangnya Kenzy ke pelukannya tak lantas mengubah sikap Alena yang malah makin berantakan. Seminggu belakangan ini dia sering marah-marah pada bayinya, Anna. Kadang juga menangis tanpa sebab. Kadang mengaku lelah merawat bayinya. Dan Andrio makin heran dengan perubahan sikap Alena itu. Pria itu pun berusaha mencari tahu kenapa istrinya itu bersikap demikian semenjak selesai melahirkan. Dia bahkan sampai membawa istrinya konsultasi ke dokter. Dan ternyata dokter mengatakan kalau Alena terkena baby blues syndrom. Setelah mengetahui gangguan mental yang istrinya alami, barulah Andrio paham. Dan sejak hari itu, pria itu memaklumi sikap Alena pada bayinya. Namun, tetap mewanti-wanti agar Alena tidak sampai mencelakai bayi mereka. Andrio juga berusaha menghilangkan baby blu
Mobil Andrio akhirnya tiba di halaman rumah orang tuanya. Ketika turun dari mobil, Andrio mendapati papanya sedang membaca koran di kursi teras. Andrio berjalan mendekati papanya. Pria berusia setengah abad itu menyadari kehadirannya lebih dulu. Dia menatap Andrio heran. "Andrio ...." Pasalnya anaknya itu jarang main ke rumah, kecuali ada sesuatu yang amat penting. Putra juga menyadari raut wajah anaknya yang tampak kencang. Namun, ketika menatapnya, wajah Andrio berubah tenang. "Hai, Pa. Apa kabar, Pa?" Andrio menyalami tangan papanya. Putra masih memandangi anaknya itu penuh keheranan sebelum akhirnya menyahut. "Alhamdulillah, Papa sehat. Kamu gimana?" "Sehat juga, Pa." "Keluargamu? Anak istrimu sehat?" "Keluargaku sehat, Pa, tapi mentalnya enggak." "Apa maksudmu, Andrio?" Putra makin keheranan. Perasaannya mengatakan Andrio ke mari karena ada hal yang penting tampaknya benar adanya. "Mama cari masalah, Pa." Andrio memutuskan untuk mengadu pada papanya. "Masalah gimana?" P
"Apa-apaan kamu, Alena?!" Alena yang sibuk berteriak-teriak sejak tadi seketika berhenti, mendengar suara suaminya di belakang. Dia menghapus air matanya cepat, lalu menoleh. "Mas." "Kamu kenapa marah-marah sama bayi kita?" Andrio menatap Alena melotot. "Aku baru pulang tadi, tiba-tiba Rara ngasih tahu aku, bilang kamu teriak-teriak di kamar. Kamu kenapa, Alena?!" Alena hanya diam sambil menunduk. Dia tahu dia salah dan suaminya pasti marah. Melihat istrinya tak menjawab, Andrio mengalihkan tatapannya pada Anna yang menangis kian kencang. Dan mencoba menggendong bayi itu. "Anak Papa kenapa nangis? Hmm?" Andrio mengajak bayi itu bicara dengan penuh kelembutan. "Kamu juga nggak ngompol, kok. Laper, ya?" Lalu pada Alena dia bertanya. "Dia udah kamu kasih susu?" "Udahlah, Mas," jawab Alena ketus. Walau asinya masih seret, Alena masih berusaha menyusui bayinya. Mereka belum sempat lagi untuk mencarikan susu formula yang cocok untuk bayinya. "Terakhir jam berapa?" "Baru satu jam la
"Apa?! Kejedot?! Bagaimana bisa?!" Nada suara Marissa meninggi, matanya melotot tajam ke Alena. "Kejedot di dinding box, Ma, semalam, dia nangisnya kencang banget--" "Ya jelas nangislah, Alena. Bocah seumur Kenzy, masih bayi kejedot pasti sakit banget. Kok bisa-bisanya sih kamu biarkan Kenzy sampai kejedot?" "Maaf, Ma ... Waktu itu aku lagi sibuk ganti popok Anna--" "Kamu pasti sengaja kan abaikan Kenzy? Mentang-mentang kamu sudah punya anak kandung, lalu kamu nggak urus Kenzy yang bukan anakmu!" Alena terkejut mendengar tuduhan itu. Dia menggeleng kencang-kencang. "Nggak begitu, Ma. Aku sama sekali nggak pernah berpikiran begitu! Kenzy udah kuanggap seperti anakku sendiri." "Alasan aja kamu. Nggak mungkin kamu anggap dia seperti anakmu sendiri, bukan kamu yang melahirkannya. Apalagi dia anak dari madumu sendiri. Kamu pasti masih sakit hati dan melampiaskannya ke Kenzy, iya kan?!" Lagi, Alena menggeleng, menatap ibu mertuanya tak percaya. "Aku mungkin emang belum bisa jadi ibu y
Sore itu Andrio pulang dari rumah sakit. Dia memarkirkan mobil di garasi seperti biasa lalu kemudian turun dari mobil dan masuk ke rumah. Dia mencari-cari istrinya yang tak dia temukan di ruang televisi seperti biasa. Istrinya itu juga tidak menyambut kepulangannya seperti biasa.Namun, dia mendengar suara tangis Kenzy yang begitu kencang, arahnya dari dalam kamar. Andrio pun bergegas menuju kamar dengan masih membawa tas kerjanya. Andrio membuka pintu dan melihat Alena berusaha mendiamkan Kenzy yang menangis kencang. "Ya Allah, Nak. Maafin Mama, ya, Nak. Mama nggak becus menjaga kamu," ucap Alena."Alena." Panggilan Andrio itu membuat Alena menoleh. Wajah wanita itu terlihat panik dan sedih. "Kenapa, Al?" Andrio mendatangi Alena. "Mas." Alena menangis."Kenzy kenapa?" Andrio menatap Kenzy dan Alena bergantian dengan tatapan khawatir."Kenzy kejedot box, Mas. Liat ini." Alena menunjuk memar yang kebiruan di dahi Kenzy. "Ini salahku, Mas. Aku teledor tadi." Alena menjelaskan sambil
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.