Share

Chapter 18

Kami tiba di rumah tepat pukul dua siang. Setelah melaksanakan sholat dhuhur di masjid rumah sakit, aku mengajak Bea makan bakso favoriteku lalu kami kembali pulang. Di depan rumah, Ummi sudah menunggu kami. Wajahnya terlihat cemas.

Aku turun dari kabin mobil dan membukakan pintu dengan cepat kepada Bea.

“Ada apa Ummi?” tanyaku.

“Bibi Ayna jatuh pingsan saat arisan tadi. Ummi cemas banget. Faizal bisa antarin ummi nggak?”

Aku menatap Bea.

“Nggak apa-apa Mas, aku masuk duluan aja di rumah. Lagi pula, Bea mau siap-siap untuk besok,” jelas Bea yang mengerti dengan pandanganku.

“Oke Ummi.” Ummi segera masuk ke dalam mobil. Kami menuju rumah bibi Ayna. Dari cerita Ummi, bibi Ayna mengalami tensi yang tinggi karena memikirkan Alina. Aku bahkan tidak mengerti mengapa Alina sebegitu kerasnya kepada kedua orang tuanya saat ini.

Kami tiba di rumah Alina. Ummi segera masuk ke dalam kamar. Ku pandangi bibi Ayna yang terbaring lemah. Dia tersenyum memandangiku.

“Faizal,” ucapnya. Aku meras
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status