Share

3. Tuan Muda Misterius.

Ashley merasa bingung, meski begitu, esok harinya dia tetap datang ke alamat yang dicantumkan orang yang menghubungi dirinya.

"Selamat pagi, Nyonya. Saya Ashley Martin yang kemarin melamar kerja sebagai pelayan di rumah ini."

Ashley segera memperkenalkan diri pada seorang nyonya rumah cantik yang menyambutnya.

Rumah yang dia datangi sangat besar, berada di kawasan elite. Megahnya bukan main.

Namun, ada sedikit hal aneh. Rumah itu sangat sunyi, seakan-akan hanya nyonya rumah cantik inilah satu-satunya penghuni di rumah bak istana ini. Suasana yang sunyi dan sepi membuat Ashley merinding.

"Oh, Ashley. Baiklah, silakan masuk."

Wanita cantik itu tersenyum cerah, menyingkirkan kesuraman rumah ini sehingga Ashley sedikit tenang, berjalan masuk mengikuti langkah nyonya rumah yang anggun.

"Silakan duduk."

Wanita cantik yang memperkenalkan diri sebagai Fiona Rigel, mempersilahkan Ashley untuk duduk.

"Baik, Nyonya."

Ashley menjawab dengan sopan dan duduk di sofa depan nyonya Fiona, sedangkan sang nyonya langsung bicara panjang lebar tentang pekerjaan di sini.

"Jadi, kamu benar-benar tertarik untuk pekerjaan ini, kan? Aku sangat senang mendengarnya. Ini bukan pekerjaan yang sulit, dan jangan khawatir, aku akan membayar pekerjaanmu selama 3 bulan di muka," ucap nyonya Fiona.

Wanita itu berkata dengan tergesa-gesa seakan takut Ashley kabur.

"Y-ya, Nyonya?"

Ashley yang mendengar itu, tentu saja terkejut. Dibayar di muka untuk gaji tiga bulan pertama bukanlah hal umum terjadi.

Melihat ekspresi Ashley, nyonya Fiona buru-buru berkata.

"Tenang, jangan khawatir atau curiga. Aku tidak bermaksud menjebak kamu atau apa. Aku bahkan sudah menyiapkan kontrak tertulis jika kamu merasa ragu, Ashley. Ini, silakan."

Wanita cantik itu mengulurkan sebuah map yang sudah dia siapkan kepada Ashley, Ashley segera membuka map itu untuk membaca kontrak yang dibicarakan oleh sang nyonya.

Saat Ashley sedang membaca kontrak pekerjaannya, nyonya Fiona juga menyerahkan amplop coklat pada Ashley, yang ketika wanita itu membuka isinya, dia terkejut saat melihat lembaran uang di sana.

"Pekerjaan ini benar-benar dibayar di muka."

Gadis itu tanpa sadar bergumam, yang segera disahuti oleh nyonya Fiona dengan nada puas.

"Tentu saja, Sayang. Aku tidak sedang bercanda saat bicara hal itu," ucapnya.

Ashley memandang bolak balik antara map kontrak dan amplop coklat di tangan, lalu bertanya dengan ragu.

"L-lalu... sebenarnya apa pekerjaan saya, Nyonya?"

"Seperti yang ku beritahukan padamu kemarin, di sini kamu sebagai asisten rumah tangga dan bertugas menjaga waktu makan putraku, Clython."

Sang nyonya menyebutkan bahwa tugas Ashley cukup sederhana, dia juga menjelaskan bahwa putranya Clython, sekarang berusia 20 tahun.

"Meski berada di usia prima, Clython tak pernah keluar kamar lagi sejak sebuah kejadian mengejutkan terjadi padanya satu tahun lalu. Clython juga paling benci dengan kebisingan, itulah kenapa rumah ini sangat sepi," ujar nyonya Fiona, menjelaskan kondisi sang putra yang tidak biasa.

Kata-kata nyonya Fiona seakan menegaskan alasan kenapa rumah besar ini sangat sepi tanpa pelayan atau apa pun. Itu karena putranya yang tak menyukai keramaian.

"Lebih tepatnya, Clython tidak menyukai orang-orang," tandas nyonya Fiona dengan ekspresi muram.

Ashley tak bisa mengucapkan penghiburan apa pun pada wanita yang tampak menderita itu, hanya diam dengan ekspresi serba salah. Sedangkan nyonya Fiona, segera mengatur ekspresinya dan tersenyum seperti biasa.

"Yah, intinya tugasmu di sini hanya itu, bersihkan rumah ini dan jaga waktu makan Clython, kamu tidak usah khawatir kelelahan membersihkan rumah sebesar ini sendirian karena kebanyakan di sini semua sudah menggunakan teknologi modern, sehingga kamu tinggal memberi perintah saja," tutup nyonya Fiona, yang membuat Ashley merasa cukup lega.

"Aku dengan sangat terpaksa meninggalkan Clython untuk sementara waktu, mungkin beberapa bulan, karena ada pekerjaan penting di luar negeri. Kamu bersedia menerima pekerjaan ini, bukan?"

Wanita itu menatap Ashley dengan pandangan memohon, sedangkan Ashley yang menganggap ini pekerjaan mudah, tentu saja mengangguk.

"Baiklah, Nyonya. Saya terima pekerjaan ini."

Nyonya Fiona tersenyum mendengar jawaban Ashley, sebelum kemudian melanjutkan ucapan dengan ekspresi serius.

"Aku lega mendengarnya. Tapi, ada satu syarat yang harus kamu penuhi, Ashley. Jangan pernah membicarakan keadaan Clython kepada siapa pun, bukankah jumlah gaji yang kamu terima cukup untuk membuat dirimu tutup mulut?"

"Saya janji tidak akan membicarakan kondisi tuan muda pada siapa pun, Nyonya," jawab Ashley dengan sungguh-sungguh, sehingga membuat nyonya Fiona merasa benar-benar lega.

"Baiklah. Terima kasih, aku sepertinya percaya padamu," ucap wanita itu seraya berdiri dan menjabat tangan Ashley.

"Ya, Nyonya."

Ashley ikut berdiri, balas menjabat tangan majikannya.

"Dan ini."

Nyonya Fiona tiba-tiba mengeluarkan sebuah lonceng dari sakunya, menggoyangkan benda itu perlahan, terdengar suara nyaring dari benda yang dia goyangkan meski benda itu berukuran cukup kecil.

Saat Ashley memandang lonceng di tangan sang nyonya dengan ekspresi penasaran, nyonya Fiona dengan baik hati menjelaskan.

"Jika kamu mendengar bunyi lonceng ini, itu tandanya putraku sedang memanggilmu. Datang padanya segera tanpa menunda apa pun, atau sesuatu yang buruk akan terjadi padamu," ujar sang nyonya, tampak sangat serius.

Ashley secara spontan menelan ludah saat mendengar itu, mengangguk dengan tegang. Berpikir bahwa sebenarnya sang tuan muda tak sejinak yang dia bayangkan.

Apakah putra sang nyonya akan mengamuk jika panggilannya diabaikan? Ashley tiba-tiba ketakutan sendiri dan benar-benar mengingat peringatan yang diberikan sang nyonya.

"Saya akan mengingat hal ini, Nyonya," jawab Ashley dengan ekspresi ketakutan, yang membuat nyonya Fiona tertawa.

"Hey, tenang, putraku jarang memanggil. Jadi kamu tak usah khawatir, aku juga sudah cerita padanya tentang keberadaanmu di rumah ini, selama kamu tidak melakukan hal yang kularang, semua akan berjalan lancar," ujarnya, menepuk bahu Ashley seolah menghiburnya.

"Baik, Nyonya."

Nyonya Fiona melihat jam tangan dan terlihat panik.

"Ah, aku hampir ketinggalan pesawat, aku harus pergi!" serunya, lalu terburu-buru pamit kepada Ashley sebelum lari keluar rumah.

Ashley yang ditinggalkan sendiri, akhirnya mulai melakukan pekerjaan rumah dan membaca dengan sungguh-sungguh panduan alat alat modern yang diberikan sang nyonya.

Setelah selesai membersihkan rumah yang ternyata sangat mudah, Ashley yang tadinya terus menerus gugup, mulai rileks.

"Wah, tugasnya sangat ringan! Dan aku tidak menyangka akan mendapatkan bayaran di muka untuk tiga bulan ke depan. Bayarannya juga sebanyak ini!" serunya, saat mengingat amplop tebal yang kini dia simpan di tas.

Ashley tidak harus menginap di sini, setelah jam tujuh malam dan mengirim makanan untuk sang tuan muda, menaruh makanan itu di depan kamar, Ashley diperbolehkan pulang.

Ashley tanpa sadar mendongak ke lantai dua, di mana kamar tuan muda Clython berada. Tempat yang tidak boleh dia kunjungi, kecuali diizinkan sang pemilik kamar.

Kamar itu terus tertutup sejak Ashley datang. Membuat dia merasa penasaran.

"Kira-kira... semenakutkan apa tuan muda Clython, ya? Kenapa nyonya berkata seakan-akan dia orang gila?"

Wanita itu merinding sendiri, membayangkan bagaimana menakutkannya seseorang yang tak pernah keluar rumah bertahun-tahun.

"Aku takut, aku cukup tidak mendekat saja, kan?" gumamnya, tanpa sadar melangkah menjauh.

"Baiklah, ayo lakukan pekerjaan dengan benar, Ashley!" seru wanita itu, menyemangati dirinya sendiri dan mulai melanjutkan pekerjaan.

Tak terasa pekerjaan siang itu selesai dengan cepat. Ashley juga sudah selesai memasak makan siang untuk tuan muda.

Untungnya, menurut nyonya Fiona, Clython bukanlah seorang pemilih makanan. Jadi, Ashley tidak kesulitan memasakkan makan siang untuk sang tuan muda setelah mempelajari catatan yang disiapkan nyonya Fiona.

Ashley yang merasa gerah, melepaskan ikatan saputangan bermotif bunga yang menahan sanggulnya dan merapikan rambut panjangnya yang tergerai.

Sinar matahari dari celah jendela dapur menyinari rambutnya, mengembalikannya ke kondisi lembut alami tanpa ada bekas ikatan.

Karena merasa seolah tenggorokannya mengering, Ashley membalikkan badannya ke almari es di dapur untuk mengambil air.

Sambil memegang botol dengan kedua tangan, Ashley membuka tutupnya dan meminumnya dalam jumlah banyak.

Saat tengah asyik minum, Ashley tiba-tiba dengan tergesa-gesa menghabiskan airnya, dia menyeka kelembapan di bibirnya dengan punggung tangan, lalu mengarahkan pandangan ke pintu dapur.

"Aku merasa seseorang baru saja mengamatiku. Apakah hanya perasaanku saja?" gumam Ashley, mengerutkan kening.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status