Share

7. Kesalahpahaman

Carlos berjalan ke kamar dengan perasaan marah, duduk di pinggir ranjang seraya mengusap kasar wajahnya.

"Sial!"

Umpatan pelan keluar dari bibir pria tampan nan tegap itu, wajahnya medongak, menarik napas panjang dengan mata tertutup.

"Kenapa tidak hamil?"

Gumaman pelan keluar dari mulut Carlos, terdengar begitu tertekan.

"Aku sudah main tanpa pengaman. Harusnya hamil, kan?"

Carlos mengacak pelan rambutnya, mengingat kembali tampilan menawan Ashley yang kini, entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba bekerja di rumahnya.

Carlos benar-benar frustasi sekarang. Trik yang dia gunakan untuk mengikat Ashley selamanya di sisinya, gagal total.

Ada alasan kenapa di malam terakhir pertemuan mereka, Carlos meminta untuk bermain tanpa pengaman.

Itu karena dia berencana membuat Ashley hamil, sehingga wanita itu datang lagi padanya dan meminta pertanggungjawaban. Dengan begitu, Carlos memiliki alasan untuk membatalkan pertunangan dan menikah dengan Ashley.

Sejak awal, hanya Ashley wanita yang dia lihat. Carlos melakukan semua hal ini, hanya agar Ashley selalu ada di dekatnya.

Mereka bahkan sudah bersama selama 3 tahun, Carlos hanya ingin Ashley yang datang lebih dulu, bukan selalu dia. Dengan membuat Ashley hamil, Carlos yakin jika kali ini Ashley lah yang datang padanya.

"Apakah kamu benar-benar tidak memiliki perasaan apa pun padaku, Ash?"

Pria itu mendesah, pelan.

Rasanya sangat menyakitkan. Entah kenapa.

Mereka bertemu pertama kali tiga tahun lalu dan Carlos langsung jatuh cinta. Dia bahkan menghujani banyak hadiah dan uang untuk Ashley sebagai bukti cinta. Menganggap Ashley miliknya seorang.

Carlos merasa hubungan mereka begitu dekat, selama 3 tahun, melalui agen khusus yang dia tempelkan pada Ashley secara sembuyi-sembunyi, jelas bahwa Ashley tak dekat dengan siapa pun kecuali dirinya. Hanya dia seorang yang bisa menyentuh Ashley.

Bukankah itu cukup untuk menunjukkan betapa besar cinta yang dia miliki tanpa perlu diucapkan?

Selama ini, Ashley sangat patuh dan menatap dirinya penuh cinta. Tapi kenapa sekarang....

Senyuman Carlos berubah menjadi sinis, saat mengingat bagaimana penolakan Ashley padanya beberapa saat lalu.

"Apakah karena sekarang kamu sudah tidak kuberi uang, sehingga tak mau denganku?"

Pria itu mengepalkan tangannya dengan marah, rasa sakit berubah menjadi kekecewaan.

"Cih, apakah kamu hanya suka uangku, Ashley Martin? Menjijikkan."

****

Di tempat lain...

"Dia kenapa, sih?!!"

Ashley yang kini bersembunyi di kamar pelayan, mengomel sendiri. Tak paham dengan sikap Carlos yang terus memaksa mengatakan bahwa dirinya hamil.

"Kenapa dia terus bertanya apakah aku hamil atau tidak?! Apakah dia meragukan ke profesionalanku sekarang?!!" rutuk Ashley dengan bibir cemberut.

"Bukannya dia tahu sendiri selama tiga tahun aku selalu berhasil memuaskan dirinya, bahkan meski dengan pengaman? Masa cuma satu kali tanpa pengaman langsung hamil? Toh waktu itu juga bukan masa suburku," lanjutnya, mendengus keras.

"Huuhhh! Menyebalkan. Kenapa sekarang dia jadi seperti ini, sih?!"

Lagi-lagi Ashley kembali mengomel sendiri, tak paham dengan sikap Carlos yang kasar dan terus membuat dirinya kesal sejak kemarin.

Dulu, meski dingin dan tak banyak bicara, Carlos selalu lembut saat menyentuhnya. Sentuhan panas dan liar Carlos hampir seperti sebuah rasa cinta. Itulah kenapa selama tiga tahun ini, Ashley jatuh cinta padanya seperti orang gila.

Carlos memang tak pernah berkata manis, tapi tatapan yang seakan hanya menginginkan dirinya, terus membuat Ashley melambung tinggi.

Namun sekarang, begitu hubungan kontrak mereka selesai, Carlos tiba-tiba berubah sangat kasar. Itu membuat Ashley kecewa setengah mati.

"Aku tak mau memikirkan dia lagi!"

Ashley menggelengkan kepala, memutuskan untuk tidak mau memikirkan pria kasar itu lagi.

Dia yang kini duduk di pinggir ranjang, memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. Entah kenapa, sikap kasar Carlos membuat Ashley merasa sangat kecewa.

"Kenapa kamu jadi seperti ini, Carl? Apakah tiga tahun tak ada arti apa pun bagimu?" desah wanita itu, dengan ekspresi kesakitan.

Dia menutup muka dengan kedua tangan, menghela napas panjang.

Beberapa menit berlalu, Ashley masih diam di kamar untuk menenangkan diri, barulah setelah berhasil mengendalikan emosinya, dia kembali keluar.

Bagaimana pun, Ashley masih harus melakukan pekerjaannya, bahkan jika ada Carlos Montero di sini.

Ashley awalnya sedikit ragu saat keluar kamar, takut jika Carlos menangkap dan menciumnya lagi seperti kemarin.

Namun, begitu keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan siang bagi Claython, Ashley melihat Carlos yang sedang duduk di ruang belajar dengan kopi di meja. Tapi sayang, pria itu tak bereaksi sama sekali meski pandangan mereka sempat bertemu beberapa detik.

Carlos duduk bersilang kaki, dengan tatapan sibuk ke arah ponsel yang dia pegang.

Sikapnya tiba-tiba berubah seratus persen, Carlos seperti menganggap Ashley tak ada. Seperti sebuah intensitas tak penting, meski Ashley berjalan mondar mandir di depannya karena membersihkan rumah.

Padahal dulu, Carlos selalu tak tahan melihat Ashley sebentar saja, pria itu seperti seorang serigala kelaparan tiap kali melihat Ashley di dekatnya.

Nafsunya selalu menggebu-gebu, tak puas jika hanya membuat Ashley terkapar semalaman.

Namun sekarang, sikapnya benar-benar dingin. Dia bahkan seperti tak sudi melihat muka Ashley lagi.

Entah kenapa, hati Ashley rasanya sangat sakit.

Begitu di dapur dan mengiris bawang, air mata tak terasa jatuh ke pipi Ashley. Dadanya terasa begitu sesak karena diabaikan oleh Carlos untuk pertama kalinya.

"Haa, tidak. Tidak. Kenapa aku merasa kecewa? Ini lebih baik, kami benar-benar sudah tak memiliki hubungan lagi dan dia akan bertunangan. Aku harusnya senang jika dia seperti ini," gumam Ashley seraya menyeka air mata di pipinya.

Ashley berusaha menerima keadaan ini, tapi entah kenapa, sudut hatinya berteriak tak rela.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status