Share

6. Apakah Kamu Hamil?

"Aku bisa tenang sekarang."

Seharian, Ashley melaksanakan pekerjaan dengan hati riang karena tak ada Carlos Montero di mana pun.

Siang hari, sesuai jadwal, dia mengantarkan senampan makanan ke lantai dua, tempat Clython Montero berada.

"Tuan muda, makanan untuk Anda," ucap Ashley, mengumumkan kehadirannya.

Tangan Ashley baru saja hendak mengetuk pintu saat pintu di depannya tiba-tiba terbuka.

"Terima kasih."

Suara berat seorang pria muda, menyapa pendengaran Ashley, sehingga wanita itu refleks mendongak.

Wanita itu seketika dikejutkan oleh penampilan tak terduga, penampilan dari seorang pria muda yang kini berdiri di depannya.

"Wah, t-tampan.... "

Mulut Ashley seketika mengucapkan kata itu saat melihat Clython untuk pertama kalinya.

Ashley segera memukul mulutnya sendiri dan menjawab ucapan Clython sesopan mungkin.

"S-sama-sama. Tolong tinggalkan catatan jika ada yang tidak sesuai dengan selera Anda, Tuan muda."

"Oke."

Clython, seperti kemarin, masih sangat irit bicara.

"Saya undur diri. Jika ada yang perlu Anda perlukan, silakan bunyikan bel," ujar Ashley, sesopan yang dia biasa.

Gugup, Ashley menundukkan kepala dan membungkukkan badan untuk untuk diri.

"Wah, gila. Tidak heran jika dia adik Carlos Montero. Gen keluarga yang luar biasa!"

Ashley menggumamkan itu dengan wajah ceria, mengagumi kehebatan gen keluarga Montero yang indah.

Dia tersenyum lebar saat mengingat wajah Clython, yang mungkin masih seusia awal dua puluh tahunan. Wajah itu mengingatkan Ashley dengan Carlos beberapa tahun lalu, saat mereka awal awal bertemu.

Ketampanan yang indah terbalut dalam ekspresi polos yang menggemaskan.

Sayangnya, Carlos yang itu telah berubah menjadi lelaki bengis yang bahkan membuat Ashley kesal saat mengingatnya.

Ketika asyik senyum senyum sendiri mengingat kenangan lama dengan Carlos sambil berjalan menuruni tangga, sebuah suara keras mengejutkan Ashley.

"Ash!"

Langkah Ashley seketika terhenti dengan tatapan terkejut ketika melihat ke arah seseorang yang tampak berjalan ke arahnya, tak mengira bahwa Carlos sudah ada di rumah ini.

Kening Ashley berkerut saat melihat ekspresi Carlos.

Kenapa dia terlihat marah? Apakah Carlos memergoki dirinya yang sedang senyum senyum sendiri setelah dari kamar Clython?

"Carl? H-hai? "

Seperti orang yang terpergok selingkuh, Ashley menyapa Carlos dengan gugup.

Pria itu mendatangi Ashley dengan langkah-langkah yang cepat, wajahnya memancarkan kemarahan yang membara.

Saat mereka berada di dekat, ia menarik wanita itu mendekat, lalu dengan kasar mencium bibirnya dalam sebuah ciuman yang penuh dengan amarah dan ketegangan yang memenuhi udara di sekeliling mereka.

"H-hey! Kenapa kamu melakukan ini?!"

Ashley berteriak dan dengan keras mendorong bahu Carlos menjauh.

Badan Carlos yang besar tak bergerak sedikit pun atas dorongan Ashley, sebaliknya, dia menutupi tubuh Ashley dengan tubuhnya dan menelan bibir gugup wanita itu.

Berbeda dengan sebelumnya, lidahnya meluncur kedalam, kali ini bergerak dengan hati-hati dan menjelajahi bagian dalam mulut Ashley. Di saat yang sama, Carlos juga menghisapnya seolah dia akan menelan semua nafas di mulutnya.

Tak ada sama sekali tindakan penuh kasih sayang, rasanya seperti hanya sekedar gerakan menyegarkan seolah tak tahu harus berbuat apa.

Setelah menghisap bagian dalam mulut Ashley, lidah Carlos menjilat bibir bagian depan.

Ciuman yang tiba-tiba itu seperti menghentikan napas Ashley, tapi Carlos terlihat tidak peduli.

"Carl!"

Ashley berteriak, untuk membuat Carlos menghentikan tindakan gilanya.

Carlos menjauhkan wajahnya sejenak, tapi langsung menyerang lagi. Dihisapnya bibir bawah Ashley seperti sedang memakannya.

Terdengar gumaman lembab di

telinganya.

"Ah."

Bibir Ashley terbuka lagi, dan dia mengeluarkan nafas manis tanpa menyadarinya.

Carlos memelintir bibir Ashley saat melihat wajah wanita itu. Ciuman yang awalnya ringan menjadi lebih intens. Ashley kehabisan napas dan merasa pusing.

"Carlos, tolong berhenti."

Beberapa saat kemudian, Ashley baru bisa menguasai diri dan berkata dengan tegas.

Carlos mengalungkan lengannya yang kuat ke pinggang ramping Ashley, lalu bertanya dengan suara dingin.

"Jawab aku, sekarang kamu sedang hamil atau tidak?"

"H-hah?!"

Ashley tentu saja sangat kaget dengan pertanyaan Carlos yang sangat tiba-tiba.

"Jawab saja, kamu sedang hamil anakku, kan?"

Carlos bertanya dengan sungguh-sungguh, tapi Ashley menganggap pria itu gila sehingga menjawab dengan keras.

"Kenapa aku harus hamil?! Aku tidak sedang hamil!"

"Jawab jujur, Ashley Martin!"

Nada suara Carlos meninggi, membuat Ashley menjadi marah dan menjawab dengan nada tinggi yang sama.

"Aku sudah jujur, aku benar-benar tidak sedang hamil!"

"Berbohong."

Carlos mengatakan itu dengan ekspresi marah dan mencium Ashley lagi.

Tekstur bibir bagian dalamnya ditekan dengan kuat. Lidah Ashley kini ditelan dengan penuh semangat, manis dan panas. Carlos terus-menerus menghisap dan menelan bibir

lembutnya dan meluluhkan lidah mereka.

Ashley merasa pusing dengan ciuman Carlos yang ganas dan membara sehingga tubuhnya terhuyung-huyung, Carlos segera memeluk tubuh ramping Ashley seolah sedang meremukkannya.

"L-lepaskan aku! Kita tak ada hubungan apa pun lagi, kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku!" teriak Ashley dengan mata memerah karena menahan air mata, lalu berlari cepat ke kamarnya dan mengunci pintu.

Meninggalkan Carlos dalam keadaan kacau dan berantakan.

"Sial!"

Carlos terus memandang pintu yang tertutup itu dengan tatapan rumit, sebelum kemudian memukul dinding dan mengacak-acak rambutnya dan berjalan pergi.

Tanpa menyadari, bahwa seseorang di lantai dua, tengah asyik mengawasi mereka sejak awal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status