Share

88. Berdamai

Aku menatap suamiku seraya berkata, “Menurut Mas Haikal sendiri, bagaimana enaknya?”

Suamiku tertawa geli sambil mencolek pipiku yang kini lebih berisi, efek dari kehamilan sebelumnya.

“Memangnya makanan, enak. Aku tanya kamu karena kamu yang mengalaminya, Sayang. Kalau kamu tanya aku, pasti jawabannya aku mau Ridwan dihukum karena perbuatannya itu membuat kamu kesakitan. Hana sekarang belum bisa kamu gendong karena masih berada di inkubator.”

“Tapi, dia nggak sengaja lho, Mas. Beda seperti Melvin dulu yang memang ingin menghabisi kamu,” sahutku yang tiba-tiba merasa iba juga pada Ridwan, karena aku tahu pasti kalau aku terjatuh bukan Ridwan sengaja mendorongku.

“Terus mau kamu bagaimana? Memaafkan dia?” tanya suamiku memastikan.

Aku mengangguk lemah. “Sepertinya begitu, Mas. Nggak baik juga menanam kebencian di hati. Lebih enak hidup dalam damai. Lagi pula kita sebelumnya nggak punya masalah apa-apa kan dengan Ridwan dan keluarganya. Jangan sampai masalah ini menciptakan bibit permus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status