Share

Dikejar Mafia Posesif
Dikejar Mafia Posesif
Penulis: Chubby Misso

#1. Anak Tiri yang Dikorbankan

“Cecilia, mulai sekarang kau ikut Tuan Wong.”

Mendengar ucapan Angel, ibu tirinya, Cecilia hanya diam. Raut wajahnya datar seperti kolam beku.

Gadis itu berusaha menguasai emosinya. Dari balik kacamata hitamnya, Cecilia menatap Travis Wong di seberang meja.

Laki-laki yang duduk dengan kedua kaki terbuka lebar itu jelas-jelas orang yang berbahaya.

Pria berambut pirang kusam itu bersikap urakan. Seluruh tubuhnya bertato. Secara keseluruhan dia memiliki aura yang terasa intimidatif. Para penjaga berbadan besar di tempat ini mematuhi Travis dan menyebutnya “Bos”.

Beberapa menit lalu, ketika Cecilia tiba di sini, Travis Wong baru selesai menghajar dua orang pria dengan tangan kosong.

Kedua pria itu terkapar telanjang, wajah mereka babak belur dihantam bogem mentah.

Travis bangkit dari sofa, menghampiri Cecilia. Dilepasnya kacamata Cecilia, lantas dia amati kedua mata Cecilia baik-baik.

“Eh, gadis manis, benarkah kau buta?”

“Ya, dia buta, Tuan.” Pertanyaan Travis untuk Cecilia dijawab Angel. “Dia mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu.”

“Hm.” Travis mendengus sambil mencengkeram pipi Cecilia. “Sayang. Padahal matamu indah. Wajahmu juga cantik.”

“Jadi, bagaimana dengan utang saya?” tanya Angel, enggan basa-basi.

“Baiklah, utang Nyonya kuanggap lunas seperempat. Tapi, bayar cicilan Nyonya tepat waktu.”

Travis mengitari Angel seperti hyena mengitari mangsa, lantas berhenti di hadapan Angel.

“Jika tidak, aku pastikan, Nyonya akan kehilangan jari-jari Nyonya dengan cara yang menyakitkan.”

Sekujur tubuh Angel bergidik. “T-tentu saja, Tuan!”

Travis menyeringai. “Pergilah.”

Angel bergegas meninggalkan private club mewah itu. Setelah Angel pergi, Travis kembali mengamati Cecilia.

Kecantikan gadis itu termasuk langka di negeri ini. Dia memiliki kulit seputih gading dan wajah blasteran. Terutama iris matanya yang berwarna giok, benar-benar mencolok.

Travis merasa beruntung mendapatkan gadis itu. Cecilia bisa jadi aset yang menguntungkan.

“Kau anak tiri Angel?” ulik Travis.

Cecilia mengangguk pelan.

“Pantas saja. Kau tidak mirip Angel.” Travis menyilangkan kaki. “Dari tadi kau tidak bersuara. Kau juga bisu?”

“Tidak, Tuan,” jawab Cecilia.

“Kau masih perawan?”

Pertanyaan Travis membuat alis Cecilia berkedut. Gadis itu merapatkan bibirnya yang indah.

“Tak perlu kau jawab.” Travis bangkit dan meraih tangan Cecilia. “Biar langsung diperiksa saja.”

“T-tunggu, Tuan!” Cecilia berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Travis. “Tunggu sebentar!”

“Apa kau mau kuperiksa di sini, sementara kamera pengawas sedang menyorot kita?”

“T-tidak ….”

Travis menarik tangan Cecilia sampai ke parkiran, lalu dengan kasar mendorong gadis itu masuk ke mobilnya. Tidak lama kemudian, mereka pun tiba di rumah Travis. Rumah yang megah, dijaga ketat oleh banyak pengawal.

Para pengawal bersetelan serba hitam menyambut Travis dan Cecilia ketika mereka turun dari mobil. “Selamat datang, Tuan Kedua!”

Cecilia pun semakin menyadari, dia sudah terjebak di sarang gangster. Namun, Cecilia segera menyusun rencana di kepalanya untuk kabur dari sini.

Cecilia yakin, dirinya akan baik-baik saja, selama para gangster itu tidak tahu bahwa sebenarnya Cecilia dapat melihat.

Ya, Cecilia hanya pura-pura buta, demi mengelabui ibu tirinya.

***

Setelah Travis memberikan Cecilia makan siang, Travis memerintahkan pelayan memandikan Cecilia dan sedikit mendadaninya. Cecilia juga dipakaikan gaun tidur berbahan satin tipis. Setelah itu Cecilia dipersilakan beristirahat di sebuah kamar tidur di lantai dua.

Cecilia memandang ke sekeliling. Kamar itu sangat luas. Interiornya jelas didesain secara profesional dan dipenuhi perabot mewah.

Dari dekorasinya yang didominasi warna hitam, juga wangi pengharum ruangan yang maskulin, Cecilia yakin pemilik kamar ini adalah seorang laki-laki.

‘Mungkin ini kamar Travis,’ pikir Cecilia. ‘Sepertinya aku ditempatkan di sini karena aku harus melayaninya malam ini.’

Cecilia termenung di atas pembaringan, memikirkan bagaimana caranya untuk menghindari hal itu. Kamar ini memiliki jendela besar, namun jendelanya tidak bisa dibuka. Satu-satunya jalan keluar dari kamar ini hanyalah pintu.

‘Rumah ini sangat besar dengan banyak ruangan. Aku pasti bisa meloloskan diri jika aku berhati-hati. Lebih baik aku bergerak sekarang.’

Cecilia baru saja hendak bangkit, tapi gelombang vertigo menghantam kepalanya.

‘A-apa yang terjadi ….’

Cecilia meringis nyeri. Penglihatannya menjadi buram. Tubuhnya sempoyongan, tidak bertenaga.

Grativasi Bumi pun seolah menariknya, membuat gadis itu tetap duduk di ranjang. Cecilia juga tidak sanggup menahan kantuk yang membuat kelopak matanya perlahan terpejam.

Tak lama kemudian, tubuh Cecilia tergolek, tak sadarkan diri.

Begitu Cecilia pulas, Travis datang bersama seorang wanita paruh baya. Wanita itu disebut Bibi Susan, kepala pelayan di kediaman Wong.

Mereka memeriksa gadis itu seperti memeriksa barang dagangan.

“Bibi membiusnya?” tanya Travis.

“Ya, Tuan, cukup untuk membuat Nona Cecilia tidur sampai esok pagi,” jawab Bibi Susan.

“Bagaimana menurutmu?” Travis bersedekap. “Apa kakakku akan menyukainya?”

“Saya tidak tahu, Tuan.” Terdengar keraguan dalam suara Bibi Susan. “Tuan Pertama tidak pernah membawa perempuan yang dikencaninya ke rumah.”

Travis mengeluarkan sebotol kapsul misterius dari saku jaket.

“Tidak masalah. Masukkan sebutir isi kapsul ke dalam minuman kakakku. Itu akan membuat kakakku tak dapat menolak Cecilia nanti malam.”

Travis kembali merogoh jaket, menyobek selembar cek kosong yang telah ditandatangani, lantas menyodorkan cek itu pada sang kepala pelayan.

“Bibi, rahasiakan kapsul itu,” kata Travis. “Jangan bilang siapapun.”

“Baik, Tuan,” sahut Bibi Susan.

Sambil bersenandung riang, Travis meninggalkan kamar.

***

“Ugh!”

Dalam kondisi setengah sadar, Cecilia merasakan tubuh seseorang di atas tubuhnya.

Kamar itu gelap gulita karena seluruh penerangan dipadamkan. Cecilia tidak dapat melihat bagaimana wujud orang itu.

Tapi, satu hal yang pasti, orang itu sedang mencumbu lehernya dan menjamah kulitnya. Cecilia tidak dapat bergerak, dia bahkan tidak bisa bersuara, seolah sarafnya benar-benar lumpuh.

Sebelum mengerti sepenuhnya apa yang terjadi, kesadaran Cecilia menurun lagi.

Selanjutnya, ketika Cecilia terbangun, sekelilingnya terang benderang. Matahari bersinar terik. Hari sudah berganti.

“Kau sudah bangun?”

Suara berat dari sisi kanan membuat Cecilia tersentak. Itu bukan suara Travis. Cecilia tidak berani menoleh.

Pemilik suara itu turun dari ranjang, dan duduk di sebuah kursi di samping ranjang.

Pria itu memang bukan Travis. Dia bersurai hitam. Tubuhnya lebih tinggi dan lebih besar daripada Travis.

“Siapa Anda?” tanya Cecilia waspada. “Dari suara Anda … saya tahu Anda bukan Travis Wong.”

“Aku Marcus Wong, kakak Travis,” sahut pria itu.

Meski Cecilia tidak melihat ke arah pria itu, Cecilia dapat menangkap dari sudut matanya, pria itu sedang menatapnya dengan intens.

“Apakah semalam Anda … menyentuh saya?” Cecilia menahan geram.

Pria itu menghela napas berat, lalu menjawab lugas, “Benar.”

Cecilia terdiam. Panasnya amarah menyebar cepat di dalam dada, membuat seluruh wajahnya merah padam. Maniknya yang berwarna giok meneteskan air mata.

Tangan gadis itu mengepal erat, meremas selimut yang menutupi tubuhnya. Dalam hati, Cecilia mengutuk ibu tirinya. Cecilia bersumpah, dia akan segera pergi dari istana gangster ini, dan membalas kejahatan Angel yang telah membuatnya terjebak di sini.

Sementara itu, dari tempatnya duduk, Marcus terus menatap gadis itu.

[Akhir Bab 1]

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Chubby Misso
Thanks dah mampir di sini Kakak! Sukses dengan karyanya~ ...️
goodnovel comment avatar
Narika
lepas dari ibu tiri, malah masuk kandang serigala. kasian banget cecilia 🥲
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status