Dimadu Adik Sepupu Suamiku

Dimadu Adik Sepupu Suamiku

Oleh:  Novisi  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
31Bab
488Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cempaka membenci Danendra yang dianggap sebagai pembunuh mendiang suaminya. Namun, kebencian Cempaka harus ditahan kala hanya adik sepupu dari suaminya itu saja yang dapat membantu perawatan intensif anak keduanya yang sakit parah. Lantas, bagaimana kisah keduanya? Terlebih .. kala Danendra ternyata memberinya syarat pernikahan padahal hati pria itu sepertinya masih terikat pada istri yang sudah meninggalkannya. Akankah pernikahan itu berlanjut atau berakhir seumur jagung?

Lihat lebih banyak
Dimadu Adik Sepupu Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
31 Bab
001
"Lebih baik kamu yang mati, bukan suamiku!" teriak Cempaka sembari menunjuk wajah Danendra Pati yang datang memohon maaf usai peristiwa kecelakaan tunggal yang menewaskan suami Cempaka setahun silam.Hati Cempaka masih berselimut duka. Suami tercintanya tewas di tempat meninggalkan Cempaka dan dua orang anak."Tenangkan diri kamu, Cempaka," ujar Cakrawati, ibu kandung Cempaka, seraya mendekap putrinya yang kembali terpukul begitu bertemu Danendra."Dia yang membunuh Bang Haris, Bu. Usir dia dari sini!" jerit Cempaka.Cakrawati meringis melihat kemarahan Cempaka pada sepupu kandung Haris."Sudah, Nak, tenangkan diri. Ini sudah takdir, tidak ada manusia yang bisa mengelak dari kematian." Cakrawati menarik perlahan tubuh Cempaka untuk menjauh dari Danendra.Ia membantu Cempaka duduk di kursi kayu rumah mereka."Danendra kemari dengan niat baik, Cempaka," lanjut Cakrawati memandang sedih putri sematawayangnya."Tidak, Bu. Kita tidak perlu terima uang dari dia. Nyawa Bang Haris tidak bisa
Baca selengkapnya
002
Natali kesal pada Danendra lantaran pria itu terus merecoki hidupnya. Danendra tidak berhenti mengirimkan pesan singkat dan menelepon kapan pria itu mau."Sudah ku katakan, jangan menghubungiku lagi! Aku telah bahagia bersama orang lain!" bentak Natali melalui saluran telepon."Aku ingin kita bicara baik-baik," pinta Danendra di sela istirahat siang."Tidak ada yang perlu dibicarakan baik-baik Danendra, kita hanya perlu mempertegas hubungan. Ceraikan aku!" jerit Natali diiringi tangis wanita berusia 28 tahun itu.Danendra terdiam, ia tahu Natali terluka banyak saat menjadi istrinya. Kesibukan sebagai dokter spesialis hemato onkologi anak menyisakan sedikit waktu untuk Natali. Ditambah lagi, konflik menantu dan mertua yang membelit hubungan Natali dan ibu kandung Danendra memperparah relasi suami istri itu."Apakah perceraian akan membahagiakan kamu?" tanya Danendra pelan."Lepas dari kamu setahun ini membuat mentalku yang jatuh kembali bangkit, Dane. Siapapun yang menjadi istrimu pas
Baca selengkapnya
003
"Itu gak mungkin Dane, kamu mau balas dendam padaku dengan mengatakan Bima mengidap leukimia akut, 'kan?"Pelototan tajam Cempaka mengintimidasi Danendra. Ia kehilangan kata-kata lantaran tudingan Cempaka yang tak beralasan."Aku akan pindahkan Bima ke rumah sakit lain, biar diperiksa oleh dokter yang lebih baik."Cempaka membalik tubuh menuju pintu, hanya saja kecepatan cekalan Danendra pada pergelangan tangan Cempaka membuat badan perempuan itu kembali menghadap saudara sepupu mendiang suaminya itu."Pindah rumah sakit tidak segampang yang kamu kira, Cempaka. Lagipula Bima masih bisa ditangani di rumah sakit ini," jelas Danendra. Cempaka mengempas lengannya sehingga cekalan Danendra terlepas."Aku tidak percaya Bima ditangani oleh kamu, setelah nyawa suamiku direnggut oleh kamu." Tangan Cempaka menunjuk-nunjuk Danendra. Pria itu sebenarnya menyimpan amarah terpendam akan kalimat tuduhan Cempaka yang tak sesuai fakta. Namun, mengingat nasib Cempaka yang makin menderita akan kenyata
Baca selengkapnya
004
Setelah mendapat perawatan medis, Bima diperbolehkan kembali pulang sembari menunggu jadwal kemoterapi.Setelah Cempaka dagang, ia langsung ke rumah sakit untuk membenahi barang pribadi Bima."Kemoterapi ini pengobatan utama, ada obat antikanker yang akan dimasukkan melalui pembuluh darah, otot, bahkan diminum. Dengan terapi ini obat akan menjangkau seluruh tubuh, Cempaka," jelas Danendra kala pria itu berkunjung ke kamar rawat.Cempaka tahu kalau kemoterapi punya efek samping yang tidak main-main.Ia memandang iba pada anaknya, Bima, yang tengah memainkan robot-robotan dari Danendra di ranjangnya. Setitik air mata jatuh membasahi pipi Cempaka yang langsung diusapnya.Cempaka tidak mau sampai ketahuan Bima bila menangis. Bima butuh semangat kuat untuk hidup darinya sebagai ibu."Kita pulang dulu, ya, Sayang, hari ini," ucap Cempaka mendekati Bima."Asyiknya... Aku sudah bosan di sini, Ma, mau bermain bersama kakak juga sudah rindu pada teman sekolah," sahut Bima antusias dengan binar
Baca selengkapnya
005
Sepekan dilewati Cempaka dengan rasa sedih mengingat Bima, ia tidak konsentrasi saat berjualan, alhasil saat memberi kembalian kadang kurang seringkali berlebih."Selisih lagi?" tanya Cakrawati malam hari saat Saras dan Bima telah tertidur.Cempaka mengangguk pasrah."Pembelinya tidak beritahu kalau dikasih kelebihan," sesalnya. Cempaka berdiri mengambil segelas air lalu meminumnya dan kembali duduk di bangku dekat dapur."Ya, pelangganmu banyakan anak-anak. Mereka senanglah kalau dikasih kelebihan."Cempaka mengangguk lagi usai meneguk air dari dalam gelas."Ikhlaskan.""Ya, Bu," sahut Cempaka sembari mengemasi catatan penjualan beserta uang hasil jerih payahnya hari ini."Pekan depan Bima mulai kemoterapi, Bu. Bima harus dalam keadaan fit menjalaninya.""Ibu akan temani Bima," usul Cakrawati membuat Cempaka terdiam. Dirinya sebagai ibu juga ingin hadir menemani Bima, hanya saja tuntutan hidup tidak memberinya kesempatan."Sejak Bang Haris berpulang, roda hidupku rasanya sulit berput
Baca selengkapnya
006
"Mama senang dengar kamu bakal menikahi Cempaka. Lama mama tidak jumpa Cempaka," ujar Qonita, ibunda Danendra, melalui sambungan telepon.Danendra bergeming, ia hanya melapor apa yang baru saja terjadi."Dibanding istri kamu itu, Cempaka lebih baik. Dia selalu memakai alasan konflik dengan mertua untuk berpisah dengan kamu, padahal mama sekedar mengingatkan kalau kamu itu dokter dengan tugas seabrek," lanjut Qonita menyinggung persoalan Natali."Ma, tidak perlu kita bahas soal Natali.""Mama angkat soal istri kamu itu, supaya mata kamu terbuka Dane. Dia menginginkan berpisah dari kamu, kamu bilang sekarang dia sudah punya pasangan lain. Lihat, mama tidak salah menilai."Danendra menyugar rambutnya. Malam ini ia lelah sekali usai dari rumah Cempaka langsung menghubungi Qonita. "Mau di mana pernikahan dilangsungkan? Balikpapan, tempat mama, atau Bekasi?" Qonita mulai merasa Danendra tidak nyaman lantaran membahas soal Natali, maka ia menanyakan perihal pernikahan."Bekasi saja, Ma. Bim
Baca selengkapnya
007
Cempaka tersenyum sembari mengangguk. Cempaka pun salut pada kinerja Danendra dalam menangani Bima."Mantan Dane dulu tidak mengerti itu, keberatan kalau Dane terus bekerja, dibilangnya tidak dapat perhatian. Dibilangnya lagi, mama yang menghasut Dane." Secara kebetulan, sejak mereka berkenalan, Cempaka telah memanggil mama pada Qonita.Lukito mencolek istrinya, ia segan menegur dengan kata pada Qonita yang berani menceritakan tentang masa lalu anaknya. ***Pernikahan Danendra dan Cempaka digelar terbatas, hanya keluarga yang menghadiri pernikahan mereka. Qonita dan Lukito pun tidak berlama-lama di Bekasi lantaran bisnis yang tak bisa ditinggal lama. Malam hari pernikahan, mereka putuskan untuk kembali ke Balikpapan. "Dalam kamar ini ada dua ranjang terpisah untuk kita masing-masing. Jangan biarkan ibu atau anak-anak masuk ke dalam."Pandangan Cempaka menyapu kamar besar milik Danendra. Cukup mengagetkan bagi Cempaka ternyata Danendra telah menyediakan ranjang terpisah bagi mereka.
Baca selengkapnya
008
Mereka makan dengan lahap, terutama Bima dan Saras yang sedang tahap pertumbuhan. Danendra menitipkan pesan pada asistennya, Saidah, agar menyediakan makanan sehat di rumahnya."Makananya enak?" tanya Cempaka. "Ya, Ma. Makanan yang luar biasa," puji Saras."Tadi uti memasak bersama bik Saidah," ungkap Cakrawati. "Kamu mau nambah?" Anggukan Saras menjadi jawaban."Danendra seorang dokter anak, dia memesan bahan makanan yang menyehatkan di rumah," ungkap Cempaka, teringat pada pesan pria itu agar percaya pada Saidah sebagai juru masak di rumah."Cempaka, kamu masih panggil nak Dane dengan sebutan nama?"Cempaka yang sedang mengunyah hanya memberi anggukan."Ibu rasa kamu harus punya panggilan khusus, tidak menyebut nama suami."Kunyahan Cempaka memelan hingga berhenti, ia merasa kesulitan menelan, kerongkongan seolah-olah terisi penuh.Cempaka meraih segelas air lalu meneguknya."Saras dan Bima tadi memanggil Om Dane dengan sebutan Bapak," lapor Bima dari bangku seberang meja.Cempaka
Baca selengkapnya
009
"Ganti pakaian Saras di mobil, aku keluar." Danendra memberi sepasang pakaian milik Saras yang sengaja dibawanya dari rumah, menjauh dari mobil.Cempaka menurut tanpa menggerutu lagi. Setelah berpikir jernih dalam perjalanan menuju parkiran mobil, Cempaka merasa Danendra ada benarnya.Namun, ia masih kurang suka dengan cara penyampaian Danendra yang cenderung menghakimi.Danendra mengajak Saras dan Cempaka ke restoran untuk makan malam. Di perjalanan tadi, tidak ada suara Cempaka dan Danendra, kecuali Saras yang bernyanyi mengikuti lagu anak di dalam mobil.Saras menikmati makan malam, sesekali Danendra mengajak Saras bicara, tetapi tidak terhadap Cempaka.Dengan suasana hati seperti itu, nafsu makan Cempaka menurun. Ia meletakkan garpu dan sendok di piring yang masih berisi.Namun, apa yang diharapkannya? Danendra bersikap sebagai seorang suami?Cempaka mengernyih mendapati pikirannya yang tidak sehat. Melunjak! tegur Cempaka pada diri sendiri."Mama, kenapa? Sudah selesai makan?" Ce
Baca selengkapnya
010
Suasana pagi di meja makan diiringi tawa bahagia Saras dan Bima."Saras, mulai besok kamu akan diantar jemput sopir, namanya Pak Heru," sela Danendra yang sedang menikmati sarapan."Apa mama ikut mengantarkan?" tanya Saras. "Tidak. Apa Saras keberatan?" Danendra balik bertanya.Saras menggeleng, hanya saja parasnya datar. Cakrawati dapat menerjemahkan raut lain pada cucunya. "Biar Uti yang temanin Saras, yah. Mama bersama Bima." Cakrawati berusaha memberi penjelasan.Paras Saras yang awalnya gembira menjadi sayu. "Sesekali mama akan mengantarkan Saras, kok. Mama menemani Bima. Berbagi tugas," hibur Cempaka. Proses sarapan terhenti sebentar.Saras tersenyum, ia teringat pada pesan Cempaka tentang penyakit yang diderita Bima bisa ditanyakan pada Danendra. "Pak, aku mau bertanya, boleh?" tanya Saras antusias dibalas anggukan Danendra. "Kanker itu apa, sih? Aku tanya ke mama, mama bilang tanya ke Bapak."Danendra melirik tajam Cempaka yang meringis mendengar pengakuan putri pertamany
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status