Nuha mengulangi pertanyaannya. "Siska, apa Ayu Lita teman sekampungmu? Aku ingin tahu, apa kau mengenal foto ini? "Nuha menunjukan foto Bik Sumi di ponselnya. Siska berkeringat dingin saat menatap lekat foto Bik Sumi. Kemudian Siska mengangguk. Dia akan bicara apa adanya, tetapi tanpa harus mengungkapkan apa yang dilakukannya pada Ayu Lita dulu. "Betul, Ayu Lita teman sekampungku. Foto itu foto neneknya. Nek Sumiati. Namun aku sudah pindah dari tempat itu sejak lama. Kenapa emang?""Dugaanku benar, "Nuha memejamkan matanya. Nuha teringat saat di pemakaman. Memang benar dugaannya, batu nisan yang bertuliskan nama Ayu Lita adalah nama yang sama dengan Ayu Lita teman kampusnya. "Um… mengapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu? ""Kau tahu, neneknya almarhumah Ayu Lita bekerja di rumah Daniel Dash, " gumam Nuha. Nuha lupa jika pernikahannya dengan Darren masih rahasia. Dia bahkan tahu soal ART yang bekerja di sana. "Apa kau bilang?" Siska mengerjapkan matanya beberapa kali. "Sudah l
Maesarah menatap lama sebuah pondok kayu tua di tengah hutan pinus. Dilihat dari desain rumahnya, rumah yang lebih mirip pondok tersebut berusia sudah sangat tua tetapi masih berdiri kokoh. Tanaman liar tumbuh subur di halamannya. Namun keberadaannya sama sekali tak mengurangi keindahan rumah yang indah tersebut jika dilihat dari jauh. Jika dilihat dengan seksama dari dekat, maka siapapun akan menemukan sarang laba-laba yang saling terjalin simetris di beberapa sudut bagian luar rumah tersebut. Maesarah melihat ada jalinan benang laba-laba yang terputus di pintu pagar besi. Seakan ada seseorang yang memasuki area tersebut. Diikuti rasa penasaran yang tinggi, Maesarah mencoba mengintip pintu pagar tersebut. Ternyata pintu pagar dikunci dari dalam dengan kunci gembok. Maesarah meyakini jika ada orang yang memasuki pondok tua tersebut. Mungkin pemiliknya atau orang suruhan yang ditugasi untuk membersihkan halaman yang sudah dipenuhi rumput liar. Namun sebuah pertanyaan menggelitik pi
Bibir Jodi hendak bergerak untuk mengatakan apa yang terjadi sebenarnya pada Daniel Dash tetapi Darren Dash lebih dulu menanggapi perkataan Ksatria dengan anggukan. Seolah dia pun akhirnya mengetahui kebenaran tentang adiknya yang menghilang. Jonathan berpesan pada Jodi untuk merahasiakan kabar tersebut demi kebaikan bersama. Sebagai asisten Jodi tentu pandai memilah dan memilih informasi apa saja yang harus disampaikan pada Darren. Apalagi Jodi yang menggunakan ponsel khusus Darren saat bekerja. "Semoga Daniel segera ditemukan. Pasukan polisi telah disebar. Daddy mu juga sudah menyewa detektif. Kita tunggu saja mudah-mudahan kabar baik datang," tukas Ksatria dengan begitu polosnya. Dia pun langsung menyantap hidangan karena perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. "Aku kira kasus Daniel akan naik ke persidangan. Um… aku harus berhadapan dengan papaku. Daddy mu memakai jasa Papaku. Jelas sudah, aku kalah," lanjutnya lagi di sela makannya. Darren masih setia mendengar perk
Tembikar terbelah bahkan tercecer di lantai di sebuah kamar bernuansa putih yang luas. Tak hanya itu kaca rias yang biasa dipakai untuk berdandan retak. Isi bantal pun berhamburan karena tusukan pisau yang membabi buta. Sang empunya kamar tengah mengamuk dan melampiaskan segala amarahnya melalui barang-barang yang berada di dalam kamar.Wanita cantik paru baya tersebut mengamuk bukan tanpa alasan. Dia menemukan sebuah fakta rahasia teramat kelam yang suaminya sembunyikan selama bertahun-tahun. Rahasia terungkap saat dia mengikuti suaminya yang pergi menuju rumah sakit tak sengaja.“Tunggu Pak Dion! Itu Bapak mau kemana? Kok kenapa mobilnya tidak menuju ke restoran malah lurus,” tukas Sahila pada supir pribadinya tatkala dirinya berniat menyusul suaminya pergi ke restoran.“Iya Bu, Pak Naufal mungkin mau pergi kemana dulu,” sahut Dion dengan santai berbeda dengan Sahila yang merasa tak enak hati. Entahlah, mungkin firasat seorang istri bisa merasakan insting telah terjadi sesuatu.Kemu
Malam menjelang tetapi Sahila masih enggan untuk turun ke bawah untuk makan malam. Padahal di bawah sudah ada Kania menunggu mereka. Kania belum mengetahui apa yang terjadi dengan ke dua orang tuanya. Naufal pun memilih bungkam karena belum siap menceritakan semua itu pada sang putri semata wayangnya dari Sahila. Dia tak ingin putrinya kecewa dengan masa lalunya. “Papa, apa kalian sedang bertengkar?” telisik Kania melihat sang ayah yang terlihat gelisah meskipun mati-matian berusaha bersikap normal. “Biasa orang dewasa. Sedikit berbeda pendapat,” dusta Naufal. “Sayang, kau bisa makan duluan. Papa akan membujuk Mama lagi,” “Baiklah, aku akan makan duluan. Kalian selesaikan masalah kalian dulu,” sahut Kania mengedikkan bahunya. Kemudian tangannya langsung menyambar piring dan sendok untuk diisi nasi dan lauk pauknya. Naufal tak menyerah untuk membujuk Sahila. Dia mengayunkan kakinya menuju kamar utama mereka. Dia kembali mengetuk pintu dengan harapan semoga saja istrinya kali ini lul
Beberapa hari ini Aruni merasa gelisah. Pikiran buruk selalu singgah di kepalanya seakan telah terjadi sesuatu. Belajar dari apa yang telah dia lewati saat perasaan hatinya gundah seolah memberikan tanda bahwa terjadi sesuatu dan dia harus mempersiapkan diri secara mental.“Ummi, kenapa bengong?” tanya Rasyid yang tengah memperhatikan Aruni yang terlihat sedang menonton televisi tetapi matanya menatapnya kosong.Sekilas bayangan Nuha dan Naufal terlintas. Mengapa mereka begitu mirip. Ketakutan Aruni adalah saat Nuha mengetahui bahwa dirinya bukan anak kandung Hilal. Sementara itu Nuha sangat menyayangi Hilal. Entah bagaimana perasaannya nanti.“Ummi …” seru Rasyid tetapi kali ini dengan menggoyangkan lengan sang ibu.Aruni menoleh pada Rasyid dengan mengernyitkan keningnya. “Apa?”“Ummi kenapa melamun? Nanti kesambet setan loh, serem,” sahut Rasyid dengan mencebik pelan. Saat Aruni tak fokus dengan tontonannya. Dengan sigap Rasyid mengganti saluran televisi.Aruni baru sadar jika diri
Jonathan dan Kinan langsung menghambur menghampiri Daniel yang terbaring di atas ranjangnya. Mereka tersenyum bahagia melihat Daniel ditemukan selamat. Terutama Kinan yang menangis sesenggukan saat melihat putra semata wayangnya selamat. Setiap ibu pasti akan merasakan hal yang sama seperti Kinan pada kondisi tersebut.“Puji Tuhan kau selamat, Daniel. Mommy sangat mengkhawatirkanmu,” tukas Kinan seraya mengusap pucuk kepala Daniel dengan lembut. “Mom masih penasaran, siapa sebenarnya dalang penculikanmu. Kenapa dia begitu tega. Apakah kau punya musuh?”Daniel hanya menyimak sederet pertanyaan sang ibu dengan enggan menjawabnya. Berita yang tersebar ialah Daniel terlibat dalam penculikan human trafficking. Hanya dia yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia telah diinterogasi oleh pihak berwajib dan menjelaskan kronologi dirinya diculik oleh kelompok tersebut tanpa menceritakan tentang Bik Sumi yang ternyata telah menyekapnya. Dia memiliki alasan tersendiri melakukan hal demikian.“D
Seorang wanita tua tampak duduk terpaku di sebuah kursi halte bus yang kosong dengan tatapan kosong. Di tangannya sebuah tas besar dipegang dengan sangat erat sehingga urat-urat tangannya terlihat menyembul di telapak tangannya yang sudah keriput karena usianya sudah senja.Lamunannya buyar tatkala suara klakson sebuah bus menuju luar kota berbunyi beberapa kali. Sangat berisik. Kakinya yang tak lagi gesit kini mengayun dengan langkah lebar menuju anak tangga bus tersebut dengan salah satu tangan menenteng tas besar dan sebelah tangan lainnya berpegangan pada handle besi yang berada di pintu masuk. Wanita itu menolak bantuan kondektur yang berusaha menuntunnya karena dia merasa mampu melakukannya sendiri.Usia boleh senja tetapi tubuhnya masih bugar sehingga dia merasa bisa lakukan apapun yang dia inginkan. Dia pun duduk di bangku kosong yang berada paling belakang karena hanya itu bangku kosong yang tersedia. Dia menaruh tas tersebut ke dalam bagasi kabin lalu duduk dekat jendela da