Di sebuah lobi hotel bintang lima, usai acara rapat dengan para investor, Darren Dash tengah duduk dengan gelisah karena telah meninggalkan Nuha. Baru sehari dia merasa tak tenang dan ingin segera pulang melihat kondisinya. Apalagi saat mendengar jika ke dua orang tuanya tak ada di rumah. Dia kepikiran soal teror yang mengusik Nuha. Mungkin Nuha tidak sadar akan teror yang membahayakan tersebut, pikirnya. Darren rutin mengecek rekaman CCTV melalui ponsel pintarnya untuk memastikan Daniel tidak berbuat ulah pada Nuha. Sejauh ini hasil rekaman CCTV tidak menunjukan sama sekali tindakan Daniel yang mengarah ke sana. Namun perasaannya tetap gelisah, seolah ada ikatan batin yang terhubung di antara dirinya dan Nuha.Hujan turun dengan lebat secara merata. Namun Darren tetap ingin pulang. Jodi yang melihat tuannya gelisah menghampirinya.“Pak Darren ada apa?” tanya Jodi melihat seraut wajah Darren dengan penuh tanda tanya. “Saya akan pulang sekarang,” sahut Darren dengan menatap ke arah
Darren sontak terkejut mendengar perkataan Kinan yang mengira jika Darren dan Nuha telah melakukan hubungan layaknya sepasang suami istri. “Mom …”Darren menggeleng pelan dan meringis. Jangankan melakukan hal sesakral tersebut, untuk sekedar berbincang saja Nuha merasa enggan. Bagaimana bisa Kinan berpikir sejauh itu. Kinan tidak mengetahui ihwal trauma yang diderita Nuha. Bagaimana Nuha bisa menerima semua itu saat hati dan pikirannya dihantui rasa takut.“Ah, iya, Nak, tak apa. Wajar ‘kan kalian suami istri,” tukas Kinan sembari tersenyum. Namun Darren malah mengernyitkan dahinya. “Mom, aku berpakaian dulu ya,” Darren menutup pintu kamar lalu memutar kepalanya menengok ke belakang di mana Nuha sedang bersembunyi di balik selimut, memeluk tubuhnya sendiri.Nuha tengah diselimuti rasa takut bercampur was-was. Dia takut sekali karena satu kamar dengan Darren. Darren meminta haknya sebagai seorang suami. Terlihat kini Darren bahkan berani telanjang dada di hadapannya.Adalah hal yang
“Pagi!”Darren menyapa Nuha yang baru saja turun dari lantai tiga lift kamarnya. Kemudian dia tersenyum hangat pada Nuha yang memilih menunduk.Nuha terlihat manis mengenakan gamis warna favoritnya, hijau tosca. Apalagi gamis yang dipakainya bermerk dan seringkali dipakai oleh para selebritis muslimah. Elegan dan mahal.Nuha hanya melihat sekilat Darren lalu memilih tempat duduk yang agak jauh darinya.“Biasanya kau masak untuk sarapan?”Darren mencoba berbasa-basi.Nuha hanya menjawab dengan gelengan. Dia bangun kesiangan sehingga tak sempat membuat sarapan.“Ada kuliah hari ini?” tanya Darren dengan hati-hati. Sebetulnya dia sudah tahu agenda Nuha hari ini. Hanya ada satu mata kuliah dengan dua SKS.Nuha menjawab dengan anggukan.“Ijin dulu! Kita akan menghadiri acara pernikahan kolega Daddy,”Darren menarik piring berisi spageti yang disajikan oleh koki rumah yang kebetulan sudah kembali bekerja. “Thanks, Pak Tri!” ucap Darren pada koki yang sudah lama bekerja di rumahnya. Darren
Nuha terkejut saat mendapati pengantin mempelai wanita ialah Maesarah Basri. Sudah bisa diterka berarti mempelai pria ialah Muhammad Attar.Mendengar sapaan Maesarah Basri yang berisi sebuah tuduhan, menyadarkan Nuha bahwa saat ini dia tengah berada dalam pernikahan sang mantan kekasih, mantan tunangannya.Matanya yang bulat besar lekas mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Resepsi pernikahan tersebut seharusnya untuknya bukan untuk wanita dewasa yang menyambutnya dengan tak ramah.Perih. Satu kata yang mewakili perasaan Mariyam Nuha detik itu. Ingin segera berlari dari tempat itu.“Mariyam Nuha! Apa kau tuli? Lekas pergi dari sini! Please, tolong jangan lakukan drama! Hubungan Mas Attar dan kau telah berakhir. Aku sekarang istri sahnya,” ucap Maesarah dengan sedikit memelas tetapi penuh penekanan. Tentu saja dia takut jika Attar melihat kedatangan Nuha. Nuha hanya bergeming dengan pikiran yang berkecamuk. Mengapa kisah cintanya tak seindah yang dipikirkannya.Beberapa det
__________Attar hanya mampu pasrah dan melepas kepergian kekasih hatinya dibawa oleh suaminya.Beberapa pasang mata menyaksikan pemandangan tersebut dengan penuh penasaran.Nuha hanya bisa memejamkan matanya, tenggelam dalam dada suami dengan tangan yang mencengkram kemejanya tanpa sadar. Merasakan dirinya kali ini begitu rapuh dan lemah. Namun entah mengapa kali ini dia merasa nyaman berada di sisinya.Jantung Darren berdegup kencang merasakan kesedihan yang dialami gadis yang tengah berada dalam dekapannya.Darren membawa Nuha ke dalam mobilnya, membiarkannya meluapkan segala kesedihannya. Dia mengatur kursi sedemikian rupa agar Nuha bisa istirahat. Setelah merasa lebih baik, Darren membawa pulang Nuha dengan perasaan yang bersalah.“Ough!” seru Darren meringis tatkala Nuha mengobati luka di wajah Darren dengan cairan antiseptik.Tanpa sepatah kata, Nuha berusaha berbuat baik pada orang yang berbuat baik padanya. Setelah dia merasa tenang dia menghampiri Darren dan menawarkan bantu
___________Karena tak bisa tidur, Nuha mengambil air wudhu lalu menunaikan shalat sunnah dan mendaras alquran seperti biasa. Setelahnya dia berjalan menuju balkon kamar yang begitu luas dan duduk di sana. Dia menatap bintang gemintang yang begitu indah dan tenang. Nuha berandai-andai, kembali pada beberapa waktu yang lalu, menjalani hari-harinya dengan normal sebagai seorang gadis lajang.Perut Nuha tiba-tiba bergemuruh, meronta meminta makan. Saat menengok jam, sudah pukul dua malam. Rumah terasa sangat sepi. Nuha takut jika turun ke dapur berpapasan dengan Daniel Dash. Namun perutnya tidak bisa diajak kompromi. Dia benar-benar didera rasa lapar yang tak biasa sejak tadi siang. Berharap menemukan makanan yang lezat saat acara kondangan tetapi malah ‘makan hati’.Nuha memberanikan diri, menyentuh Darren yang tertidur pulas mirip seekor kucing dengan menjentikkan ujung jarinya pada lengannya.“Hei! Bangun!” seru Nuha benar-benar tak biasanya membangunkan Darren. Darren sampai berjengi
______Setelah mendengar ceramah panjang lebar dari seorang guru Aqidah Akhlak, Salwa berlari menghambur pada sang ibu dengan menangis.“Ummi,” ucapnya dengan terisak.Aruni sampai terperanjat dan menjatuhkan beberapa barang bawaannya ke lantai saat dia hendak pergi ke kebun.“Ummi …”Salwa menangis.Ada apa dengan anak itu? Pikir Aruni dengan dahi yang berkerut. Apakah sesuatu telah terjadi padanya? Punya masalah ‘kah?“Ummi …” katanya dengan merengek.“Um, ada apa?” Aruni merenggangkan pelukan putrinya.Salwa menatap Aruni dengan tatapan penuh rasa bersalah.“Maafin aku Ummi … aku sudah durhaka sama Ummi,”Aruni hanya tersenyum hangat melihat tingkah anaknya tersebut, rupanya Salwa merasa bersalah karena telah mendiamkan ibunya dan telah mempermasalahkan masa lalu sang ibu dengan menyudutkannya tanpa tahu kisah seutuhnya, tanpa tahu luka yang dialami Aruni saat itu.“Sudah … sudah … Ummi juga minta maaf, Nak! Ummi mungkin terlalu egois. Maaf, Nak, untuk saat ini biarlah masalah Nuh
“Hei, apa kau baik-baik saja?” tanya Kania terus memperhatikan Nuha.“Aku baik,” singkat Nuha, membuka tutup botol air mineral lalu meminumnya perlahan-lahan.“Kok, aku ngerasa kau sedang tidak baik-baik saja,”Kania melambaikan tangannya pada pelayan tadi. “Mie ayam bakso dan es mojito,”Kania berusaha menormalkan perasaannya yang berkecamuk saat ini. Sedari awal dia sudah mulai curiga padanya.“Aduh, jangan banyak berasumsi coba … aku gak kenapa-kenapa,” elak Nuha dengan tanpa menatap Kania. Tak berani menatap sahabatnya tersebut.“Kenapa ya … feelingku gak enak,” gumam Kania. Seingatnya Nuha memiliki kepribadian supel, peduli padanya dan pada siapapun termasuk teman-teman kuliahnya.Kania tak sengaja menangkap pembicaraan yang terjadi di antara Romi dan Huda di bengkel. Saat Kania sedang berada dalam mobil ayahnya bersama supir, mobilnya lecet karena ditabrak pengendara beroda dua.“Apa kau yakin tidak ikut balapan?” tanya Romi pada Huda yang tengah mengisap rokok sembari menunggu