Setelah tiba di bandara Soekarno-Hatta, Darren Dash mengajak Mariyam Nuha tinggal sementara waktu di apartemen miliknya. Nuha masih terlihat syok dan lemas. Nuha duduk termenung di balkon dengan tatapan menerawang. Sementara itu Darren sibuk menaruh beberapa barang dan koper di kamar. Setelahnya dia pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Lalu dia memakai kaos dan celana selutut. Tak lupa dia memakai wangi-wangian. Dia pria yang menjaga penampilan.Darren membawakan obat yang harus diminum Nuha.“Nuh, minum obat dulu,”Darren menaruh satu botol air mineral dan beberapa strip obat yang harus Nuha minum.Nuha melirik sekilat pada lembaran obat yang ditaruh Darren lalu membuang wajahnya menatap cahaya kerlap-kerlip yang menampilkan keelokan gedung-gedung pencakar langit.Darren memutuskan duduk di samping Nuha, menemaninya. Dia mengeluarkan macbook untuk mengecek laporan perusahaan yang dikirim Jodi via surel.Saat Darren asik mengotak-atik keyboard, Nuha beringsut dari duduknya lal
Suhu udara terasa lebih dingin dari biasanya pagi itu. Beberapa orang malas keluar rumah dan beraktifitas dalam kondisi seperti itu. Kabut turun menyelimuti daerah tersebut, hingga membuat kaca-kaca jendela berembun.Namun pemuda bertubuh bersih dan berotot yang tinggal di sebuah rumah mewah yang berada dekat hutan pinus tersebut bangun sangat pagi. Dia melakukan beberapa gerakan workout untuk menghalau rasa dingin dan ingin berkeringat.Kebiasaan pagi hari sebelum beraktifitas, pemuda berhidung bangir pergi ke halaman belakang setelah melakukan workout ringan. Dia memakai perlengkapan memanah. Seorang pelayan menyiapkan perlengkapan olahraga memanah dan menaruhnya di atas meja tak jauh dari sisinya. Pun, dia menyiapkan teh tawar dan beberapa potong buah serta segelas susu untuk majikannya.“Pak Attar, mau pakai busur yang mana?” tanya pelayan pria dengan sopan. “Horsebow,” jawab Attar dengan singkat. Lalu dia gegas memakai perlengkapan memanahnya dan menyiapkan diri.Attar mengambi
“Papa kemarin dari mana pulang malam?” tanya Kania pada Naufal yang baru turun untuk melaksanakan ritual keluarga, sarapan bersama di ruang makan. Di ruang makan, hanya ada Kania dan Naufal. Sahila tidak berada di sana. Hal tersebut membuat Naufal didera rasa penasaran. Kemanakah sang istri pagi buta. “Mama kemana?” Bukan menjawab pertanyaan Kania, Naufal malah balik bertanya pada putrinya sembari tangannya sibuk meraih sendok dan garpu. “Mama, pergi pagi sekali. Aku tak tahu kemana Mama pergi,” jawab Kania dengan mengedikkan bahunya. “Papa kemarin nyari bahan-bahan buat menu resto biasa. Agak susah soalnya. Ada barang tetapi harga mahal,” jawab Naufal lalu menyendok nasi goreng dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Kania mengamati gerak-gerik sang ayah. Dia mendapat kabar dari teman kampusnya bahwa Naufal datang ke kampus dan mencari tahu tentang sahabatnya, Mariyam Nuha. Untuk apa Papa mencari tahu tentang Nuha? Kania menaruh curiga pada sikap ayahnya. Apa jangan-jangan sang
Malam itu terasa mencekam, hanya terdengar suara burung hantu yang berdekut di luar rumah. Keringat dingin mengucur deras melalui pelipis pemuda berambut pirang yang kini tengah jalan mondar-mandir di dalam sebuah kamar yang berada di dalam paviliun rumah temannya.Terdengar suara ketukan sepatu yang beradu pada lantai paving block di halaman paviliun. Suara tersebut mengusik gendang telinganya dan berhasil membuat lehernya bergerak untuk menoleh ke arah pintu.“Romi? Kau ‘kah di sana?” seru pemuda tersebut dengan suara yang berat dan setengah berbisik.Pemuda yang datang dan dipanggil Romi langsung membukakan pintu kayu tersebut dan menatap sahabatnya dengan gelengan kasar.“Gila lo!” umpat Romi seraya menatap Daniel Dash dengan tatapan sengit.“Jangan banyak bacot! Cepat bantu aku pulang!” seru Daniel Dash dengan masih menahan sakit pada lengannya yang diperban. Setelah aksi pengejaran di klinik karena telah berusaha menculik Mariyam Nuha, dia dikejar oleh polisi yang berjaga malam
Nuha menatap Dave lalu menatap Darren bergantian dengan tatapan telisik.Darren yang baru datang langsung duduk di samping Nuha, merangkul pundaknya dengan satu tangan lalu tersenyum manis pada istrinya yang terlihat cemas. “Sudah ngobrolnya?” tukas Darren pada Nuha yang dijawab dengan anggukan.Darren menghadap Dave kemudian.“Dave dan Teh Selina makasih ya untuk hari ini. Sudah mau direpotkan dan meluangkan waktunya,” ucap Darren dengan mengedipkan matanya sebelah pada Dave.Dave langsung paham akan kode yang diberikan Darren padanya.“Ah, ya, Nuha sebaiknya minum vitamin juga dan obat tidur agar bisa istirahat malam hari. Jadi Nuha takkan gelisah lagi,” papar Dave dengan menulis resep singkat dan langsung memberikannya pada Darren.“Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi ya Teh Nuha,” Selina memeluk Nuha dengan hangat, berupaya menguatkan Nuha.Dave dan sang istri pun berpamitan pulang. Baik Darren dan Nuha mengantar mereka hingga ke pintu depan apartemen.“Mas, ternyata Teh Selina
Saat prosesi pertandingan dan kenaikan sabuk tiap tingkatan selesai. Salwa tidak seperti sebelumnya begitu antusias. Dia merasa kesal mengingat di mana Maesarah Basri menjadi pusat perhatian para murid padepokan karena kepiawaiannya dalam bertanding meski dia seorang perempuan. Pun, selain seorang ustadzah dia juga seorang pendekar bersabuk merah.Meskipun dengan segala keunggulan yang dimiliki oleh Maesarah Basri sama sekali tak membuat Salwa terkagum-kagum seperti yang lain. Salwa kesal dan menaruh rasa benci pada wanita seperti dirinya, wanita oportunis yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.Salwa pernah menyaksikan saat Maesarah Basri mendatangi kakaknya, Mariyam Nuha waktu dulu. Dia jelas-jelas meminta Mariyam Nuha untuk tidak berhubungan dengan Muhammad Attar. Maesarah terus meyakinkan Nuha bahwa Nuha tak cocok menjadi menantu Kyai Ilyas karena status mereka seperti langit dan bumi. Namun Nuha bukan seorang yang lemah, dia menolak permintaan Maesarah Basri apapun alasannya.
Setiap pagi selain melakukan workout atau olahraga pagi, Muhammad Attar seringkali melakukan murojaah usai bermunajat di sepertiga malam karena dia seorang hafidz (penghafal alquran). Murojaah adalah mengulang bacaan hafalan surat dalam alquran agar dia senantiasa mengingat bacaan tersebut.Setelah melakukan murojaah dia menyimpan kembali alquran mininya ke dalam laci. Lalu dia menoleh pada ranjang di mana sang istri sudah tidak ada di kamar. Maesarah Basri seringkali bangun sebelum sang suami bangun. Attar merasa penasaran apa yang dilakukan sang istri pada pagi buta. Perilakunya misterius dan mencurigakan. Ada banyak kejutan pada dirinya. Dimulai dia tiba-tiba muncul menawarkan dirinya sebagai calonnya, pengantin pengganti. Lalu dia tiba-tiba terlihat seperti seorang ksatria wanita di mana dia memiliki kemampuan dalam bidang memanah.Tak hanya itu, setelah melakukan ibadah suami istri, Attar menyadari jika tubuh istrinya tersebut sangat bagus dan body goal. Tubuhnya berotot seperti
Darren dan Nuha sudah tiba di area perkantoran PT Jonathan Dash Corp. Mereka tidak langsung pulang ke kediaman Jonathan tetapi langsung pergi ke kantor karena ada beberapa urusan pekerjaan yang tak bisa diwakilkan pada siapapun dan harus Darren Dash yang menanganinya.“Siang, Pak Darren,” sapa salah satu karyawan dengan sedikit menundukan kepalanya lalu tersenyum pada Nuha dengan senyuman penuh tanda tanya. Siapakah gadis yang dibawa oleh sang pemimpin perusahaan.Semua orang penasaran dengan hadirnya Darren Dash dan seorang wanita berpenampilan agamis ke sana. Beberapa karyawan saling berbisik dan menikmati sepiring gosip di siang hari melihat kedatangan sang CEO. Sehingga memunculkan sebuah rumor bahwa Darren Dash menjadi mualaf karena sosok wanita agamis tersebut. Menyadari menjadi pusat perhatian karyawan di sana, Nuha meringis merasa malu.“Mas, tunggu!” seru Nuha yang berusaha berjalan cepat mengimbangi Darren yang memiliki langkah kaki yang panjang.“Sorry, aku merasa jalan se