Assalamua’alaikum Dear fellas, mohon maaf lahir batin ya ... It’s Giveaway time! Untuk bulan ini ada hadiah voucher pulsa 50K khusus buat pembaca yang ngasih gem paling banyak sampai akhir bulan ini saja. Dan Jangan lupa syaratnya follow akun @pie_mar 2023 Break a leg!
“Kemana Ibu?” tanya Darren Dash pada Farah yang tengah asik mendandani Mutia. Kini gadis cantik bermata hazel itu sedang menjadikan Mutia muse untuk perlengkapan make up yang baru dibelinya. Satu set alat make up khusus untuk anak-anak.Mutia hanya pasrah ketika pipinya ditepuk-tepuk dengan dengan compact powder dan ditampar blush on. Beberapa kali ia bersin karena tak sanggup lagi dengan aroma aneka kosmetik yang diaplikasikan pada wajah ayunya.Darren Dash mengangkat sebelah alisnya. Mencoba berpikir tentang apa yang Farah lakukan. Sebelumnya anak gadisnya itu senang menjahit sampai pakaian ibunya menjadi korban karena digunting-gunting menjadi kain perca. Sebelumnya lagi ia tertarik memasak. Ia seringkali membuat kekacauan di dapur. Sekarang ia senang berdandan. Segala hal baru ia coba, tak beda jauh dengan tingkah Asyraf dan Farrel.Melirik Mutia, Darren menahan tawa melihat betapa sabarnya ART yang satu itu dalam menghadapi putrinya.“Ibu di kamar Ayah.”Farah menaruh kuas yang t
“Maaf, tadi Rasyid mengatakan jika kau sedang berada di gudang. Aku tidak mengira kau sedang berolahraga. Aku kira kau sedang beres-beres gudang.”Naufal mengemukakan permintaan maafnya karena langsung melesak masuk tanpa Aruni sadari.“Tidak apa-apa.”Aruni berusaha untuk tetap tenang kendati ia sempat terbatuk karena saking terkejut melihat kedatangan Naufal ke sana.Bukan salah Naufal, Rasyid yang sengaja menunjukan di mana dirinya berada.Aruni bicara bahkan tanpa menatapnya. Ia meraih handuk untuk menutupi rambutnya. Ia masih merasa jika Naufal ialah orang asing yang tiba-tiba datang masuk ke dalam hidupnya.Melihat reaksi Aruni itulah yang membuat Naufal merasa tak sanggup mendatanginya. Ia merasa jika Aruni terpaksa melanjutkan pernikahan mereka. Apakah Aruni masih membencinya?Harapan Naufal ialah ada setitik rasa di hati Aruni untuknya. Tak apa, ia akan menunggu sampai Aruni siap.“Kau mandi dulu. Aku akan menunggu di ruang tamu. Nanti kita bicara.”Naufal meninggalkan Aruni
Malam itu menjadi saksi ke dua insan yang tengah mengungkapkan perasaan masing-masing. Baik Aruni maupun Naufal saling mendengarkan kisah masing-masing. Mereka larut dalam kisah cinta mereka yang belum usai.Aruni cukup syok mendengar cerita Naufal. Bagaimana ia berusaha memperjuangkan cintanya. Bahkan ketika Hilal mengatakan padanya jika Aruni sudah pindah, ia terus mencarinya. Hanya saja, sang pencipta tengah membuat alur takdir. Mereka harus terpisah lalu kembali bersatu dengan caraNya.Aruni percaya semua kata-kata Naufal. Ia tidak berdusta. Ia berkata sejujur-jujurnya. Ia pun masih ingat ketika akan melahirkan Mariyam Nuha, kondisi finansial suaminya yang seorang ustaz buruk. Seorang ustaz kampung tidak memiliki pendapatan yang tetap. Mereka hidup susah.Namun tiba-tiba saja Hilal membawa sejumlah uang dalam nominal cukup besar malam itu. Aruni tidak mempertanyakan soal berasal dari mana uang itu ia mengira jika Hilal meminjam uang. Ia hanya bersyukur uang itu cukup untuk biaya b
Aruni bangun kesiangan tak seperti biasa. Karena semalam ia menghabiskan waktu berbincang cukup lama dengan Naufal maka ia baru bisa benar-benar tidur saat larut malam. Bahkan ia sampai tidak menyadari kepulangan putrinya.Wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu tersentak saat bangun karena ia mendapati dirinya berada dalam dekapan seorang pria. Ia melenguh pelan saat menoleh untuk melihat siapa yang tidur bersamanya. Seketika senyum terbit di wajahnya.“Mas Naufal,” gumam Aruni menatap wajah tampan pria yang tengah tidur pulas.Tatapannya beralih pada jam di atas nakas. Matanya membola saat menyadari jika jam digital itu sudah menunjukan angka 05.30.“Mas, bangun! Sholat subuh!” Aruni memanggil Naufal dengan perlahan. “Mas, bangun!”Aruni menarik hidung suaminya pelan. Naufal susah dibangunkan.Seketika Naufal tersenyum dan memeluknya dengan satu tangan.“Kau tak pernah berubah. Kau jahil!” imbuhnya dengan mempererat pelukannya. “Argh, seperti mimpi. Apa aku sedang bermi
“Mas Daniel! Mas Daniel! Tunggu!” Salwa mengejar Daniel yang terlihat cemburu. Betapa tidak cemburu, Salwa tengah mengobrol berdua dengan seorang pemuda sepantarannya. Lalu ia merasa percakapannya dengan pria itu biasa saja. “Teteh, lagian berduaan sama lelaki! Teteh itu kenapa sih? Suka bikin masalah terus! Wajar Mas Daniel marah. Teteh jelas salah!” Rasyid menasehati kakaknya sok bijak. Sebagai seorang adik, ia ikut merasa bersalah. Tunangannya jauh-jauh datang untuk menjemputnya dan menemukan jika kekasihnya sedang berbincang berdua di air terjun yang sepi. Sebetulnya tidak benar-benar sepi. Awalnya ada beberapa orang yang menghabiskan waktu di air terjun itu. Namun satu per satu pulang. Naasnya, Daniel mendapati Salwa saat berduaan dengan pria itu sehingga menimbulkan spekulasi negatif. “Hei, Prof! Dia itu teman Teteh waktu SD. Orangnya lucu jadi gimana Teteh gak ketawa dengar ceritanya. Orang lagi sedih, dia ngelawak,” Salwa berkelit. Ia merasa tidak bersalah. “Padahal kehi
Kania tersenyum melihat kepulangan sang ayah yang terlihat sumringah setelah pulang dari rumah istri barunya. Namun, mengapa istrinya tidak terlihat? Kemanakah Ummi Aruni?Kania yang sudah berada di dalam mobil hendak ke kampus sebab hari itu suaminya sedang ke Pondok, langsung turun dan menyambut kepulangan sang ayah.“Papa, di mana Ummi?” tanyanya bernada khawatir. Ia memeluk dan mencium pipi ayahnya seperti biasa.Naufal bisa membaca gurat kecemasan pada wajah putrinya. Mungkin sedekat itukah Aruni baginya hingga ia bisa begitu tegar melanjutkan hidupnya.“Sayang, maaf,” imbuh Naufal menggantung.“Jangan bilang Papa ceraikan Ummi?” seru Kania dengan wajah yang mendung.“Dengar, dulu!”“Papa tega ya …”“Siapa yang menceraikan Ummi? Ada-ada aja! Papa juga paham agama sedikit-sedikit. Makanya dengarkan Papa,”“Baiklah, kenapa Ummi tidak ikut? Papa ke rumah Ummi gak? Papa habis dari mana kalau begitu?”Mendengar serbuan pertanyaan Kania mengingatkannya pada sosok Sahila yang cerewet d
“Mang, kopernya bawa ke kamar atas!”Naufal memerintahkan supir yang baru saja menjemput Aruni dan Rasyid.Sore itu Aruni baru saja tiba di kediaman Naufal yang mewah. Rumah besar itu kini akan terisi oleh anggota keluarga yang baru. Kamar-kamar berukuran luas dengan furniture yang lengkap dan mahal itu kini terisi. Naufal menyiapkan kamar dua lagi untuk Rasyid dan Salwa. Nuha sudah memiliki kamar sendiri. Ia menempati paviliun mewah dekat taman dan kolam renang. Di sana juga ada taman bermain untuk si kembar tiga.Aruni hanya mengekori langkah Naufal, berjalan di belakangnya sembari mendengarkan Naufal yang menjelaskan ruangan-ruangan yang berada di sana-di mana ruangan tersebut sudah direnovasi. Ada perubahan besar-besaran di sana demi menyambutnya.Bahkan Naufal memperluas ruang kebugaran agar ia dan Aruni bisa berolahraga bersama.“Sayang, kau tidak boleh berjalan di belakang Mas! Kau harus berjalan di samping Mas karena kau istri Mas,” bisik Naufal ke telinga Aruni hingga membua
“Apa Ummi?”Nuha terkejut saat mendengar penuturan ibunya soal rencana pernikahan adiknya. Pantas saja ada acara makan malam. Mertuanya juga turut diundang.Nuha baru saja bergabung di rumah Naufal serta merta membawa ke tiga anaknya dan pengasuh mereka. Masing-masing anaknya mendapat pengasuh satu. Karena ke tiga anak Nuha-Darren hiperaktif dan senang mencoba hal yang baru dan cukup membahayakan.“Ummi sudah memikirkan dengan matang. Ummi juga sudah berdiskusi dengan Papamu. Papamu setuju. Lebih baik pernikahan dipercepat. Namun untuk resepsi bisa ditunda setelah semua kondusif.Kania juga belum melakukan resepsi. Kita masih berada dalam suasana duka. Namun Ummi jauh lebih khawatir pada adikmu. Kau tau sendiri, anak itu pembangkang. Ummi takut dia terjerumus pada hal-hal yang menyebabkannya celaka dan … naudzubillah,”Aruni berusaha memberi pengertian Nuha. Hubungan Salwa dan Daniel juga cukup dekat sehingga sebagai seorang ibu sudah seharusnya ia bisa menentukan sikap. Ketika ada jo