“Sayang, bisa gak?”Daniel bertanya pada istrinya yang tengah meracik espresso sesuai instruksinya.Salwa terlihat anteng mencoba membuat secangkir espresso. Ia senang mempelajari hal-hal baru.Ia menggiling beberapa biji kopi lalu menyeduhnya. Di belakangnya Daniel tengah merapikan berbagai toples berisi aneka jenis kopi dan memasukkannya ke dalam kabinet yang menggantung di depannya.Tiba-tiba istrinya mengaduh. “Aduh, panas!”Tak sengaja air panas mengenai tangannya karena kurang hati-hati.“Ya ampun sally, kenapa gak hati-hati!” seru Daniel panik ketika melihat Salwa kurang hati-hati dalam menuangkan kopi espresso ke dalam cangkir keramik. Daniel buru-buru menarik tangan istrinya dan membasuhnya di bawah air yang mengalir selama dua puluh menit untuk menetralkan suhu kulitnya. Untung wastafel berada dekat. Salwa kurang fokus dalam membuat kopinya. Sembari melakukan step brewing kopi, ia masih kepikiran tentang apa yang terjadi pada kafe itu. Perbincangan karyawan kafe tadi mengu
“Maaf, ada apa?” tanya seorang pelayan menghampiri seorang wanita yang terlihat tengah marah pada seorang pria. Mereka mengira jika Salwa dan Raja adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar.“Hey, Calm down, Honey!!” seru Raja sama sekali tidak marah pada wanita yang berada di hadapannya. Beruntung Salwa menyiramnya dengan teh dingin bukan teh panas yang mungkin bisa membuat kulit dadanya melepuh.“Mas, tidak kenapa-kenapa?” seru seorang pelayan wanita menghampiri Raja.“It’s okay,” jawab Raja dengan senyum sinis. Raja mengambil tisu di atas meja lalu mengusap kemeja yang basah akibat tumpahan teh yang menodai pakaiannya.“Maaf, Mas dan Mbak jika memiliki masalah tolong selesaikan di luar. Anda telah mengganggu kenyamanan para pengunjung resto.”Seorang pelayan lain memanggil manajer restoran itu. Alhasil mereka mendapat teguran.“Maaf, Pak. Ini hanya kesalahpahaman. Maklum istri saya sedang ngidam jadi sensitif.”Dengan tanpa rasa malu Raja mengatakan itu pada manajer resto. Sa
“Ada apa Nuha?” tanya Aruni pada putrinya yang terlihat panik. Hari itu Aruni sedang berada di rumah Nuha. Ia mengunjungi putri kesayangannya yang tengah hamil muda. Ia mengkhawatirkan kondisinya.Mariyam Nuha terlihat panik saat mendengar kabar dari sekolah yang mengatakan bahwa Farah telah memukul teman sekelasnya hingga dilarikan ke rumah sakit.“Ummi,” imbuh Nuha menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.“Apa Nuha? Apa terjadi sesuatu dengan anak-anak?” tanya Aruni bernada khawatir.“Ummi, aku harus pergi ke sekolah sekarang. Ummi, tunggu saja di rumah. Asyraf gak ada temannya soalnya.”“Iya tapi … ada apa?”“Ummi, Farah memukul temannya hingga dibawa ke rumah sakit. Huft, aku gak tahu apa yang terjadi. Tapi aku kaget kok bisa Farah bisa semarah itu pada temannya hingga berani memukulnya.”Nuha menceritakan apa yang didengarnya dari pengakuan wali kelas Farah.“Apa? Memukul? Anak itu masuk rumah sakit sehabis dipukul Farah? Separah itukah?” sahut Aruni tak percaya denga
“Aku akan bilang ke Abi. Kau tenang saja. Kau tidak akan dikeluarkan dari sekolah. Abi akan membantumu. Kalau Abi tak berhasil, Kiai Ashabi akan turun tangan. Semua orang menghormati beliau. Takkan ada yang berani melawan beliau.”Seorang bocah lelaki tampan mengusap kepala gadis kecil yang tengah duduk dengan wajah masam di sebuah taman bunga sekolah elit.“Gak usah repot-repot. Ibu pasti bisa menyelesaikannya. Argh, sayang Ayah masih di luar kota. Kalau Ayah datang, pasti si Gavin akan bersujud di bawah kaki Ayah. Tolong maafkan aku, Pak Darren yang terhormat!!!Gadis bermata hazel itu melenguh pelan. Bibirnya terlihat lucu saat memeragakan adegan memelas Gavin dalam dunia imajinernya.“Maafkan aku, Farah. Ini semua karena aku,” seru gadis berwajah imut sembari terisak. Ia duduk di sebelah Farah.“Tenanglah Nada. Kau tidak bersalah! Si Gavin emang anak nakal! Pasti masa depannya suram. Dia pantas dihajar. Belum tahu saya jago silat!!! Dia belum tahu aja Aunty Sally bisa menendang bo
“Siapa gadis cantik ini?” tanya seorang pria dewasa saat melihat Farah berdiri mematung di depan ruangan eksklusif di mana putranya dirawat. Kebetulan pria itu baru saja keluar dari dalam ruangan itu.“Saya Farah, Om!”Farah mengulurkan tangannya pada pria berkaca mata di depannya. Pria tampan itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis di depannya memakai seragam yang sama dengan seragam di mana putranya sekolah. “Saya teman sekolah Gavin, Om,” seru Farah dengan suara pelan. Ia begitu takut melihat pria dewasa di depannya. Jantungnya berdegup kencang.Pria itu masih memandang Farah dengan tatapan penuh telisik. Apakah benar Farah yang dimaksud ialah teman sekolah Gavin yang menghajarnya. Mana mungkin, anak secantik dan semanis itu melakukan sesuatu yang bar-bar pada putra semata wayangnya.“Assalamu’alaikum!!!” sapa wanita muda di belakang Farah. Kedatangan wanita berikutnya membuat pria itu semakin terkejut. Siapa lagi makhluk di depannya? ‘Siapa dia? Cantik sekali?,’ batin pr
“Sudah, Tante, jangan nangis!! Raja memang khilaf,”Romi terus menenangkan ibunda Raja agar tidak terus menerus menangisi sikap putranya-yang ternyata kurang ajar dan tidak tahu diri.Sang ibu tidak menyangka jika Raja bisa melakukan hal memalukan. Ia berusaha melecehkan istri sahabatnya dan membakar kafe miliknya hanya karena cemburu. Padahal ia sudah berusaha mendidiknya dengan benar. Bahkan Raja sempat mondok di sebuah pesantren Islam modern di Jawa Timur.Selama bersekolah, Raja anak yang berprestasi baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang olahraga. Mengapa anak itu bisa mempermalukan dirinya dengan berusaha merebut istri orang?“Anak kurang ajar!! Tidak tahu diuntung!!! Kurang apa Ibu dan Bapakmu itu toh!!! Kami sudah memberikan yang terbaik untukmu! Mengapa kau mengkhianati kepercayaan kami??”“Perempuan banyak!! Mengapa terobsesi pada istri sahabatmu itu!!!”“Tante, sudah!! Semua sudah berlalu.”Romi memeluk tubuh tantenya agar berhenti memukul Raja dengan sapu. Sebelumn
SHIT!!!Daniel berusaha menghindari mobil yang terus mengejarnya dan berusaha menabraknya. Pria sangar dengan tubuh yang dipenuhi rajah ternyata salah mengira jika Daniel tak pandai dalam menaklukan medan jalan. Kemampuan Daniel dalam menaklukan motor trail jangan tanyakan namun kemampuannya juga dalam mengemudikan sebuah mobil dengan logo mercy tak kalah mumpuni.Karena deadline dikejar waktu, Daniel menambah kecepatan mobilnya sehingga melewati ambang batas. Ia mencari jalan berusaha menghindari mobil yang menguntitnya.Pria sangar yang merupakan orang suruhan seseorang untuk menghabisi Daniel kewalahan. Di luar ekspektasi, pria itu jauh tertinggal. Alhasil Daniel bisa pergi melesat meninggalkan mobil itu dan tiba di sebuah convention hall di mana istrinya akan mengikuti prosesi WISUDA meskipun terlambat.Daniel memarkirkan kendaraannya di area parkir gedung. Sebelum beranjak dari dalam mobil miliknya, ia tertegun sejenak. Ia tengah berpikir keras, siapakah orang yang berusaha mence
Seorang pria berhidung bangir terlihat wara-wiri di depan sebuah ruangan bersalin. Ia tengah menunggu detik-detik kelahiran istrinya yang tengah berjuang melahirkan secara normal di usianya tak lagi muda.Sebelumnya seharusnya istrinya mengikuti prosedur sesar untuk melahirkan. Namun ternyata istrinya bersikukuh ingin melahirkan secara normal. Dengan sebuah alasan bahwa dirinya sehat secara fisik.Sebetulnya ia ingin menemani istrinya namun ketika ia masuk, ia mendapat telepon dari putrinya bahwasanya putrinya juga mengalami kontraksi. Sementara itu suaminya sedang pergi keluar kota karena menjadi mubaligh dalam sebuah tabligh akbar.Pria itu merasa heran sebab dari usia kandungan, istrinya yang lebih dulu hamil. Sementara itu putrinya lebih awal satu bulan. Oleh karena itu perkiraannya, seharusnya istrinya yang melahirkan lebih dulu.[Di mana sekarang?]Pria itu merogoh ponsel yang menghuni saku celananya lalu menghubungi putrinya-yang sedang berada dalam perjalanan menuju rumah saki