Share

29. Hidup Itu Pilihan

Martia menautkan kedua alis. Menyadari siapa laki-laki yang mengucap salam tadi. Aku dan Martia pun menuju ruang tamu.

"Ini, Mir pesanannya," ujar Mas Arhab dengan membawa satu kardus minuman gelas merek ternama.

"Loh, kok, bisa Mas Arhab yang nganter?" Martia jauh lebih penasaran dibandingkan aku.

"Tadi Kang Asep lagi mau nganter pas saya lewat depan warung. Tapi ada yang beli juga. Rame, Mar. Jadi aku kasih bantuan."

Aku dan Martia saling pandang. Alasan dari Mas Arhab sedikit tidak masuk di akal kami berdua. Warung Martia tak mungkin seramai itu.

"Oh, gitu. Ya udah makasih, Mas." Martia pun mengangguk.

"Eh ... ada Pak Lurah? Ngapain bawa kardus begitu, Pak?" tanya salah satu rombongan teman ibu. Mas Arhab hanya mengulas senyum.

"Jeng, Jeng Setia, ini dicari Arhab lho!" serunya agar terdengar sampai kamar ibu di ruang tengah.

Aku dan Martia menggeleng. Repot sudah ketemu ibu-ibu model seperti ini. Bisa menimbulkan banyak kesalahpahaman. Mas Arhab tampak tak peduli. Ia meletakkan ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status