Share

57. Dua Minggu Lagi

Matahari merangkak naik. Setelah kunci pintu kamar berhasil terbuka aku bergegas ke sana. Akila kubiarkan menunggu di kamar sedangkan aku bersiap untuk melakukan pekerjaan di kantor. Hari kemarin aku tergolong izin karena tidak kembali selepas jam istirahat.

Pakaian formal berupa kemeja panjang dan celana berbahan semi jins kukenakan. Kali ini kutinggalkan kacamata karena tidak perlu lagi menyamarkan tangis.

"Sarapan dulu, ya, Akila. Habis itu Akila nemenin ibu kerja."

Nasi goreng beserta teh hangat sengaja kupesankan dari restoran Bos Teo dan meminta untuk diantar langsung ke kamar. Akila mengangguk.

"Ibu enggak?"

"Udah. Tadi ibu udah nyicipin waktu Akila masih mandi."

"Baiklah."

Doa sebelum makan Akila panjatkan lalu tanganku sigap menyendok menu itu.

"Aaaaaa."

"Yummi." Kami kompak tersenyum.

Jarum jam sudah sampai di angka tujuh. Harusnya aku sudah membuka pintu kantor dan segera bekerja. Namun, aku meminta toleransi pada Bos Teo untuk sedikit terlambat. Aku tidak mau kehil
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status