Bu Prapti mengamati gadis muda yang dibawa putranya ke rumah. Gadis itu begitu cantik juga santun. Bu Prapti merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya, namun lupa dimana. "Dimana kalian saling mengenal?"tanya Bu Prapti sesaat setelah menghidangkan minuman ke atas meja. Tak mau menutupi, Arjuna menjawab apa adanya. "Ratih ini tetangga Reno dari desa yang bekerja dirumahku, ma. Aku menyukainya dan akan segera menikahinya."ucap Arjuna tanpa beban. "Kamu serius dengan keputusanmu itu, Arjuna?"hardik Bu Prapti emosi, membuat Ratih yang duduk disebelah Arjuna menunduk takut. "Sudahlah, Ma. Tak perlu dipermasalahkan! Yang penting aku menikah dan mama punya menantu."ujar Arjuna enteng. "Tapi tidak dengan pelayan juga, Arjuna Nayendra!"pekik Bu Prapti frustasi. Bagaimana mungkin keluarga Nayendra yang kaya raya dan terhormat bermenantukan seorang pelayan. Mau ditaruh dimana mukanya, kalau sampai rekan bisnisnya tau. "Lebih baik menikah dengan Della saja. Della cantik, pintar, dan
Arjuna beranjak, meski masih sangat kesal dengan mamanya. Dengan malas ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai berpakaian dan merapikan rambutnya, ia segera turun ke lantai bawah untuk menemui mamanya. "Ada apa mama kemari?"tanya Arjuna tanpa basa basi. "Mama ingin membahas tentang masalah yang semalam." "Kalau tujuan mama ke sini untuk menjodohkanku dengan gadis pilihan mama, lupakan saja! karna keputusanku sudah bulat."sahut Arjuna cepat. "Mama sangat tau, kalau kamu itu keras kepala. Oke mama akan merestui, tapi dengan syarat!"tukas Bu Prapti tegas. "Maksud mama apa?" "Mama merestuimu menikahi pelayan itu. Tapi dengan syarat menyembunyikan asal usulnya! Kamu harusnya juga memahami posisi keluarga kita Arjuna. Setidaknya kamu bisa menjaga nama baik keluarga kita."ucap Bu Prapti menjelaskan. "Karna itu ma, aku ingin segera memperbaiki rumah yang ditinggali keluarga Ratih, juga memperbaiki perekonomian keluarga Ratih. Agar tidak dipandang remeh or
Lima bulan kemudian. Rumah gubuk yang menjadi hinaan tetangga itu, kini berdiri kokoh dua lantai. Arjuna memang tak pernah setengah-setengah dalam membantu orang. Semua harus sempurna seperti keinginannya. Beberapa hektar sawah yang digarap oleh Pak Tomo pun sebentar lagi sudah siap untuk dipanen. Diperkirakan hasil panennya akan melimpah dan mendapat untung berkali-kali lipat. Bu Prapti yang sudah tidak sabar untuk menimang cucu, selalu mendesak Arjuna untuk segera menikah. Apalagi sekarang keadaan perekonomian dikeluarga Ratih sudah lebih baik. Arjuna yang lelah selalu direcoki mamanya, memutuskan untuk melamar Ratih secara resmi pada akhir pekan ini. *** Pagi ini keluarga Pak Tomo sibuk menyiapkan jamuan untuk menyambut keluarga Arjuna yang akan melamar Ratih secara resmi. Sedangkan Ratih, sudah pulang ke rumah orangtuanya 2 hari sebelum hari H. Ratih memakai gaun yang dibelikan oleh Arjuna. Lalu memoles wajahnya ala kadarnya. Rambut panjangnya yang biasanya di kucir
Ratih mendekap erat selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ah, sekarang ia sudah bukan lagi seorang gadis, melainkan sudah menjadi wanita seutuhnya. Teringat kejadian beberapa jam yang lalu, membuat pipi Ratih merona. Sebenarnya Ratih belum siap untuk menjalankan tugas sebagai istri. Namun Ratih tak mungkin menolak keinginan Arjuna yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Hingga terjadilah malam pertama. Malam panas yang penuh debar dan penuh gelora. Lelaki tampan yang bergelar sebagai suaminya itu kini tidur pulas disampingnya. Tangan kekarnya melingkar diperut Ratih. *** Bunyi alarm membangunkan Ratih dari tidur nyenyaknya. Ratih berniat bangkit setelah sejenak mengumpulkan nyawa, namun sepasang tangan kekar yang melingkar diperutnya membuatnya tidak bisa bergerak. Perlahan Ratih menyingkirkan tangan kekar itu, lalu menggeser tubuhnya. Baru saja kakinya menapak dilantai, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Sehingga tubuhnya jatuh ke ranjang dan kembali mereba
Arjuna Nayendra adalah seorang pria yang memiliki kekayaan dan pesona yang luar biasa. Wajahnya yang tampan membuat banyak wanita terpikat padanya. Namun dibalik itu, Arjuna memiliki sifat yang dingin dan kaku.Meskipun banyak wanita yang mencoba menarik perhatiannya, namun Arjuna nampak acuh tak acuh. Ia seakan tidak tertarik dengan segala upaya yang dilakukan oleh mereka. Sosoknya yang misterius dan sulit dijangkau membuat banyak orang penasaran dan berlomba untuk menaklukkannya. Kedinginan dan kekakuan Arjuna seolah olah menjadi tantangan bagi para wanita yang mengejarnya. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka mampu meluluhkan hati yang sedingin es itu. *** Reno, asisten pribadi Arjuna, segera meninggalkan ruangan setelah mendapat perintah dari Arjuna. Tuannya itu memintanya untuk mencari pelayan baru yang akan dipekerjakan dirumah Arjuna.Tiga tahun bekerja pada Arjuna, membuat Reno sangat paham dengan sifat tuannya. Selain galak, tuannya itu juga tidak sabaran. Oleh karena
Ratih memandang takjub rumah besar yang ada didepannya. Ratih tidak menyangka ternyata majikan Reno sangat kaya raya. Ratih membayangkan betapa indah dan megahnya interior dirumah ini. Namun lamunannya buyar saat Reno berseru memanggilnya. Ratih merasa malu karena sempat melamun sambil memandangi rumah ini. Reno meminta Ratih untuk menunggunya diruang tamu, sementara ia memanggil tuannya. Suara langkah kaki mendekat membuat jantung Ratih berdebar. Ia yakin bahwa yang datang adalah Reno bersama calon majikannya. Arjuna melangkah menghampiri Ratih yang berdiri diruang tamu dengan kepala menunduk. Ratih dapat merasakan tatapan Arjuna padanya, membuat perasaannya semakin gugup. Ia berharap dapat memberikan kesan yang baik pada calon majikannya, dan bisa diterima bekerja dirumah ini. Arjuna mengamati gadis itu dengan seksama lalu bertanya. "Siapa namamu?" "Nama saya Ratih, tuan." jawab Ratih sopan. "Berapa umurmu?" lanjut Arjuna. "Umur saya 18 tahun, tuan." "Ckck Reno Reno,
Arjuna uring-uringan karna dasi yang ia cari belum juga ia temukan. Waktu sudah sangat mepet dan ia harus segera berangkat ke kantor. Tiga puluh menit lagi ada rapat yang harus ia hadiri. Salahnya sendiri hingga diusianya yang hampir menginjak kepala empat belum juga menikah. Seandainya sudah menikah tentu segala keperluannya sudah diurus oleh istrinya, dan ia tidak perlu pusing lagi mencari barang yang ia butuhkan. Semua orang pasti memiliki impian untuk menikah, begitu pun dengan Arjuna. Namun sayangnya, hingga saat ini Arjuna belum menemukan seseorang yang benar-benar cocok untuknya. Arjuna turun ke lantai bawah dengan langkah tergesa gesa. Satu tangannya menjinjing tas kerja, dan satunya lagi memegang ponsel yang sedari tadi berdering. Ratih dan Bu Siti menunduk hormat saat Arjuna melintas didepan mereka. "Selamat pagi tuan, sarapan anda telah sudah siap dimeja makan." ucap Bu Siti sopan. "Aku harus berangkat ke kantor sekarang, sebentar lagi ada rapat penting yang ha
Arjuna terdiam, memandangi pintu dengan tatapan menerawang. Perasaan asing itu masih memenuhi dadanya, membuat jantungnya berdebar tak karuan. Biasanya Arjuna selalu menjaga jarak dengan wanita, karna tidak nyaman dengan cara mereka mendekatinya. Namun berbeda dengan kali ini, entah apa yang ada pada diri gadis itu, mampu membuat Arjuna nyaman dalam sekali pandang. Mungkin karena sikapnya yang lembut dan tulus, atau mungkin karena cara bicaranya yang menenangkan. Entahlah, Arjuna tidak tau pasti. Namun satu hal yang ia tau, Ia ingin lebih mengenal gadis itu. Wajah polos Ratih dan senyum ceria gadis itu terus membayangi Arjuna. Membuatnya sulit berkonsentrasi dalam bekerja. "Diantara jutaan wanita didunia, kenapa malah wajah Ratih yang selalu terbayang? Apa mungkin aku tertarik dengannya?" batin Arjuna resah. "Aku ini tampan dan kaya raya, tidak mungkin tertarik dengan gadis desa yang masih ingusan!" gumam Arjuna menyangkal. *** Tubuh Arjuna terasa segar setelah mand