Share

Bab 8

Karna Ratih masih bingung untuk sampai ke ruangan Arjuna, Reno dengan sigap menjemput Ratih dilobi. Senyum Reno mengembang saat mobil yang membawa Ratih berhenti. Gegas Reno menghampiri.

"Mas Reno, kenapa aku disuruh kesini?" tanya Ratih dengan raut penasaran. kakinya melangkah mengikuti Reno.

"Tuan Arjuna ingin kamu yang melayaninya makan. Aku sudah menawarkan diri, namun Tuan Arjuna menolak." lanjut Reno.

"Owh begitu, tak kira ada apa."sahut Ratih.

Sesampainya didepan ruangan Arjuna, Reno berseru memanggil bosnya. "Tuan, Ratih sudah datang."

"Masuk" jawab Arjuna dari dalam.

Reno dan Ratih beriringan memasuki ruangan Arjuna. Namun ekspresi Arjuna tampak tidak senang melihat kehadiran Reno.

"Kamu kenapa masih disini Reno? bukankah pekerjaanmu banyak? atau mau ku tambah?" ucap Arjuna dengan ketus.

"Maaf, tuan. Saya hanya mengantar Ratih. Permisi." jawab Reno sembari melangkah keluar. Dalam hati bingung dengan perubahan sikap Arjuna yang tiba-tiba menjadi ketus padanya.

Setelah Reno keluar, Ratih melangkah mendekati meja yang diatasnya ada beberapa rantang makanan yang belum dibuka.

"Apa tuan mau sarapan sekarang?" tanya Ratih lembut.

Arjuna menatap Ratih sekilas lalu kembali sibuk dengan laptop didepannya. "Boleh" jawabnya kemudian.

Ratih bergegas membuka rantang, menata makanan ke atas meja, lalu mengambilkan nasi ke piring Arjuna.

"Tuan ingin lauk apa?" tanya Ratih lagi.

"Ambilkan saja yang menurutmu enak. Segera bawa kemari aku sudah lapar." sahut Arjuna.

Ratih mengangguk. Tangannya dengan cekatan menuang beberapa lauk ke piring Arjuna, setelahnya membawa piring tersebut ke hadapan Arjuna.

"Ini makanannya Tuan"ucap Ratih menyodorkan piring berisi nasi juga lauk pada Arjuna.

"Bagaimana bisa, aku kerja sambil makan, Ratih?" balas Arjuna tanpa mengalihkan pandangan dari laptop didepannya. Suapi aku!" lanjutnya.

"Hah" Ratih melongo mendengar perintah tuannya, membuat Arjuna kesal.

"Hah heh hah heh! Apa kau tak lihat aku sudah sangat lapar, Ratih?" ketus Arjuna.

"Eh, ma-maaaf Tuan." ucap Ratih tergagap melangkah, hingga posisinya kini berdiri disamping Arjuna. Tangannya menyendok nasi dan lauk bersiap menyuapi Arjuna.

"Aakk tuan" ucap Ratih dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ratihbingung harus bersikap seperti apa, ini kali pertama ia menyuapi laki-laki dewasa, terlebih orang itu adalah majikannya sendiri. Tangannya mengarahkan sendok berisi nasi juga lauk ke mulut Arjuna.

***

Pov Arjuna

"Aakkk tuan" ucap Ratih mengarahkan sendok berisi nasi juga lauk ke mulutku. Aku yang kaget sontak memandang sendok di depanku juga Ratih bergantian. Ekspresi Ratih yang lucu membuatku ingin tertawa namun ku tahan.

Ku putuskan untuk membuka mulut, menerima suapan darinya. Aku sengaja menguyah pelan-pelan. Selain ingin menikmati cita rasa dari makanan yang sedang ku kunyah, juga agar aku bisa berduaan dengan Ratih lebih lama.

Entah kenapa aku semakin merasa nyaman berada didekat gadis ini. Kepolosan dan kebaikan hatinya telah menyentuh hatiku. Rasanya aku ingin selalu melihatnya, terutama saat ekspresi lucunya muncul ketika ia takut, malu, atau sedang tertawa.

Aku kesal saat melihat piring yang dipegang Ratih hanya tersisa satu suapan terakhir. Padahal aku masih ingin berduaan lebih lama dengan gadis ini. Tiba-tiba terlintas ide dibenakku. "Ah, ku suruh saja merapikan kertas-kertas itu sebagai alasan."batinku.

"Ratih, rapikan kertas-kertas itu. Susun sampai rapi!" ucapku memberi perintah. Dan seperti biasa ia akan mengangguk patuh.

Saat Ratih mulai merapikan tumpukan kertas, aku diam-diam memperhatikan setiap gerak geriknya. Caranya menyusun kertas dengan teliti, ekspresi wajahnya yang serius, serta aroma lembut yang menguar dari rambutnya, semuanya membuat hatiku berdesir.

Ternyata Ratih sangat cekatan, tugas yang ku berikan di selesaikannya dengan cepat. Sekarang aku kalang kabut, bingung harus memberinya tugas apalagi setelah ini. Tak mungkinkan kalau aku menyuruhnya rebahan disofa, ia pasti curiga dan tau kalau aku hanya mencari cari alasan untuk menahannya lebih lama disini.

"Tuan, kertas-kertasnya sudah saya rapikan" ucap Ratih menyadarkanku dari lamunan.

"Ah, iya." jawabku sedikit tergagap.

"Apa saya boleh kembali ke rumah sekarang, Tuan?" lanjutnya bertanya.

"Tidakk!" jawabku tegas agak keras, membuatnya terlonjak kaget. Biar saja.

"Enak saja mau pulang, sedang aku sedang berpikir keras agar ia bisa lebih lama disini." gerutuku dalam hati.

"Kamu tidak boleh kembali ke rumah sebelum tugasmu selesai Ratih!" ucapku tegas sembari menatap wajahnya yang terlihat takut.

"Ba-baik Tuan." jawabnya patuh. Membuat sudut bibirku terangkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status