Share

Persiapan

Di era modern seperti sekarang ini, banyak perubahan yang terjadi dalam situasi sosial. Mulai dari budaya, pola pikir, tuntutan sosial, dll.

Kecepatan informasi dan teknologi dikhawatirkan dapat memicu kasus-kasus di media sosial yang dapat berdampak pada kesehatan mental anak muda.

Selain itu, maraknya kasus bullying, KDRT, dan tekanan akademik membuat beberapa kasus mental illness yang melibatkan para remaja seusia Mita.

Sehingga banyak sekolah modern menyisipkan pelajaran mengenai pentingnya kesehatan mental bagi remaja, termasuk di sekolah Mita.

“Jenis penyakit dengan ciri-ciri yang Ibu tunjukkan sepertinya di buku ini disebut dengan DID atau Dissosiative Identity Disorder atau dalam bahasa Indonesia artinya kepribadian ganda.” gumam Mita sambil terus membaca tentang penyakit ini di dalam buku pelajaran sekolahnya.

Berkat buku yang Ia baca, Ia mampu memperoleh beberapa informasi tentang berbagai penyakit kesehatan mental, seperti jenis penyakit dan asal muasalnya.

Serta ada pula petunjuk mengenai cara menghadapi seseorang dengan penyakit tersebut saat mereka sedang kambuh.

Sedangkan untuk penyembuhannya sebuah penyakit mental membutuhkan bantuan profesional dengan durasi yang cukup panjang, sehingga Mita tidak terfikir untuk segera menyembuhkan Ibunya.

Ia hanya perlu menyelamatakan diri dan adiknya lalu meminta bantuan dan pertolongan dari orang luar.

Karena ini menyangkut keselamatan dirinya, adik, dan bahkan Ibunya sendiri.

“Aku tak pernah tau kalau Ibu mengidap penyakit ini sebelumnya,” pikir Mita masih di atas meja belajar.

“Apakah Ibu sudah lama mengalami ini ya?” tanya Mita sambil mengingat perilaku Ibunya sehari-hari.

Namun,pada akhirnya Mita tidak dapat menemukan keanehan dari perilaku Ratih selama ini. Ibunya tampak normal seperti orang pada umumnya dengan kondisi emosi dan mental yang cukup stabil.

Meskipun sesekali Ratih memarahi Mita ataupun Adam, tapi karna memang hal itu beralasan.

Kerutan di dahi dan pangkuan tangan Mita di dagunya mengisyaratkan bahwa Ia menemukan sedikit kejanggalan dari Ibunya, Ratih.

“Apa kejadian di mall kapan hari itu ada kaitannya ya?” telisik Mita sambil terus mengingat runtutan kejadian itu.

Pernah suatu ketika mereka bertiga pergi bersama ke sebuah pusat perbelanjaan. Setelah puas menyantap santap siang di restoran Jepang kesukaan Ibunya, mereka berjalan-jalan dan singgah di salah satu gerai mainan anak-anak.

Jelas atas permintaan Adam. Mita ditugaskan untuk menemani adiknya memilih mainan yang disukainya.

“Ayolah, Dam! Semua mainan sama saja, pilihlah salah satu dan kita segera pindah ke gerai fashion!” desak Mita ke adiknya yang terlihat sangat antusias mengelilingi seluruh gerai.

Hampir 15 menit berjalan tapi Adam masih saja sibuk memilih.

Tanpa disadari keduanya, Ratih sudah tidak mengikuti mereka dari belakang. Mita yang sadar terlebih dahulu menanyakan kemana perginya Ratih ke adiknya.

“Ibu kemana ya, Dam?” tanya Mita. “Tidak tau, Kak. Bukannya tadi di belakang kita ya?” jawab Adam sembari Ia memilih warna mobil-mobilan yang ada di depannya.

“Kak, bagus yang biru atau merah?” tanya Adam untuk meminta pendapat kakaknya.

“Bentar, Dam. Aku mau cari Ibu dulu.” inisiatif Mita karena takut jikalau Ibunya meninggalkan mereka dan mereka tidak bisa membayar belanjaan nanti.

“Kamu mau tunggu disini atau ikut kakak?” tanya Mita pada Adam agar tidak terkesan memaksa.

“Aku ikut aja kak.” jawab Adam sambil berlari menuju Mita dan langsung menggandeng tangan kakaknya.

“Ibu kemana ya? Apa masih di gerai ini? Gimana kalau dia sudah tidak disini?” gelisah Mita dalam hati.

Sambil terus berkeliling gerai, sesekali Ia juga menarik tangan Adam sedikit keras karena Adam selalu saja terhenti saat ada mainan yang menarik perhatiannya.

“Adam, ayo! Nanti kamu cari lagi, kita harus temukan Ibu dulu!” jelas Mita sedikit kesal pada adiknya.

Akhirnya mereka menemukan Ibunya di sudut gerai mainan khusus mainan anak-anak wanita. Dekorasi serba pink di sekeliling booth menunjukkan bahwa memang ini bagian khusus mainan wanita.

“Bu, Ibu? Ibu sedang apa disini?” tanya Mita dari arah belakang Ibunya sambil menggandeng Adam.

Ratih yang seolah kaget, langsung menoleh ke belakang dan menyembunyikan suatu benda ke balik badannya.

“Loh, Mi...Mita? Kamu mencari Ibu ya?” tanya Ratih sedikit gagap.

“Iya Bu, aku kira Ibu sudah pulang duluan. Sedangkan Adam kan belanja mainannya banyak. Nanti kalau aku yang diminta membayar kan aku tidak punya uang.” jelas Mita kepada Ratih seolah khawatir semua dipikirannya akan terjadi.

Tapi sekarang Mita sudah lega karena sudah berhasil menemukan Ibunya.

“Oh ya tentu tidak, Kak. Mana mungkin Ibu meninggalkan kalian.” Ratih tertawa tipis sedikit membuka mulutnya.

“Yasudah ayo kita pulang, mainannya sudah dapat kan ?” tanya Ratih pada Adam.

“Itu apa di belakang tangan Ibu?” tanya Mita penasaran.

“Oh ini? Ini untuk kado ulang tahun anak teman Ibu.” jawab Ratih dengan terpaksa menunjukkan boneka barbie dari balik tangannya.

“Oh gitu, yasudah ayo, Bu. Tapi Adam belum selesai dari tadi, padahal aku sudah menyuruhnya untuk cepat.” sahut Mita tanpa melanjutkan keingintahuannya soal apa yang sedang ibunya pegang.

“Sabar ya, Kak. Yasudah ayo kita lanjutkan berbelanja.” ajak Ratih sampai akhirnya mereka selesai berbelanja dan pulang ke rumah.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Mita mendapati boneka barbie yang di beli Ratih masih tersimpan rapi di lemari baju kamar Ratih.

Momennya adalah saat Ratih meminta tolong Mita untuk mengembalikan baju yang batal di pakai Ratih ke dalam lemarinya.

“Apa ini? Kenapa boneka ini masih disini?” gumam Mita yang merasa heran kenapa boneka ini sudah tidak lagi berada dalam kotak, padahal Ratih bilang ingin menjadikannya kado.

Mita yang sedikit acuh dengan urusan Ibunya sering kali menghindari urusan yang sekiranya bisa menimbulkan perdebatan dengan Ibunya.

Akhirnya kejadian ini pun berlalu tanpa Mita meminta penjelasan dari Ibunya.

Namun, dengan kasus yang terjadi hari ini, tampaknya keanehan kecil di hari itu memiliki korelasi yang nyata dengan perubahan sikap Ibunya hari ini.

Selanjutnya Mita memutuskan untuk mengingat lagi apakah ada detail keanehan kecil yang masih terlewatkan olehnya dalam waktu dekat ini.

"Oh tidak, sudah hampir malam." ucap Mita yang terlalu asyik berfikir. Waktu menunjukkan pukul 17.35, Mita khawatir jika malam tiba rencananya akan berjalan lebih sulit.

Selain itu, Ia juga semakin mengkhawatirkan Adam yang sudah berpisah dengannya sejak siang tadi. Dengan sisa waktu yang ada, Mita berusaha mematangkan rencananya.

Kali ini Mita yang akan berusaha memulai inisasi untuk berkonfrontasi dengan Ibunya. Hal ini Ia lakukan demi memperbesar peluangnnya untuk bisa selamat dari tempat ini.

Akankah rencana Mita bisa berjalan efektif sesuai harapannya? Atau mungkin siasat ini sudah terbaca oleh Ibunya dan semakin membahayakan keselamatan mereka bertiga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status