"Tok...tok...tok..." Bryan mengetuk pintu kamar Ayahnya."Iya sebentar," suara lembut Amel terdengar dari dalam.Hanya menunggu lima menit, pintu sudah terbuka. Tentu Amel terkejut melihat Bryan berdiri di bibir pintu."Bryan," ucap Amel."Iya Mom, apa Papah masih tidur?" tanya Bryan."Iya, Papah masih tidur. Tapi jika ada hal penting yang ingin kamu bicarakan, aku akan membangunkan Papah," ucap Amel yang langsung bergegas menuju tempat tidur lalu membangunkan Bram."Pah, Pah, Pah," panggil Amel sambil menggoyangkan tubuh Bram dengan lembut."Iya sayang, apa kamu ingin satu ronde lagi," ucap Bram yang berusaha memeluk Amel dengan posisi kedua mata masih terpejam.Amel mendorong tubuh kekar Bram, "Pah ada Bryan di pintu," ucapnya.Mendengar nama Bryan, Bram refleks membuka mata lebar-lebar dan langsung bangkit dari tidurnya"Apa Mamah sedang bermimpi?" tanya Bram.Ia berpikir Amel sedang bermimpi, bagiamana mungkin Bryan tiba-tiba kembali dari Singapura tanpa memberitahunya terlebih da
Tanpa terasa waktu telah berlalu, kedua belah pihak sudah bertemu dan sudah membuat kesepakatan untuk tanggal dan hari pernikahan Rico dan Tia.Saat ini dikediaman Wijaya sedang melakukan dekorasi super mewah. Bram sebenarnya ingin pernikahan Rico dan Tia di adakan di hotel bintang lima. Tetapi Tia menolak, ia meminta pernikahan mereka diadakan di kediaman Wijaya dengan acara seadanya saja.Tetapi satu permintaan wanita cantik itu ditolak mentah-mentah oleh keluarga Rico. Mereka tetap memaksa untuk membuat pesta super mewah. Karena Rico adalah putra bungsu mereka."Permisi Nyonya," ucap Mbok Inem.Amel yang sedang memberi Ramel makan, refleks memutar kepala, "Iya Mbok," ucapnya."Nyonya Friska sedang menagis di kamar, Nyonya.""Ibu menagis? Tolong temani Ramel sebentar Mbok," ucap Amel.Ia menitipkan putranya kepada Mbok Inem lalu bergegas menuju kamar Ibunya. Saat membuka pintu, Amel melihat Friska menagis di atas tempat tidur. Entah apa yang membuat wanita paruh baya itu meneteskan
Rico pun memeluk Tia sebagai adik, ternyata orang yang dicari Ibunya selama ini adalah wanita yang ia kenal dari sosial media. Tuhan memang adil, ia tidak membiarkan seorang kakak sampai menjalin hubungan dengan adiknya sendiri, itu sebabnya dia membuat Rico untuk menjodohkan Tia dengan Bryan. Padahal saat pertama kali melihat Tia! Rico sudah jatuh hati, namun ia mengurungkan niat dan tetap mendekatkan Bryan dan Tia.Akhirnya Rico membuka jasnya lalu memberikannya kepada Bryan. Pria tampan itu dengan senang hati menikahkan adiknya dengan sahabat dekatnya. Begitu juga dengan Felicia, ia tidak berhenti menagis karena bahagia. Akhirnya putri kesayangannya bisa kembali kepadanya, padahal Rico sudah beberapa kali membawa Tia ke rumahnya."Saya terima nikahnya dan kawinnya Cintya Baskoro binti Baskoro dengan seperangkat alat sholat dan emas tersebut dibayar, tunai." Akhirnya Bryan mengucapkan ijab kabul dengan sekali napas."Bagaimana para saksi?" tanya penghulu."Sah, sah, sah," suara para
Waktu begitu cepat berlalu, di mana hari ini momen spesial bagi Bryan. Setelah berjuang selama 4 tahun, akhirnya pria tampan itu meraih gelar sebagai Sarjana Komputer atau S.Kom. Sebenarnya ia ingin melanjutkan kuliahnya sampai S2 yaitu Magister Komputer. Tapi Bram melarangnya, Ayah angkatnya itu meminta ia untuk fokus pada rumah tangganya. Karena ia dan Tia baru saja menikah, lagipula untuk apa Bryan harus mengejarnya sekarang, sedangkan perusahaan tempat bekerjanya adalah miliknya sendiri, yaitu warisan Wijaya yang diberikan Bram untuknya.Bibir Bryan tersenyum saat melihat semua keluarganya datang. Dari istri, Ayah, Ibu, Adik dan mertuanya."Selamat ya sayang," ucap Tia sambil menjabat tangan suaminya."Terima kasih sayang." Bryan mengecup kening Tia, lalu menjabat tangan yang lainnya dan memeluknya. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Tia, karena Bryan tiba-tiba meneteskan air mata.Hal yang wajar Bryan meneteskan air mata, di momen seperti ini semua orang menginginkan kedatangan orang
Kaki jenjang Bram berlari menyusuri lorong rumah sakit, dari ujung sana ia sudah melihat Amel duduk di kursi yang terletak di depan ruangan UGD. Wanita cantik itu menunduk sambil menagis, sedangkan Lukas berdiri tepat di samping UGD."Sayang, apa yang terjadi kepada putra kita?" ucap Bram yang langsung mendaratkan bokongnya di atas kursi dan memeluk Amel."Pah." Hanya itu yang ke luar dari mulut Amel.Wanita cantik itu tidak bisa berhenti menagis yang membuatnya sulit untuk bicara. Amel merasa tidak becus mengurus putranya, anaknya celaka di tangannya sendiri."Kamu tenang ya, putra kita pasti baik-baik saja." Bram berusaha menenangkan Amel, walupun ia belum tahu seperti apa kondisi putranya saat ini."Aku tidak becus menjaga anak kita Pah," ucap Amel disela-sela tangisan."Ssttt.. jangan bicara seperti itu sayang. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya celaka," sahut Bram dengan lembut."Tapi Pah....." Amel menghentikan ucapannya karena melihat pintu UGD terbuka.Keduanya refl
"Iya Pak, pelakunya sudah menyerahkan diri ke kantor polisi," jawab dari seberang sana."Baiklah, sekarang aku ke sana." Bram langsung memutuskan sambungan teleponnya."Papah mau ke mana? Siapa yang menelepon tadi?" tanya Amel yang penasaran."Itu telepon dari kantor polisi sayang, katanya pelakunya sudah menyerahkan diri," jawab Bram."Aku ikut Pah," ucap Amel."Enggak usah sayang, kamu tunggu Ramel di rumah saja ya? Biar aku yang ke kantor polisi," bujuk Bram dengan lembut.Ia tahu istrinya itu pasti ingin melihat wajah pelaku yang sudah tega menabrak putranya. Tetapi Bram sengaja tidak mengizinkannya, ia takut Amel tidak bisa menahan emosi saat bertemu dengan pelakunya."Iya Amel, kita di rumah saja. Biarkan Bram yang pergi ke kantor polisi," timpal Friska."Kalau begitu aku pergi dulu ya, Ma." Bram mencium punggung tangan Ibu mertuanya lalu mengecup kening Amel dan mencium kedua pipi tembem putranya.Bram ke kantor polisi bukan hanya sendiri, tetapi bersama Lukas. Kaki jenjang Bra
Polisi kepercayaannya Bram datang bersama kedua anggotanya dan pria yang mengaku sebagai pelaku penabrakan Ramel."Apa dia sudah mengatakan sesuatu?" tanya Bram kepada polisi."Sudah Pak," jawab pria bertubuh gagah itu, "Ayo katakan yang sebenarnya," lanjutnya mendesak pria itu untuk membuka mulut."Be...be...benar Pak." Pria itu mulai membuka mulut."Benar apanya?" sentak Bram."Benar aku disuruh Nona Ta...ta...Tania," jawabnya gugup sambil mengarahkan satu jarinya kepada Tania."Apa-apa ini? Enak saja kamu menuduhku, aku saja tidak pernah bertemu denganmu dan aku tidak mengenalmu sama sekali. Tapi bisa-bisanya kamu menuduhku untuk menutupi pelaku yang sebenarnya," protes Tania dengan wajah marah dan nada yang tinggi.Tentu saja Tania membantah karena memang bukan dia yang menyuruh pria itu, melainkan James. Tetapi sepertinya kekasihnya itu mulai bermain api dan menjebaknya."Lebih baik kamu bicara yang sebenarnya, katakan siapa yang menyuruhmu," lanjut Tania."Aku tidak berbohong Pa
"Apa Tuan ingin makan sesuatu?" tanya Mbok Inem yang membuat Ramel tersadar."Enggak Mbok," jawab Ramel dengan lembut."Tuan gak usah sedih, Taun besar dan Nyonya besar enggak lama kok. Lagipula Mbok kan ada untuk menemani Tuan dan Nyonya Bella," ucap Mbok Inem.Wanita paruh baya itu berusaha memberikan semangat untuk Ramel, tapi anak tampan itu tetap saja termenung. Bahkan tanpa terasa butiran bening ke luar dari kedua mata indahnya. Hal itu membuat Mbok Inem ikut cemas dan khawatir.Sudah beberapa kali Bram dan Amel meninggalkan Ramel karena perjalanan bisnis, tetapi baru kali ini anak tampan itu terlihat aneh dan tak bersemangat.Setelah dua jam duduk termenung, akhirnya Ramel tertidur di sofa ruang keluarga. Sedangkan Bella asik bermain dengan kelinci peliharaannya, ditemani oleh kakeknya sendiri yaitu James."Kring....kring...kring..." Suara nyaring itu menyadarkan Mbok Inem yang sedari tadi fokus menatap wajah Ramel yang begitu menyedihkan.Ia bangkit dari sofa melangkah untuk m