Share

6. Membuka Hati

         Amora mengusap dadanya dengan lega, untung Junior hanya memberi kecupan - kecupan tanpa melanjutkan ke tahap itu. Amora menangkup kedua pipinya yang panas dan memerah itu.


Perlakuan Junior hampir saja membuatnya terbang, untung dia sadar cepat.


"Astaga! Dasar kadal penghisap!" gerutunya seraya mengamati leher dan dadanya di cermin kamar mandi.


Amora meringis, dia seperti memiliki penyakit kulit. Dan lebih gawatnya, tanda - tanda itu merambat di lehernya.


"Nyusahin! Untung ada make up yang bisa nutupin!" gerutunya lagi dengan misuh - misuh.


Setelah menyelesaikan mandi sorenya, Amora keluar kamar untuk menenangkan jiwanya seperti biasa.


Di taman belakang, Amora duduk di kursi jemur dengan musik dangdut kesukaannya mulai dia nyalakan.


Bagi Amora, hanya lagu dangdut yang membuatnya tenang di banding musik - musik lembut atau suara - suara alam.


Junior yang baru datang menghampiri Amora dengan gelengan kepala samar, telinganya yang biasa menerima lagu Dj atau rock kini harus terbiasa dengan kedangdutan Amora.


Biduan yang akan menjadi kesayangannya itu.


"Geser.." Junior duduk di pinggir kursi Amora, mendorong pinggang Amora dengan pantatnya."cepet geser.."


Amora berdecak tidak suka, sungguh mengganggu waktunya bermeditasi!


"Itu ada, kenapa mepet di sini, ish!" Amora menggeser tubuhnya hingga tepian, setelah itu Junior rebahan di samping Amora yang misuh - misuh itu.


Hening memeluk keduanya beberapa saat...


"Razelia Amora Rulzain..." gumam Junior, seolah mencari makna, menilai dan mengingat semua kejadian dengan si pemilik nama.


Amora meliriknya sekilas dengan malas lalu kembali berdendang pelan mengikuti lirik lagu.


"Gue ga sekaya keluarga lo, mor.."


Amora kembali menatap Junior, alisnya bertaut. Junior menatap Amora sekilas sebelum kembali menerawang jauh.


"Lo ga takut gue bawa susah? Di tambah gue anak buangan, orang tua gue ga urus gue, banyak tingkah kriminalnya, tatto di punggung gue, apa lo ga terganggu? Lo terlalu santai di mata gue sekarang.."


Junior kembali menatap Amora, Amora pun diam dengan kedua matanya menyelami mata berbulu lentik milik Junior.


"Gue emang mau masa depan baik, tapi gue ga mau ambil pusing itu sekarang, banyak berencana tapi ternyata, gue nikah muda__" Amora tersenyum tipis."gue mau nikah di usia 25/26 padahal.."


"Lo nyesel?"


Amora menggeleng."Gue cuma kecewa aja sama kejadian waktu itu, kita tahu kita ga salah.." jawabnya.


"Lo ga keberatan? Gue brandalan, lo ga penasaran sama gosip - gosip tentang gue bener engganya?"


Amora memejamkan matanya."Ga peduli, lo mau baik, mau buruk pun tetep aja yang bisa ubah kedua itu ya diri lo sendiri.." dengan santainya Amora menjawab."gue suruh lo berubah emang bisa? Emang mau?" lanjutnya masih dengan santai.


"Gue coba.."


Sore hari itu, Junior tanpa sadar jatuh pada pesona Amora. Kenakalannya yang siapapun pasti muak, dan merasa terganggu. Banyak mata yang sering merendahkannya, tapi Amora tidak.


Junior merasa Amora begitu memanusiakan dirinya. Bahkan saat menyentuhnya malam pertama waktu itu, Amora tidak marah dan keesokan harinya berprilaku sewajarnya.


Keheningan kembali memeluk mereka. Amora yang terlelap, Junior yang memandang wanita tidur itu masih terlihat betah.


Junior penasaran, semua tentang Amora dia ingin tahu.


***

"Gue muak liat lo selengket itu sama kembaran gue.." Brian menyesap rokoknya, tatapannya menikmati pemandangan lampu - lampu perkotaan di depannya.


Junior tersenyum miring."Dia istri gue, kalo lo lupa.." dia menyesap rokoknya dengan pandangan lurus. Sama seperti Brian, dia menikmati pemandangan di depannya.


Brian berdecak jengah."Fakta itu gue semakin ga suka, kapan lo mau ceraiin, Amor?" suaranya terdengar dingin.


"Nanti, di ceraiin kematian.." acuh Junior dengan kembali menyesap rokoknya yang akan habis.


"Gue berarti harus turun tangan.." senyum mengejek terbit di bibir Brian.


Junior masih tenang, tidak terganggu. Bagi Junior mereka musuhan hanya karena beda sekolah, bukan karena benci. Jadi dia tidak akan terpancing.


"Silahkan.." balas Junior dengan malas.


"Ck! Gue musuh lo, Jun! Lo ga risih jadi bagian_"


"Gue nyaman, orang tua lo baik, Amor juga.." potong Junior dengan sungguh - sungguh."lo harusnya jangan sia - siain mereka dengan tinggal di sini sama cewek lo.." Junior berlalu.


Setelah berhasil memukul kepala Brian dengan kata - katanya, Junior mencari Amora, mengajaknya untuk pulang.


Brian masih diam, dia memang marah pada tindakan ayahnya. Entahlah, mungkin juga Brian malu karena kelakuannya.


Junior menghampiri Amora yang tengah ngobrol dengan Biya.


"Kita pulang.." Junior meraih lengan Amora untuk berdiri.


"Ih nanggung, lagi_"


"Lanjut nanti, Mor.." potong Biya dengan tersenyum ramah.


Amora memberengut kesal."Yaudah, aku pulang ya.." pamitnya dengan berat hati.


"Hm, hati - hati.."


Junior menyeret Amora, namun sebelum sampai di pintu Amora ingin pamit dulu pada Brian.


***

Amora membuka mata, dia tertidur setelah Junior menyerangnya setelah pulang dari apartement Brian.


Amora melirik Junior yang masih terlelap dengan telungkup, punggungnya yang bertato mencuri perhatian Amora.


Amora mengamati bentuk tatto yang tidak dia mengerti itu, suara ponsel membuat Amora menoleh. Ternyata Ponsel Junior.


Amora meraihnya, membaca notif di layar itu. Alisnya bertaut.


Cewek 3, cewek 5, cewek 2...


Amora melirik punggung itu dengan mendengus kesal. Ternyata laki - laki yang tidur dengannya itu bukan kadal, tapi buaya dengan ekor tumpul!


Amora melilit tubuhnya dengan selimut, mengabaikan Junior yang bangun karena tubuhnya kedinginan. Amora turun dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi.


Junior melirik Amora sekilas, meraih boxer lalu kembali lagi terlelap.


"Main perempuan, dia bener - bener!" Amora tidak percaya dengan nama - nama chat itu. Sebanyak itu pacarnya?


Amora tepuk jidat!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
itu list sensus penduduk mor 🤣🤣
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status