Share

Tumbal Pertama

"Sepertinya Mail sudah tidur. Aku harus segera menyanggupi persugihan itu. Aku nggak mau Mail, anakku menjadi korban atas keegoisanku," Gumam Atika.

Atika segera pergi meninggalkan rumahnya, dan berjalan ditengah gelapnya jalan kearah pemakaman.

"Kira-kira ada yang berjaga nggak ya? apalagi kemarin udah ketauan kalau makam Karin aku bongkar. Ah, tapi aku nggak bisa menunda lagi. Aku harus nekat, dan harus tetap menjalankannya." Gumamnya.

Setelah sampai tepat didepan makan Dini. Atika segera mencangkul tanah itu. Ia sudah membawa cangkul dari rumahnya sendiri. Ia juga sengaja hanya membawa senter mini agar cahayanya tidak begitu terang, dan tidak diketahui orang.

"Whusss!" Angin semilir lewat dari tengkuknya. Dan itu membuat bulukuduk Atika berdiri seketika. Dengan susah payah, dan dengan tenaga dalam Atika mencangkul tanah, yang begitu lembab. Karena Musim hujan.

"Sudah mati saja masih merepotkan. Kenapa kemarin kamu mati nggak ninggalin ari-ari bayimu." Gumam Atika.

"Ti!" Terdengar s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status