Abian naik ke kamar Laura, tidak tahu apa yang mau ia lakukan di sana. Duduk di meja belajar Lauram dengan laptop yang menyala. Abian memilih untuk bermain game saja, selama teman-teman Laura ada di sini.
“Guys… udah mau malem nih, balik yuk” ajak Vina saat melihat jam yang melingkar di tangan kanannya. “Yuk lah” sahut Sarah, dia juga sudah di telepon beberapa kali oleh ayahnya, karena anak perempuan itu belum juga pulang.Mereka membersihkan ruang tengah rumah Laura terlebih dahulu, membuang sampah-sampah yang berserakan, dan mengelap lantai yang tidak sengaja kejatuhan air akibat Yuni yang sedikit sembrono.“Bersih!!” Yuni selesai mengelap lantai tersebut, lalu mencuci tangannya.Sarah, Vina, Siska, Yuni, dan juga Mia mengambil tasnya dan bersiap untuk pulang. “Thank you, Laura. Besok-besok kita main lagi ya” senyum Vina.“Iya, hati-hati ya. Jangan ngebut, udah malem” semuanya mengangguk. Laura lupa, ia hendak memanggil Abian karena teman-temannya akanAbian bangun dari tidurnya, bingung mengapa ada selimut di atas tubuhnya. Kenapa juga dia tidur di atas sofa. Dimana dia saat ini, Abian bingung karena nyawanya belum terkumpul sempurna. Masih terasa mengantuk, tapi rasanya matanya tidak bisa tertutup lagi. Abian lupa kalau ternyata dia ketiduran disini, padahal dia janji akan menemani Laura hingga tugasnya selesai. Masih pukul enam pagi, ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Aroma makanan sudah tercium dari hidungnya, laki-laki yang sedang berada di ruang tengah, mengikuti langkahnya mencari darimana sumber aroma sedap itu.Dia melihat Laura yang berada di dapur, sedang membelakangi tubuhnya, dengan kaos biasa dan celana pendek rumahan. Rambut yang di cepol asal, dan wajah cerah natural, tanpa polesan sedikit pun. Laura terlihat sedang mengaduk sesuatu yang ada di atas kompor, dengan sendok berukuran sedang yang biasa orang gunakan. Dengan api kecil, Laura terus mengaduk makanan itu agar bumbunya meresap. A
“Jangan lama-lama ya, sampe rumah langsung mandi. Terus siap-siap, berangkat sekolah. Cepetan biar engga telat, tapi jangan ngebut juga di jalan, bahaya” ujar Laura saat mereka sudah berada di depan sekolah. Laura turun dari motor Abian, Laki-laki itu tersenyum simpul. “Iya, ga bakal lama kok. Tenang aja, gua janji bakal masuk sebelum kelas di mulai.” Sahutnya berjanji pada perempuan itu. “Makasih ya, Bi” Abian mengangguk, “Sama-sama Ra. Kalau gitu gua balik dulu” Abian lalu pergi setelah mengantar Laura dengan selamat ke sekolah. Ia membalik motornya dan pulang ke rumah, dan bersiap dengan cepat.Seorang perempuan yang berdiri di sebelah tembok mading sekolah, memperhatikan Laura dan Abian yang berbincang tadi. Nayla merasa sedikit iri pada perempuan yang sangat dekat dengan orang yang dia suka. Senyuman Abian terlihat lepas saat bersama Laura, sikapnya sangat berbeda jika ia bersama perempuan lainnya. Abian memang terkenal social butterfly, namun sangat terlihat
Sebentar lagi bel masuk kelas akan berdering, ketiga remaja laki-laki itu memilih turun ke bawah sebelum terlambat. Sagara kembali memasukkan kotak bekal itu, ke totebag kecilnya itu lagi. Ternyata masih ada banyak siswa yang duduk di luar kelas, beberapa juga ada yang sedang ngerumpi hangat di tengah kelas. “Thanks ya, Gar. Bunda emang the best” ujar Abian saat mereka akan memasuki ruang kelas. Bertepatan dengan itu, Nayla memanggil nama Abian saat cowok itu sudah di dalam kelas. “Abian” panggil Nayla, namun Abian belum sadar karena sedang bicara dengan Sagara. “Thanks banget deh ya Gar. Perut gua kenyang banget, masakan bunda emang selalu juara.” lanjut Darrel, menambahi ucapan Abian tadi. “Ada apa Nay?” tanya Abian, karena tadi ia sempat mendengar Nayla memanggilnya. Nayla menoleh pada Sagara, cowok itu sedang memasukkan tas kecil ke dalam kolong mejanya. Sepertinya Abian dan Darrel sudah sarapan masakan yang di buat oleh bundanya Sagara. Karena itu yang tidak sal
Abian langsung izin ke toilet untuk membasuh wajahnya, agar tidak ngantuk lagi. Sebenarnya rasa kantuknya sudah hilang saat ia chatingan dengan Laura tadi. Toilet hanya alasannya saja untuk keluar kelas sebentar.Toilet ada di sebelah kiri, kelas Laura berada di sebelah kanan. Abian cap cip cub sebentar, tempat mana yang harus ia tuju lebih dulu. “Cap cip cup kembang kuncup, pilih mana yang mau di cup” tangan Abian menunjuk nunjuk kedua tempat itu, dan berhenti di pilihan kedua yaitu kelas Laura. Dengan senyum sumringah, Abian berjalan sangat gagah. Tubuhnya yang menjutang tinggi karena dia adalah atlet renang, dan seragam sekolah yang keluar terlihat seperti remaja nakal yang suka membolos kelas. Abian melihat ada banyak siswa teman Laura yang bermain di dalam kelas, ada yang ngerumpi, juga ada yang sibuk membaca buku, atau ngebucin karena pacaran dengan teman satu kelas. Ada beberapa yang Abian lihat baru datang dari kantin, ia tahu karena melihat orang-orang it
“Nanti sore, pada sibuk ga?” tanya Abian pada dua temannya yang duduk di kantin, sambil memakan nasi gorengnya yang super nikmat kebanggaan siswa Nirmala. “Gua besok udah tanding, ya hari ini mau latihan enjoy aja. Banyak istirahat biar besok engga cape” jawab Sagara. “Gua juga sama, entar sore mau latihan bareng anak-anak. Bakal ada manggung lagi minggu depan.” Hanya Abain sendiri yang tidak sibuk hari ini, bukan hanya hari ini saja tapi setiap hari Abian selalu memiliki waktu luang yang banyak. Abian bukan ikan, jadi tidak mungkin ia setiap hari berada di kolam. Lagian dia sudah berlatih kemarin, jadi hari ini waktunya bersantai. “Yaelah ah, ga seru banget lo berdua. Gua kesepian dong” rengek Abian merasa sedih karena temannya yang sibuk. “Temenin Darrel latihan aja Bi, sekalian belajar nyanyi biar kaga fales suara lo” suruh Sagara sambil tersenyum menggoda. Dengan cepat tangan Abian menggeplak wajah Sagara dengan kerupuk mie di depan mereka. “Anjing, sakit
Sagara duduk di taman sendirian, taman sekolah tempat ia dulu pertama kali mulai memberanikan diri untuk berbicara dengan Jessica. Biasanya dulu sebelum bel masuk kelas, mereka akan duduk bersama di sini. Berbincang banyak hal, mulai dari yang sangat penting hingga yang tidak penting sama sekali. Sagara kembali mengingat tentang mereka berdua, menyalahkan dirinya sendiri atas semua hal yang terjadi dalam hubungan mereka. Dari sini, Sagara tidak sengaja melihat Jessica yang berjalan bersebelahan dengan pacar barunya. Jessica terlihat menampakkan senyumannya lagi, setelah sekian lama Sagara tidak melihat itu. Semenjak mereka putus, keduanya memang terlihat sangat berubah. Jessica yang terlihat jarang senyum, dan Sagara yang menutup dirinya sebentar. Sebelum akhirnya Abian dan Darrel menolongnya lagi, karena katanya Sagara sangat tidak cocok menjadi orang pendiam. Sagara senang Jessica kembali tersenyum seperti itu, rasanya semua kembali indah. Sebelum realita m
Abian dan Laura, mereka berdua menghabiskan banyak waktu di dalam super market bersama. Sangat lelah berkeliling mencari semua barang yang mereka cari di dalam list tersebut. Abian menghentikan laju troli yang ia dorong, karena tidak ada di sebelahnya Laura menoleh ke belakang. Abian diam sebentar, ia tidak melanjutkan jalannya karena pegal-pegal. Kakinya letih berjalan menyusuri super market yang lumayan besar ini, tangannya lelah terus mendorong troli. “Cape?” tanya Laura, Abian tidak menjawab. Pertanyaan itu sangat kuno. “Engga, masih kuat buat keliling seribu putaran lagi” kesalnya pada Laura yang masih terlihat bersemangat. Karena Laura hanya berjalan tanpa membawa apapun selain kertas yang ia pegang. Abian sendiri yang harus mengambil semua barang yang Laura baca. “Yaudah, nanti gua traktir ice cream” rayunya pada Abian, laki-laki itu masih tidak mau bergerak. “Engga, gua ga doyan ice cream” jawabnya menolak tawaran Laura begitu saja. “Yaudah gua trakti
Malam harinya Abian menghubungi Laura lewat ponsel. Abian langsung tidur saat sampai di rumah tadi sore, kepalanya ngantuk dan lelah. Pukul setengah delapan, Abian terbangun karena merasa lapar. Sebelum makan ia memilih untuk membersihkan tubuhnya, karena keringat yang menempel di tubuhnya bau masam. Abian: “Ra”Abian: “Laura…”Abian: “Ra…..”Laura: “Apaan sih, berisik”Abian: “Besok lo mau nonton Sagara sama siapa?”Laura: “Sama temen-temen gua lah”Abian: “Berangkatnya sama siapa?”Abian: “Mau bareng gua aja berangkatnya?”Laura: “Pake nanya lagi lo”Laura: “Yaiyalah, kalau kaga gua sama siapa emang”Abian: “Tapi baliknya gua gabisa anter”Laura: “Kenapa? Lo mau kemana emangnya?”Abian: “Gua mau langsung ke rumah Gara,”Abian: “Baliknya nebeng temen lo ya, Ra”Laura: “Oh, iyadeh.”Setelah memberi tahu itu, Abian turun dari kamarnya menuju dapur. Abian juga sudah selesai mandi, tidak lama karena airnya dingin seperti es b