Share

28. Tak Tahu Diri

Kesal, aku berdiri di depan pagar melihat ke kiri dan kanan jalan. Untunglah, beberapa saat kemudian, sebuah mobil mendekat lalu berhenti di depan rumah. Sosok Mas Andra dan Mama keluar. Raut wajah mereka tampak kesal dengan dahi berkerut. Mama tampak sesekali menyeka pelipisnya.

“Kok telat, Mas?” Aku langsung bertanya sedikit berbisik.

“Maaf, tadi mobilnya pecah ban di jalan. Akhirnya pesan Grab lagi,” jelas Mas Andra.

Mama melirikku sinis. Wajahnya ditekuk sedemikian rupa. Bahkan di depan Abah dan Umi pun mimik wajahnya tak berubah. Masih sama, seperti melihat musuh. Aku sungguh tak paham dengan sikap Mama meskipun sudah 6 tahun menjadi menantunya. Hanya di depan Fadil saja ia bersikap sedikit manis. Saat melihat ayahnya, anak laki-lakiku itu langsung mengambur ke pelukan Mas Andra. Ada sedikit nyeri di dadaku melihat adegan itu.

“Ayah, Ayah! Fadil kangen, Yah!” seru Fadil sembari memeluk erat Mas Andra.

Mas Andra tak henti-hentinya menciumi Fadil dan balas memeluk erat. “Ayah juga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status