Share

36. Do'a Umi

“Abah sudah solat Zuhur, Nai. Ayo kita juga. Biar Abah yang berjaga,” ajak Umi.

Aku mengangguk. Sebelum berlalu, aku sempatkan mengintip lagi melalui kaca pintu ruang ICU. Bendungan air mata rasanya ingin jebol lagi tiap kali aku melihat tubuh Fadil. Tepukan pelan di bahu membuatku tersadar.

“Ayo, Nai.”

Bergandengan tangan, aku dan Umi berjalan menuju mushola. Kesialan datang lagi saat di lorong, kami berpapasan dengan Mas Andra dan Mama yang terlihat tengah cekcok. Begitu melihatku dan Umi, mereka seketika terdiam.

“Naira!” panggil Mama setengah berteriak.

Dadaku berdesir. Instingku mengatakan kalau akan ada masalah lagi karena tadi aku menolak meminjami mobil.

“Apa, Ma?” timpalku, mengeratkan genggaman ke tangan Umi.

Ia menatap aku dan Umi bergantian. “Keterlaluan kamu, ya. Andra mau anterin Mama pulang aja, kamu gak mau pinjami mobil. Bener-bener gak tau terima kasih kamu!” omelnya tanpa segan. Padahal aku sedang bersama Umi.

“Bu Neti, maaf … sebaiknya gak usah sampai marah-marah b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status