Share

37. Pulang

Aku berdecak sebal, lantas menghembuskan napas berat.

“Kamu mau aku dan Fadil tinggal di sini, Mas? Jujur, aku sedih melihat keadaan rumah seperti ini. Benar-benar kelewatan!” protesku menahan amarah.

Mas Andra hanya bisa terduduk lemas di kursi meja makan. Dapur terlihat sangat kotor dan berdebu. Apakah Mama tak merasa jijik sama sekali tinggal di tempat seperti ini? Aku melangkahkan kaki ke kamar mandi. Lantainya terasa licin saat diinjak, serta bau yang sangat mengganggu mampir di hidung.

“Mama ke mana, Mas? Apa Mama sengaja pergi karena tau kita bakal pulang?” Aku mulai terpancing emosi.

“Mas gak tau, Nai! Tadi pagi Mama masih di rumah, kok! Dia gak bilang mau ke mana-mana!” Mas Andra mondar-mandir seperti orang yang sedang cemas.

Abah dan Umi terlihat berwajah masam, duduk di ruang TV bersama Fadil. Bahkan ruang kecil itu pun tak teratur lagi bentuknya. Sofa yang penuh debu dan sampah, serta selimut tebal berbau apek teronggok di atas karpet.

“Telpon Mama sekarang, Mas!” perintah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status