Share

29. Rayuan

“Nai!” teriak Mas Andra saat mobil tiba-tiba saja berhenti.

“Bunda …” panggil Fadil. Suaranya sedikit bergetar.

Aku terdiam, tangan menggenggam erat setir. Kuperiksa lewat kaca spion dalam, Fadil tidak apa-apa karena memakai sabuk pengaman. Mama memandangiku dengan mulut sedikit terbuka.

“Ada apa, Nai? Kok kamu berhenti mendadak? Apa nabrak sesuatu?” tanya Mas Andra dengan wajah khawatir.

Aku menatap lurus ke mata Mama. Wanita tua itu mengerjap cepat. Sepertinya ia paham kalau perasaanku sedang tak bagus.

“Kalau Mama gak bisa diam, aku terpaksa mengusir Mama keluar dari mobil,” bisikku, cukup kuat untuk terdengar di telinganya.

“A-apa? Kamu mau usir Mama?” Ia terperanjat.

“Aku muak dengan ocehan Mama. Kalau Mama ikut cuma untuk merusak suasana, belum terlambat untuk pulang dengan Mas Andra. Biar aku, Fadil, Abah dan Umi saja yang pergi,” ucapku dengan wajah serius.

“Wah, wah, wah. Hebat banget kamu, ya. Berani kamu ngusir Mama sama Andra? Bener-bener sombong kamu!” Bukannya introspeks
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status