Share

Hasrat Tuan Pengacara
Hasrat Tuan Pengacara
Penulis: Capung

Malam Penuh Gairah

Malam itu bagi Damian adalah malam surga, dimana seluruh panca inderanya ditarik pada kenikmatan luar biasa.

Gadis dengan tatto Dewi keadilan di tulang selangka bagian belakang memang memikatnya dengan birahi. Ketika damian mengerakkan pinggul gadis itu turun naik dari belakang, matanya tertuju pada tatto tersebut. Tatto Dewi keadilan dengan mata ditutup, seolah tengah menutup mata tentang kelakuannya hari itu.

Suara erangan gadis bertato itu semakin membuat Damian bersemangat. Pinggul Damian bergerak cepat, mengikuti irama lenguhan gadis itu.

Siapa namanya tadi?

Ah, Anggela. Gadis itu memperkenalkan diri dengan nama itu. Perempuan itu muncul di dangau yang disewanya di Garut. Dengan bibir merona merah delima dan eyeshadow berwarna cokelat membara dia muncul menggunakan dress hitam minimalis, memperlihatkan jenjang tungkainya yang indah. 

Mata gadis itu biru, dan rambutnya berwarna merah menyala, seolah seperti api yang akan membakar Damian.

Pertama kali Damian terpesona, hasratnya langsung terbakar, perempuan itu sangat indah, seolah bunga sedap malam yang sedang merekah.

"Hargaku sangat mahal," ucap Anggela sambil melemparkan senyum manis yang membakar hasrat Damian lebih dalam lagi.

Damian, bertanya, memancing, "sebutkan hargamu?"

"Untuk satu jam, 1000 dolar." Jawab gadis itu sambil menunjukkan telunjuknya yang lentik.

Damian bukannya tidak tahu. Dia memang menyewa gadis itu seminggu sebelumnya. Gadis yang terkenal dari mulut ke mulut karena harganya yang dipatok dengan dolar, dan pemilih.

Damian belum pernah melihat gadis itu, tapi perempuan berharga 1000 dolar pasti cantik, minimal dirawat. Rasa penasarannya saja yang membuat Damian menyewa gadis bernama angela ini.

Damian jarang melakukan perjalanan ke luar kota hanya untuk menuntaskan hasratnya. Kalau dia ingin, di dalam kota pun tempat-tempat romantis tersedia di berbagai sudut kota.

Damian tinggal memilih, mau tempat remang-remang, hotel mewah, sauna panas, kolam mandi bergairah, semua tersedia di ibu kota. Hanya harus pandai mencari, dan punya uang.

Pekerjaan Damian sebagai pengacara membuat akses ketempat seperti itu bukan hal yang sulit. Para kliennya dengan senang hati menunjuk tempat tersebut, mengundangnya bahkan mentraktirnya bila dia ingin.

Namun, hari itu dia ingin bersenang-senang di sebuah dangau di wilayah Garut. Tempat yang dirancang dengan suasana temaram, romantis dan tenang. Dangau yang didirikan di tengah danau. Jauh dari hingar bingar lagu menyentak, atau Lampu berkedap kedip. Tempat dimana dia bisa membungkus ketenangan dengan keringat dan adrenalin yang berpacu deras.

Lalu, perempuan itu muncul di depan pintu dangau, mengenakan gaun hitam minimalis, memamerkan senyum manisnya yang menggoda. Pertama kali dalam hidup Damian dia terbakar hasrat hanya dengan melihat perempuan itu. Perempuan yang rambutnya di cat berwarna merah, perempuan yang mengenakan lensa kontak berwarna biru. Perempuan yang melangkah dengan kaki memakai high heels 5 cm.

Ketika perempuan itu menjejakkan kakinya di depan pintu, seolah ada pijar pijar berpendar di sekeliling perempuan itu, dan gerakannya melambat dengan anggun.

**

Damian menatapi gadis yang duduk di atas dirinya, bergoyang naik dan turun dengan teratur, matanya terlihat mengerjap tidak fokus. Perempuan itu mengangkat dagunya sedikit, membuka mulutnya yang semu merah. Suara erangan terdengar dan deru napasnya memburu.

Mata Damian lahap menatapi pemandangan indah di atasnya. Melihat hidung Anggela, dagunya, buah dadanya, yang bergerak dengan irama teratur. Perempuan ini sungguh sempurna dipandangi dari beragam view.

Damian sendiri mendengus dengan napas resah, sesuatu seolah mengguncangnya dari bawah sampai atas dadanya, mengunci otaknya dalam kenikmatan.

Anggela terlihat seolah sedang meraih puncak dirinya di langit ketujuh, dan Damian bisa merasai sesuatu seolah akan meledak dari arah bawah perutnya. Lalu, Damian tidak sanggup menahannya, dia merentangkan tangannya meraih pinggang Anggela. Mempercepat gerakan gadis itu. Lalu, Damian mengerang dan kakinya mengejang. 

Napas Damian memburu, matanya mengerjap. Anggela masih di atasnya, tersenyum. Gadis itu mengangkat kakinya dan berpindah tempat duduk.

Damian berdiri, masih mengatur napas. Dia menoleh ke arah Anggela, "berapa hargamu untuk menemaniku satu malam?"

Anggela terkejut, lalu menolehkan kepala kepada lelaki itu, tersenyum. Dia bangkit dan kemudian mengambil handuk yang tersampir diatas tiang gantungan.

Mengelap tubuh telanjangnya yang begitu sempurna. Perempuan itu lalu memunguti bajunya dan mengenakan dengan cepat.

"Bagaimana kalau 5000 dolar?" Tawar Damian lagi yang sekarang sudah duduk di atas kasur.

Anggela menatapnya, lalu mendekat ke arah Damian, dikecupnya pipi Damian seolah mengecup seorang anak sekolah yang sedang kasmaran.

"Ini bukan masalah uang," sahut Anggela sambil mengambil tas miliknya. "Aku hanya bermain satu kali untuk satu orang, itu aturannya."

Apa? Aturan macam apa itu?

"Memangnya tidak ada orang yang sama yang menyewamu?"

"Tentu saja ada, tapi anda bisa.mengantri," jawab Anggela sambil memamerkan gigi putihnya.

Damian segera berjalan ke arah Anggela, "sepuluh ribu dolar, aku akan mentransfernya sekarang."

"Simpan saja uangnya Tuan muda, aku hanya melayani satu kali. Bukankah Anda sudah merasakan surga?" Jawab Anggela sinis, dia lantas memakai high heels nya.

Damian langsung meraih tangan Anggela, "Kau cuma pecun, ngapain jual mahal!" Sentaknya kesal.

Anggela mengibaskan tangannya dengan cepat, lalu dia menatap lelaki itu dengan nanar,  ada amarah terbayang di bola matanya yang dilapisi lensa kontak. "Kalau tidak tahu apa-apa tidak usah menghakimi. Bukankah Anda itu seorang pengacara!!" 

Lalu kemudian perempuan itu membuang muka, dan segera bergegas menuju pintu. Dia menutup nya dengan keras, membuat kesadaran Damian yang sempat terpaku seolah kembali.

Apa-apaan perempuan itu! Perempuan murahan yang menjual kenikmatan lendir! Seolah matanya menyalahkan dirinya yang telah menyewanya.

Damian sudah membayarnya, dan perempuan itu yang mematok harganya. Betapa sombong sekali perempuan itu. Lihat saja, Damian akan mendapatkannya, dan dia akan membuat perempuan murahan itu bertekuk lutut padanya, memohon-mohon ketika damian menghancurkannya menjadi serpihan.

Damian menelepon seseorang yang menjadi perantara perempuan itu dengan dirinya.  Lihat saja, dia akan mendapatkan kontak perempuan itu dan dia akan menjadikan perempuan itu miliknya.

Suara nada tunggu terdengar, beberapa saat Damian harus menunggu. Terdengar suara telepon diangkat.

"Haloo," sebentuk suara lelaki baru bangun dari tidur terdengar malas.

"Steve, ini aku Damian!"

"Oh, hai Bos, gimana malamnya? Bukannya sekarang elu sedang di Garut?"

"Iya, gue masih di Garut. Lu tahu, perempuan yang elu rekomendasikan. Perempuan 1000 dolar itu..."

"Ah, dia ya. Kenapa? Ada masalah bos?"

"Gue bisa dapat nomor privatnya?"

"Lho, kenapa?"

"Udah, enggak usah banyak tanya, kasih tahu gue nomor privatnya."

"Ah, soal itu sorry bos. Perempuan itu sangat rahasia, secret banget. Gue aja dapat antrian untuk lo susah banget. Kenapa? Elu ada komplain?"

"Bukan....."

Lalu terdengar tawa dari sebrang sana, "hahahaha, gue tahu. Lo ketagihan ya?"

Mendengar ucapan kawannya, wajah Damian merah padam. "sialan Lo!" Maki Damian dengan kesal. "Udah, buruan klo elo tahu kontak mucikarinya, kasih ke gue!"

"Iya-iya, nanti gue kirim nomornya sama elu. Eh, eh gimana dia mainnya, enak, nikmat?" Tanya steve diseberang sana dengan rasa penasaran.

"Klo elu penasaran, sewa aja dia!" Bentak Damian kesal.

Steve tergelak, "Bukannya enggak mau bos, enggak sanggup bayarannya," seru Steve.

Damian mendecakkan lidah, lalu kemudian berujar lagi, "ya pokoknya lu cari dulu kontaknya. Kirim ke gue secepatnya."

"Iya, iya, kenapa sih Lo buru-buru banget, barusan bukannya Lo menghabiskan malam dengan tuh pecun!"

"Gue mau menghancurkan tuh cewek!" Ucap Damian dengan menekan rahangnya yang saling beradu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status