Efisiensi Adam dalam bekerja sangat tinggi. Orang-orang yang dia pekerjakan semuanya adalah detektif swasta profesional.Jadi, hanya butuh waktu sehari bagi Hazel untuk menerima sebagian dari "bukti" kelakuan Justin.Setelah membaca hasil penyelidikan yang diterima, Hazel menyadari bahwa Justin sudah meniduri Darra sejak lima tahun yang lalu.Saat itu, Darra harusnya masih duduk di bangku SMA.Hazel berdecak pelan, bibirnya terangkat membentuk senyum mengejek.Tidak heran Justin mengatakan kalau Hazel sangat tertutup dan kaku. Jadi, itu karena dia telah menikmati banyak hal menyenangkan.Namun, Darra benar-benar mampu membuat Justin begitu mencintainya.Sejak lima tahun yang lalu sampai beberapa hari yang lalu, mereka selalu pergi ke hotel tiga hingga empat kali dalam satu bulan.Yang paling berlebihan adalah saat tahun pertama, saat Darra berusia 17 tahun. Mereka memesan kamar tiga sampai lima kali dalam satu minggu.Rekor tertinggi ternyata tuju kali dalam satu minggu.Hazel menyangg
Begitu berada di sana, tidak ada yang peduli betapa mulianya status orang itu. Yang ada hanyalah siapa yang memiliki tinju yang lebih keras."Jadi ...."Hazel mengetuk-ngetukkan ujung jarinya di atas meja sambil berpikir.Melihat Hazel menunduk, Adam tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas. Jadi, dia kembali bertanya, "Nyonya, apa ada yang mencuri sesuatu milik Nyonya?"Hazel mencibir dan menunjuk ke arah Vila Ragasa di dalam informasi. "Vila mewah ini adalah warisan yang ditinggalkan oleh ibuku, tapi Justin memberikannya kepada Darra. Menurutmu, apa ini termasuk tindakan pencurian?"Vila Ragasa ini dipinjamkan oleh Hazel kepada Justin. Tidak disangka kalau Justin malah memberikannya kepada Darra sebagai hadiah ulang tahun.Lima tahun yang lalu, hubungannya dengan Justin belum hancur.Justin mengatakan bahwa dia menyukai Vila Ragasa milik Hazel dan ingin mengajak teman-temannya ke sana selama beberapa hari.Pada saat itu, Hazel bahkan menyerahkan kunci vila itu kepada Justin tanpa
Adam memandang wajah dingin Sergio, tidak tahu harus bersikap seperti apa di saat seperti ini.Dia bertanya dengan suara pelan, "Apa maksud Tuan?""Susun ulang informasi yang lebih rinci dan kirimkan ke email ku besok sore.""Baik. Akan saya lakukan."Adam mengangguk sebagai jawaban, lalu berbalik meninggalkan ruang tamu.Tampaknya kali ini Sergio benar-benar marah.Namun, itu semua karena ulah Justin sendiri.Awalnya, Justin lah yang memohon untuk dinikahkan dengan Hazel. Namun, sekarang sikapnya malah tidak bertanggung jawab. Dia bahkan sampai melakukan hal bodoh seperti ini. Benar-benar mempermalukan wajah Keluarga Hardwin.Setelah Adam pergi, hanya Hazel dan Sergio yang tersisa di ruang tamu.Hazel berdiri dan berjalan menghampiri Sergio. Dia mendongak dan menatap Sergio. "Apa Om akan membantuku?"Ketika bertemu dengan sorot mata Hazel yang jernih, semua kemarahan di wajah Sergio langsung menghilang.Sergio menunduk dan tersenyum tipis saat menatap gadis yang hanya setinggi bahunya
Nada bicara Sergio tegas. Dia juga memberikan penekanan pada setiap kata yang dia lontarkan.Dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya karena takut membuat Hazel ketakutan. Namun, hal itu tidak menghentikannya untuk menggunakan posisinya sebagai seorang suami untuk menunjukkan kepada istrinya bahwa istrinya tidak pernah sendirian.Setidaknya mulai sekarang, Sergio akan melindunginya.Tidak ada yang diperbolehkan mengganggu istrinya.Ini adalah pertama kalinya Hazel dipilih dengan tegas oleh seseorang, pertama kalinya dia menyadari bahwa dia mungkin tidak sendirian.Setidaknya di dunia ini, ada seseorang yang mengatakan bahwa mereka bersedia melindunginya.Mata Hazel tiba-tiba menjadi lembap dan air matanya jatuh tak terkendali.Tanpa sadar, dia mengulurkan tangan untuk menghapusnya, tidak ingin kehilangan muka di depan Sergio. Namun, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Makin diseka malah makin jatuh tak terbendung."Om, kenapa kamu begitu baik padaku?"Hazel menete
Sore berikutnya, Adam telah menyusun informasi rinci yang diminta oleh Sergio.Ketika melihat tumpukan dokumen tebal yang diserahkan Adam, Hazel pun terkejut. "Sebanyak ini?""Ya, Tuan Justin dan Darra sangat terang-terangan, jadi ada banyak bukti yang tertinggal."Justin tidak pernah terkekang. Selama beberapa tahun ini, ketika dia menghadiri jamuan makan atau berbagai pesta, dia pasti akan membawa Darra bersamanya.Jadi, meskipun Darra hanyalah seorang anak haram, dia telah berhasil memantapkan dirinya di keluarga kaya Kota Palapa.Ditambah lagi, Darra sangat pandai dalam bersikap. Dia bersikap lembut dan baik hati, jadi memiliki banyak teman dalam lingkaran para orang kaya.Hazel mengambil dokumen itu dan membolak-balik halamannya.Matanya langsung tertuju pada sertifikat diagnosis rumah sakit. "Darra melakukan aborsi?"Dia terus melihat ke bawah dan menemukan bahwa Darra tidak hanya pernah melakukan aborsi, tetapi dia sudah melakukannya sampai tiga kali.Dia melakukan aborsi untuk
Hazel kebetulan bertatapan dengannya saat mendongak. Seketika, senyuman langsung meluap dari dasar matanya. "Om sudah pulang? Kenapa pulang kerja secepat ini?""Hmm." Sergio berjalan ke depan Hazel, sudut bibirnya sedikit terlihat mengait. "Hari ini kantor nggak sibuk, jadi aku pulang lebih awal.""Apa Om haus? Akan aku ambilkan segelas air."Hazel berdiri dari sofa dan bersiap untuk berjalan ke arah dapur.Namun baru dua langkah, pergelangan tangannya dipegang oleh sebuah telapak tangan yang lebar dan hangat. "Nggak. Aku nggak haus."Hazel merasa pergelangan tangannya seperti tersiram air panas, jadi dia langsung menarik tangannya. Setelah itu, rona merah mulai menjalar di wajahnya.Merasa cengkeraman tangannya kosong, Sergio kembali menarik tangannya dengan penuh penyesalan. Lalu, dia melirik dengan curiga ke arah meja kopi yang berantakan."Apa yang kalian lakukan?"Adam segera menjelaskan, "Tuan, saya sudah mencetak semua informasi yang Tuan minta untuk diselidiki. Semuanya ada di
Tidak yakin apakah kegugupannya terlalu berlebihan, Hazel tiba-tiba merasa sedikit pengap saat berada di dalam mobil yang tertutup rapat.Dia melirik ke arah Sergio dan diam-diam menurunkan jendela.Angin sepoi-sepoi dari luar berembus melalui celah-celah kaca dan menerpa wajah Hazel, membuat napasnya jadi lebih santai.Perasaan sesak di dadanya juga akhirnya sedikit mereda.Namun, tangannya masih mengepal dengan gugup.Sergio yang sedang mengerjakan pekerjaannya pun menoleh saat melihat suara kaca mobil diturunkan. Dia menatap Hazel, lalu bertanya, "Nggak nyaman?"Hazel menggelengkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa.Meski sebelumnya dia sudah pernah mengatakan akan pergi ke kediaman utama untuk membatalkan pernikahannya, entah kenapa dia mulai gugup ketika benar-benar harus melakukannya.Bukan karena Hazel masih memiliki perasaan yang tersisa tentang pernikahan itu, tetapi dia takut Liana akan kecewa padanya.Sergio yang merasakan ada yang tidak beres dengan suasana hati Hazel
Meskipun Hazel sudah berusia 22 tahun, dia tetaplah seorang anak kecil yang belum dewasa di mata Sergio.Dia seharusnya tumbuh dengan orang tua yang memanjakannya. Namun, dia dipaksa untuk mengalami banyak hal dibanding gadis pada seusianya.Orang-orang di sekitar Hazel yang peduli kepadanya sudah meninggalkannya satu per satu. Dia hanya bisa memendam semua keluh kesahnya di dalam hati dan tidak ada tempat untuk melampiaskannya. Mungkin hal itulah yang memaksa Hazel untuk menjadi lebih bijaksana.Setiap kali melihat Hazel berpura-pura mengerti, hati Sergio serasa mau hancur.Dia ingin memeluk Hazel dan memberikan yang terbaik yang dia bisa.Dia ingin Hazel menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan bahagia.Hazel terkejut dan langsung terdiam setelah mendengar kata-kata Sergio. Lalu, dia menatap Sergio dengan tatapan kosong.Ini adalah pertama kalinya dia mendengar seseorang memberitahunya kalau dia bisa bersikap seenaknya.Semua orang biasanya meminta Hazel untuk menjadi lebih pengerti