Share

BAB 2. PETARUNG DADAKAN

Bruk!

Pintu pun menutup, selaras dengan melorotnya tubuh Farhana menyentuh lantai. Kata-kata Kayshan teramat dingin untuk seorang yang berpenampilan hangat sepertinya.

“Kenapa jadi begini,” gumam Farhana. Tanpa dia sadari, setetes air matanya jatuh menyentuh pipi.

Farhana terduduk lumayan lama di ruang tamu. Dia kira hatinya siap menerima risiko menikahi pria berkubang masa lalu. Tapi, ternyata dia tak mampu mengendalikan rasa sakit yang merejam dadanya.

Hela napas berat terhempas. Farhana bangun berdiri, memilih menghampar sajadah menyapa waktu duha di kamar. Petang nanti, dia akan coba mengajukan permohonan kuliah online pada Kayshan.

“Ya Robb, apa keputusanku salah dan ini adalah teguran sebab aku tidak menuruti ibu?” Farhana lirih berdoa seraya memejam.

Dia teringat pertengkaran dengan ibunya sesaat sebelum menikah. Sang bunda dengan tegas melarang sebab melihat Kayshan terpaksa melakukan pernikahan lantaran pesan Elea.

Beliau kuatir Farhana akan diabaikan. Yang lebih parah lagi, putrinya dijadikan pelampiasan kekecewaan Kayshan terhadap banyak hal. Namun, Farhana berhasil meyakinkan mereka bahwa itu hanya praduga.

Suara ibunya bergetar menahan haru ketika memberi restu. Beliau tahu Farhana sangat mencintai Kayshan, sehingga berusaha mengesampingkan kegelisahan.

Mengingat itu semua, dada Farhana tiba-tiba terasa sempit, hingga memaksa butir bening kembali luruh kala mengenang perdebatan dengan beliau beberapa hari lalu.

“Ampuni aku,” isaknya pilu.

Sepanjang hari, Farhana berada di kamar mengikuti berbagai kajian online dari ponselnya atau menggulir aplikasi Oren, membeli barang-barang kerajinan tangan untuk menghunus waktu.

Hingga jam 10 malam, Kayshan belum menampakkan batang hidungnya. Farhana dilanda cemas dan bingung harus mencari tahu ke mana karena hanya seorang diri di apartemen. Berkali-kali dia menghubungi ponsel Kay, tapi tak pernah terjawab.

Suara dari televisi lambat laun membuatnya mengantuk. Entah sudah berapa jam dia terlelap di sofa ruang keluarga. Kegaduhan tiba-tiba memaksa matanya terbuka lebar dalam waktu singkat.

Farhana duduk terpana melihat wanita seksi memapah Kayshan bersama pria sebaya suaminya.

Dia merasa risih dan gegas bangun guna menyingkirkan tangan gadis itu dari tubuh sang pujaan hati, meskipun kesadarannya belum utuh.

“Abang kenapa?” pekik Farhana, berjalan cepat mencegat mereka saat akan menaiki tangga. Dia memberanikan diri menyentuh wajah Kayshan yang lunglai. “Panas,” gumamnya bernada cemas.

“Biasa, Nona.” Suara pria di samping Kayshan yang menjawab. “Saya akan bawa beliau ke kamar,” imbuhnya dengan pandangan merunduk.

Farhana tak paham dengan arti kata ‘biasa’ yang pria tadi ucapkan. Sementara ini, dia hanya bisa mengangguk lalu memberi jalan bagi kedua pria untuk naik ke lantai dua.

Perhatian Farhana beralih pada sosok seksi tadi. Dia menarik lengan wanita itu dari pinggang Kayshan hingga terlepas. “Anda tunggu di sini!” ketusnya dengan mimik wajah datar.

Wanita itu mendelik, dan menepis kasar cekalan Farhana. “Siapa kamu?!” cibirnya, lantas berlari menyusul menaiki tangga.

“Eh, balik sini!” Farhana kesal dan ikut naik ke atas karena ini darurat. Hatinya panas, Kay dijamah oleh yang bukan mahram. Dia saja belum pernah menyentuh sang suami, pikirnya.

“Jangan masuk!” bentak Farhana. Sekuat tenaga dirinya menarik wanita itu ketika mencapai ambang pintu.

“Lepas! Heh, lepasin!” serunya enggan pergi dari kamar Kayshan. Dia berhasil menampik cengkeraman Farhana, napasnya terengah ketika telunjuk itu menjulur ke depan. “Kay milikku! Siapa Kamu? Pembantu baru?”

Farhana membola, dia mulai tak sabar. “A-abang adalah mah—“ ucapnya terjeda, teringat titah Kayshan semalam.

“Far-haaaaa ... naaaaa!” Kayshan berseru dengan napas tersengal, mengingatkan untuk mematuhi semua pesan keramatnya.

Hening. Kedua wanita masih berdiri di ambang pintu, saling pandang penuh permusuhan.

“Hoek.” Suara Kayshan dari toilet, tengah memuntahkan apa yang dia telan di club sejak pulang kantor.

Farhana sangat khawatir hingga menghambur masuk ke dalam kamar. Dia cepat-cepat menyambar obat gosok dalam kotak P3K yang terbuka di atas nakas, lalu menuju walk in closet dan langsung membalurkan ke punggung Kayshan.

“Pergi!” sentak Kayshan, enggan menerima sentuhan Farhana. Dia mendorong istrinya itu sekuat tenaga, sampai nyaris terjungkal. “KELUAR!” teriaknya lantang dengan wajah merah padam.

“Enggak mau, Abang sakit. Izinkan aku merawat Abang kali ini saja,” sahut Farhana, bersikukuh dan kembali melangkah maju.

Prang!

Kayshan menampik beberapa botol skincare dari rak wastafel hingga jatuh berkeping, membuat isinya berceceran di lantai.

“CEPAT KELUAAAAR!!” bentaknya tanpa melihat sang gadis.

Farhana menutup mata seraya menarik napas berat dan panjang. Ujiannya benar-benar baru dimulai.

Dia pun menahan diri, mematung di samping Kayshan yang masih menopang tubuh di wastafel.

“Kay? Kamu nggak apa-apa?” kata si wanita yang dibawa Kayshan, mencoba memanggil sebab mendengar perdebatan tadi.

“KATRIN!” panggil Kayshan, mengabaikan Farhana.

Wanita seksi itu pun berjalan masuk melenggak-lenggok, tersenyum penuh kemenangan.

“Iya, Sayang,” jawabnya dengan suara mendayu.

Namun, langkah sang wanita seksi dihalangi Farhana.

“Jangan mendekat.” Dia merentangkan kedua lengan sambil memicing sengit. “Jika aku tidak bisa menyentuh Abang, maka Anda pun demikian.”

Farhana dengan cepat menarik pergelangan tangan wanita itu keluar dari sana.

Katrin memberontak. “Woy!”

“Tolong bantu Abang, Pak!” teriaknya pada pria yang membantu suaminya tadi, sambil terus berusaha menjauhkan wanita ulat bulu itu.

Si seksi yang mengenakan heel kesulitan untuk melawan tarikan Farhana. Dia sampai jatuh terduduk lalu terseret menyebabkan lututnya lecet. “Heeeeeh! Babu bar-bar!!!!” pekiknya sembari berusaha menarik hijab panjang Farhana.

Kepala Farhana mendongak karena kerudungnya ditarik paksa. Dia pun menendang wanita yang berpakaian kurang bahan tersebut. “Lepasin!”

Kedua wanita saling jambak dan pukul sampai menyebabkan mereka jatuh terguling dari tangga.

Perkelahian pun masih berlanjut tepat ketika telah menyentuh lantai bawah. Mereka seakan tidak merasakan sakit.

Agaknya Farhana menemukan samsak kekesalan atas sikap Kayshan. Dia terus menyerang Katrin hingga gadis itu meraung kesakitan ketika rambutnya ditarik Hana sampai rontok.

Tak sampai di situ saja, antingnya ikut terlepas menyebabkan cuping telinga wanita seksi itu lecet, juga bahu dan lengan mulus Katrin tergores akibat cakaran Farhana.

“STOPPP!”

Kedua wanita pun menoleh ke sumber utama. Farhana buru-buru bangun dari atas tubuh wanita bawaan Kayshan yang dia tindih, lalu merapikan penampilannya.

Wanita centil itu langsung mengadu, menangis di depan Kayshan yang berdiri di ujung tangga. “Aku luka-luka karena dia,” keluh Katrin sambil menunjukkan semua lebam di tubuh. “Pembantumu itu berani padaku. Kamu harus hukum dia!” seru sang gadis, mengacungkan jari pada Farhana.

Farhana membela diri ketika Kay melihatnya. “A-aku cuma—“ Namun, kata-kata itu menggantung di udara karena tatapan menusuk Kayshan.

Pandangan Kayshan berubah melembut kala beralih pada wanita di sampingnya.

“Istirahatlah, dan terima kasih.” Dia langsung balik badan, berniat masuk ke kamar karena kepalanya sangat sakit.

“Dia siapa?” desak wanita itu, menyerongkan dagunya pada Farhana. “Aku nggak mau liat babu ini lagi!”

“Heh! Aku bukan babu!” solot Farhana, mendelik ke arah si wanita kurang ajar sambil menunjuk wajahnya.

“K-KKAYYY!” Lagi, si wanita centil itu mengadu.

Kayshan berhenti, menoleh ke arah bawah tangga di mana kedua wanita masih berdiri di sana. “Dia ....”

.

.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
QIEV
Embeerrrrr xixixi
goodnovel comment avatar
Chaira Fajira
si ulat keket datang lagi dan berusaha untuk kembali pada kay......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status