Share

BAB 4. DUA PRIA

“Siapa kalian?”Mata pria itu langsung tertuju pada pria yang bersama dengan Farhana saat ini.

“Siapa kamu, hah?” balas salah satu pria yang mengejar Farhana.

Farhana memejam, dia membenturkan kepala ke dinding. Iris matanya melebar ketika tahu sosok yang datang.

‘Kemal. Duh, ngapain sih, dia ke sini,’ batin Farhana. Dia buru-buru menyeka air mata di pipi agar adik iparnya itu tidak melihatnya menangis.

Kemal mengernyitkan dahi. Dia menoleh ke arah Farhana. “Han?” sebutnya sekali lagi, sambil memandang heran. “Siapa mereka?”

Nyonya muda bingung. Dia mengendikkan bahu dan tetap berdiri di posisinya. “Kumohon jangan masuk,” cicit Farhana.

Sang pria pun menjelaskan. “Aku baru landing, mau langsung pulang ke Bogor tuh ngantuk berat, jadi numpang istirahat bentar, ya,” beber Kemal tersenyum malu-malu.

Tak ingin aib sang suami diketahui oleh keluarga, maka Farhana menyarankan agar lelaki di hadapan menginap di hotel terdekat.

“Baiknya ke hotel saja,” balas Farhana datar. Dia hendak melanjutkan langkah masuk ke dalam, tapi Kemal menghalanginya.

“Sebentar.” Dia merentang tangan kanan di depan Farhana. “Abang nggak ada?” tanyanya sekali lagi. “Mereka temanmu?”

Farhana bingung harus berkata apa. Jemarinya memainkan ujung hijab, memikirkan jawaban yang tepat. “Jangan ganggu dulu, beliau sedang sibuk.”

"Heh, denger 'kan, baiknya kamu yang pergi," kata pria yang berdiri tadi.

Dalam hati, Farhana berdoa semoga Kemal tidak menyadari kebohongannya. Syukurnya, laki-laki itu sedikit paham dengan kecanggungan yang dia alami.

Sayangnya, ketenangan Farhana tidak berlangsung lama, sebab Kemal justru melangkah ke arah dua pria yang berdiri di depannya.

Farhana panik, berteriak, “Aku serius, Abang lagi sibuk!” Berusaha mencegah dengan menahan tiang koper Kemal.

Kemal tak gentar. Lelaki itu terus maju, sehingga Farhana melepaskan cekalan pada koper. Bayangan pelecehan tadi kembali terlintas membuat Hana berdiri di belakang Kemal, dia mulai gemetaran.

"Kalian yang pergi, silakan!" tegas Kemal sembari menyalakan lampu depan, dan membiarkan pintu itu menganga lebar.

Kedua pria itu lantas berdecak dan keluar dari sana.

Kemal mulai masuk ke ruang keluarga mencari kakaknya seraya berteriak, "Baaang!!!" Dia geleng kepala melihat kelakuan kawan-kawan Kayshan yang terkapar di lantai dan sofa. “Bangun woy!” teriak sang pria, sambil mengetuk meja kaca dengan botol minuman di sana.

Mereka terbangun dengan penampilan berantakan, membuat Farhana membelalak dan menutup mulutnya rapat.

Kemal memijat kening melihat semua ini. “Abang mana?” tanyanya dengan suara berat menahan kesal.

Mereka menunjuk ke arah tangga sambil menggerutu dan bangkit. Farhana hanya berdiri kebingungan di tengah kekacauan ruang keluarga. Dia ragu-ragu kala hendak menuju kamar.

Sementara itu, Kemal menuju kamar tempat Farhana tadi tertidur ketika menyulam. Kemal lantas mengetuk pintu ruangan tersebut. Pria muda itu membola melihat ranjang begitu berantakan sekaligus heran dengan barang-barang yang bertebaran di lantai.

“Ini kamar siapa?” gumam Kemal, melirik ke arah Farhana yang berdiri diam menunduk di ujung pintu.

Tidak mendapati sahutan dari Farhana, dia menghela napas mendekati ranjang lalu menarik seprai serta selimutnya dan membawa keluar ruangan. Risih melihat semua ini.

“Ada apa ini?” seru Kayshan menuruni tangga. Dia hanya mengenakan bathrobe dan tampak berkeringat, menatap datar ke arah Farhana yang bersandar di dinding depan kamarnya. “Kamu mengusir semua temanku?!” tuduhnya pada sang istri.

Farhana diam, tetapi kemudian dari arah belakangnya muncul Kemal yang menyahut lantang, “Aku yang usir mereka, Bang!”

Kayshan menggeram. “Oh, jadi kamu mulai menghasut adikku dan mengajarinya jadi pembangkang?” sinis Kayshan dengan tatapan menusuk untuk sang istri.

Farhana mendelik, kali ini membela diri. “Kok aku?!” sanggahnya diikuti kedua alis yang bertaut. Nyonya muda sedang memindai tampilan Kayshan, berharap prasangkanya salah. “Harusnya aku yang marah. Rumah ini jadi sarang maksiat,” ujarnya berapi-api.

“Heh! ... jangan berani membentakku!” hardik Kayshan melotot marah pada istrinya.

Kemal buru-buru menengahi dengan menarik Kayshan ke sofa. Dia berkata, “Selama ini aku nggak ikut campur karena Abang single. Tapi, sekarang beda. Sudah ada Hana dan harusnya dia tidak melihat semua ini,” ungkapnya mencoba bicara pelan.

“Kenapa kamu jadi rewel, Dek?” ujar Kayshan, menepis cekalan tangan Kemal dan melenggang santai menuju pantry.

“Bukan rewel, tapi Abang harus pandai menjaga masa lalu, karena ada hati istri yang harus dijaga,” sambung Kemal lagi.

Farhana sengaja berdiam diri di ruangan yang sama dengan kedua kakak adik itu, meski kamarnya telah bersih. Dia tak ingin Kemal tahu bahwa mereka terpisah kamar.

Kayshan berdecak, “Kawin aja dulu, baru ngomong kek gitu ke aku,” cibirnya pada Kemal.

Tiba-tiba dari arah tangga. “Makasih ya, Kay. See you.” Suara mendayu dari gadis yang sama dengan beberapa hari lalu itu, melenggang pergi. Dia melempar ciuman jarak jauh untuk sang Kayshan.

“Ehm, sama-sama. Excellent.” Kayshan tersenyum manis ke arah wanita tadi sambil mengangkat botol soda dari pantry.

Farhana terdiam, dia menunduk, menahan amarah dan tangisnya. Apakah dugaannya benar? Kayshan melakukan hal yang dilarang agama, mengingat lelaki itu tampak berpeluh dan hanya mengenakan kimono handuk.

Melihat hal itu, emosi Kemal kembali terpancing. “Bang!” serunya, sambil berdiri menunjuk ke arah wanita tadi. “Habis ngapain?!” Kemal gerah, Kayshan telah melampaui batas.

Kayshan yang merasa terpojok, ikut tersulut amarah. “Sudah kubilang, bukan urusanmu!”

“Jadi urusanku bila Abang salah jalan. Ada Hana! Dia halal bagimu!” balas Kemal tak kalah lantang.

“Selalu Hana! Kamu suka dia, hah?” sindir Kayshan, menghampiri Farhana yang masih berdiri di depan kamarnya.

Kemal tidak menjawab. Sementara Kayshan, CEO Ghazwan Enterprise itu lantas menggamit pinggang Farhana dan menariknya hingga tubuh mereka bersentuhan tanpa celah.

Farhana menolak dan berpaling wajah ketika Kayshan akan mencecap bibirnya. Dia merasa setengah hati bila harus melayani Kayshan dengan sisa keringat wanita lain.

Melihat aksi sang kakak, Kemal langsung berbalik badan memunggungi pasangan pengantin baru seraya memejam.

“Lihat sini, Dek. Yang halal ternyata menolakku, jadi bukan salahku sepenuhnya, ‘kan?” Kayshan melepaskan Farhana hingga gadis itu terhuyung mundur.

“Aku tidak menolak Abang!” bela Farhana cepat. Dia kemudian melirik ke sekitar dan bercicit, “Perhatikan di mana kita sedang berada ... dan bersihkan tubuhmu dulu.”

Kayshan bersedekap sambil menaikkan dagu. “Gitu, ya. Aku mau di sini, dan kamu tak bisa menolaknya. Kecuali ingin disumpahi malaikat sebab menentang perintah suami.”

Kemal menarik napas. “Bang! ... astaghfirullah!” Dia lalu pergi ke depan. Menyambar kopernya. “Aku nggak jadi nginap!” sambung sang pria terus melangkah.

Sang CEO mengendikkan bahu. “Kamu nggak tertarik merebutnya, Dek? Seperti kelakuan seseorang di masa lalu,” kata Kayshan, seraya menyunggingkan seringai tipis saat memandang punggung adiknya yang menjauh.

.

.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
QIEV
Ududududu udah main kubu nih haha
goodnovel comment avatar
Mega Ahmad
ayo Bang Kemal, terus lindungi Hana dan berikan perhatian khusus buat dia supaya tu mantan dude Jadi cembukor ...
goodnovel comment avatar
QIEV
Wakakakakaka ciri khas e loh Mak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status