Share

Bab 17

"Dek, mau kemana?" Aku bertanya heran. Farida keluar kamar dengan membawa tas pakaian.

"Ke kampung, Mas," jawabnya.

"Loh, kok, mendadak? Memangnya ada apa?"

"Gak ada apa-apa, aku hanya rindu Emak sama Abah, Mas."

"Tapi, Dek, ini sudah jam 8 malam, ke sana butuh waktu 4 jam, Mas juga belum izin kalo besok gak masuk ker—"

"Aku pulang sendiri, Mas!"

Aku mengernyit. "Mana berani kamu, Dek?"

Farida tak menggubris ucapanku.

"Dek, pulang besok saja, biar pagi-pagi Mas antar kamu ke terminal," ucapku lagi.

"Aku bisa sendiri, aku pergi dulu, Mas!" pamitnya seraya keluar.

Aku hanya melongo di kursi ruang tamu. Tak seperti biasanya. Jika pergi, Farida selalu meminta izinku dan mencium tanganku, tapi barusan, ia pamit begitu saja. Bukan tak ingin mengejarnya, tapi aku lelah baru pulang dari pabrik karena ada lembur. Kenapa lagi istriku ini?

Tiga hari Farida menutup warungnya, terakhir berjualan ialah hari Minggu saat Santo main ke rumah. Kuperhatikan tiga hari kebelakang, ia hanya meringkuk dalam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Rasain lu sombong sh lu. Jelek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status