Share

48. Pesan Dari Surga

Belum lagi kaki yang lelah ini menginjak halaman rumah Fajrin, seseorang menyongsongku di depan pagar. Dialah ayah Fajrin, laki-laki tua yang sejak pertamakali kami bertemu sudah memperlakukanku tak ada bedanya dengan anaknya sendiri.

            “Bram? Kamu pulang, Nak?”

            “Iya, Pak. Ini Bram,” air mataku menetes saat mencium tangan beliau.

Kusambut pelukan beliau. Laki-laki itu memelukku sangat erat, dan mulai sesenggukan di bahuku karena tak sanggup menahan haru. Orang-orang yang melihat kami mungkin mengira bahwa ini seperti pertemuan antara ayah dengan anak kandungnya yang lama terpisah.

“Fajrin sudah pergi, Bram,” kata Bapak, matanya yang meredup kini benar-benar basah oleh air mata yang tak terbendung lagi, “kamu nggak punya teman lagi sekarang,"

Aku mengangguk-angguk, menahan diri

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status