Share

Istri Pilihan Mama
Istri Pilihan Mama
Penulis: Fredelina Putri

Awal Pertemuan

~Happy Reading All~

See you again.. Jumpa lagi di novelku yang baru.. Semoga suka dan terhibur dengan cerita recehku… 

***

Sebuah mobil mewah berwarna hitam terlihat kehilangan kendali. Bukan karena si pengemudi mengantuk, kelelahan atau terdapat kerusakan pada kendaraan roda empat tersebut, melainkan terlibat kejar-kejaran dengan mobil di belakangnya. 

Suasana terasa tegang di dalam mobil hitam yang dikendarai sopir pribadi Mona Rosalie, Yadi namanya. 

"Nyonya, sedari tadi mobil di belakang mengikuti kita terus. Apa kita berhenti saja dan mencari pos kepolisian terdekat?" tanya Yadi, sopir pribadinya yang terlihat cemas, lalu menanyakan kejelasan pada wanita yang duduk tepat di belakangnya. Berkali-kali ia menatap spion samping yang menampakkan mobil berwarna putih sengaja mengejar dan menyalip kendaraannya. 

Wanita anggun tersebut mulai tertular virus panik mendengar penjelasan Yadi. Ia mengeluarkan ponsel pintarnya dalam tas branded miliknya dan berusaha menghubungi seseorang. 

Belum sempat niatnya terlaksana, mobil putih di belakangnya menabrak body bagian samping kendaraan roda empat yang ditumpanginya hingga oleng. Mobil hitam tersebut menabrak pohon besar yang ada di samping trotoar jalan. 

Braggg Cekiiittt

Pengemudi mobil putih yang sengaja menyenggol pun pergi dari lokasi kejadian secepat mungkin takut ada saksi mata yang melihat ulahnya. Berhubung suasana sepi dikarenakan hujan baru saja berhenti mengguyur bumi, ia pun bisa kabur dan meninggalkan korbannya begitu saja tanpa dosa. 

Kap terbuka dan ringsek bagian depan. Dua manusia di dalam mobil terluka parah. 

"Tolong… Tolong…" lirih Mona sebelum tak sadarkan diri. Lamat-lamat ia melihat dari kejauhan seorang gadis cantik berlari mendekatinya. Tak lama kemudian semua tampak gelap.

Bruggh 

Gadis cantik berpakaian santai yang baru saja pulang dari pasar membawa sekantung belanjaan berisi tanaman herbal terkejut melihat kecelakaan di depan mata. Ia shock dan refleks memegangi dadanya yang berdetak kencang. Ia menjatuhkan barang belanjaannya sembarangan dan berlari ke arah korban. 

"Astaghfirullah! Tolong, tolong!" pekik gadis cantik bernama Tantri yang berusaha menyelamatkan korban kecelakaan tersebut. 

Jalanan begitu sepi hanya satu dua orang yang melintas. Ia mengedarkan pandangan sambil mengeluarkan dua tubuh manusia di dalam mobil yang rusak parah. Setidaknya ia bisa menemukan korban dan membantunya menjauh dari mobil tersebut sebelum terjadi hal yang tak diinginkan. 

***

"Apakah anda keluarga dari pasien?" tanya seorang dokter wanita yang baru saja keluar dari ruang gawat darurat pada Tantri. 

Tantri yang sedari tadi menunggu di luar ruang gawat darurat hanya terdiam dan terlihat memutar otak. Hingga akhirnya ia menjawab pertanyaan dokter padanya. 

"Bukan, Dok! Saya kebetulan adalah saksi mata yang melihat kecelakaan mobil korban dan membawanya kemari," jelas Tantri. "Ada apa ya, Dok? Apakah ada yang bisa saya bantu?" 

Dokter tersebut mengamati dengan serius gadis muda di hadapannya. Ini urgent dan ia tak punya pilihan lain selain… 

"Apakah anda bisa membantu saya untuk mencari pemilik golongan darah yang sama dengan korban? Korban kehilangan banyak darah dan kebetulan bank darah kami kehabisan stok yang dibutuhkan."

Dokter tersebut terlihat kebingungan. Tantri tak bisa tinggal diam. 

"Kalau boleh tahu, golongan darah korban apa ya, Dok?" 

"Golongan darahnya O rhesus negatif. Pasien harus segera mendapat transfusi sekarang juga sebelum semuanya terlambat," jelas dr. Miley, nama dokter tersebut. 

Tantri mengingat sesuatu. 

"Saya bisa, Dok. Golongan darah saya kebetulan sama dengan pasien korban kecelakaan tadi. Silakan ambil darah saya saja, Dok! Semoga bisa membantu selagi menunggu kedatangan keluarga pasien," ucap Tantri memberanikan diri. 

Gadis muda itu sebenarnya takut pada jarum suntik, namun, hari ini berbeda cerita. Ini menyangkut nyawa seseorang dan selama ia bisa membantu bukankah tidak salah jika ia memutuskan hal itu dengan begitu yakin tanpa keraguan sedikit pun. 

***

"Apa? Kecelakaan?!" seru Arsaka saat mendapat kabar dari sopir pribadinya, Yadi, yang mengalami kecelakaan bersama ibunya. 

Yadi baru saja siuman dan segera menghubungi anak dari majikannya itu via telepon rumah sakit. Beruntungnya ia tidak mengalami hal serius pada tubuhnya dan bisa segera memberitahu hal itu pada Arsaka. 

Arsaka sejenak melihat wajah cantik kekasihnya yang belum lama datang menemuinya untuk melepas rindu. Ada raut wajah ingin tahu dan kecewa menjadi satu di sana. 

"Ada apa? Siapa yang kecelakaan?" tanya Aleta sembari mengernyitkan keningnya. Wanita cantik yang berprofesi sebagai artis sekaligus model itu menatap penuh keheranan. 

"Mama kecelakaan, beliau baru saja keluar dari ruang operasi. Aku harus segera ke sana. Maaf, aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Tidak apa-apa, kan?" tanya Arsaka yang merasa sungkan pada kekasihnya. 

Aleta mencoba mengertikan. Ia menampakkan senyum yang amat ia paksakan menghiasi wajahnya. 

"Apakah aku boleh ikut? Aku ingin tahu bagaimana keadaan Tante," pinta Aleta pada Arsaka, ia menggelayut manja di lengan kekar kekasihnya dengan wajah memelas. 

"Maafkan aku, Sayang. Aku belum bisa mengajakmu menemui Mama. Lain waktu akan kupastikan kamu bisa bertemu Mama. Maaf sekali lagi, Sayang. Aku keluar dulu, ya." 

Arsaka mematikan ponsel dan memasukkan benda itu ke dalam saku celana. Tak menunggu lama, ia pergi meninggalkan Aleta yang masih berada di ruangan kerjanya. 

Sepeninggal Arsaka, Aleta mengepalkan kedua tangannya merasa geram. 

"Menyebalkan!" gerutu Aleta sembari menghentakkan kaki ke lantai yang dipijaknya. 

***

"Pak Yadi, di mana Mama?" tanya Arsaka khawatir, ia langsung menemui Yadi di lobby. 

"Sudah dipindahkan ke ruang inap di lantai tiga, Den Saka," jelas Yadi, pria paruh baya itu segera mengekor di belakang Arsaka. 

Tak tak tak

Derap langkah dari sepasang sepatu pantofel beradu dengan kerasnya lantai marmer mengalihkan pandangan Tantri yang duduk di kursi samping ranjang Mona berada. 

Pandangan Tantri tertuju pada netra hitam si pria yang tengah memindai keberadaannya. Tatapan itu dirasa aneh olehnya. 

"Sa-Saka…" lirih Mona. 

"Mama!" pekik Arsaka yang langsung mendekati sang ibu. Tanpa pikir panjang ia menjatuhkan tubuhnya tepat di kursi yang tadinya dipakai Tantri untuk duduk. 

Tantri yang sadar keberadaannya tak lagi dibutuhkan memilih beranjak dari sana dan ijin pamit undur diri. Belum sampai pintu, Mona mencegahnya pergi. 

"Tunggu, Nak… Jangan pergi, kumohon kemarilah!" pinta Mona dengan lirih.

Tatapan tajam mengarah ke Tantri dari seorang Arsaka. Arsaka melihat Tantri dengan pandangan yang sulit dibaca akal sehat.

'Apakah aku terlihat aneh?' gumam Tantri yang memindai dirinya dari atas sampai bawah. Perempuan itu baru tersadar, ia hanya memakai kaos putih bergambar mickey mouse yang terlihat kumal dipadupadankan dengan celana pendek selutut. Tak lupa sepasang sandal jepit menghiasi kaki putihnya. 

'Astaga!' pekiknya dalam hati seraya menepuk keningnya. 

"Kamu siapa? Kenapa ada di sini bersama ibuku?" tanya Arsaka penuh selidik. Ia mengamati gadis di hadapannya yang terlihat tak asing. Pandangannya kini beralih ke arah sang ibu yang menarik lengan jasnya. "Dia siapa, Ma? Kenapa Mama bisa bersama perempuan ini?" 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status