“Aku tidak mau harus makan dengan dia di satu meja yang sama!” tolak Kartika dengan sangat ketus.
“Alasannya apa sehingga kamu menolak?” Andika menoleh menatap sang istri, wajahnya berekspresi datar.“Ya aku tidak mau saja.” Kartika melipat tangannya di dada, raut wajahnya terlihat tak suka.“Bukannya kamu sendiri yang meminta aku menikah dengannya? Jadi seharusnya kamu tak masalah kalau dia duduk bersama dengan kita di sini, karena dia juga adalah istriku!” terang Andika mengatakan sebenarnya.Lagi pula Andika memiliki tanggung jawab kepada Cantika, karena gadis itu adalah istrinya juga. Sehingga tak mungkin ia lepas tangan terhadap orang yang sudah dinikahi. Menurutnya lelaki paling buruk adalah lelaki yang tak bertanggung jawab dengan istrinya.Walau pun Andika tak menginginkan pernikahan ini, tetapi itu bukanlah alasan untuk melepaskan tanggung jawab yang sudah dipikul.Jemari Kartika mengelus leCantika yang masih memejamkan matanya, merasa kalau tangan Andika menyentuh pipinya. Tepatnya bukan menyentuh, tetapi seperti seseorang yang sedang mengelap sesuatu di wajahnya dengan tangan. Tak lama gadis itu tak merasakan kalau Andika berada di dekatnya lagi. Sehingga ia membuka matanya sedikit untuk mengintip, benar saja kalau lelaki itu sedang mengaduh minumannya.“Apa yang sedang kau pikirkan? Cepat habiskan makananmu! Nanti para pelayan akan datang kemari, aku akan tetap menutupi identitasmu sebagai istri keduaku. Karena tak mau mendengar sesuatu yang merepotkan seperti rumor buruk tentang aku dan istriku yang mendapatkan anak dari rahim wanita lain.” Andika berkata sambil menyeduh minumannya. Cantika yang awalnya berdebar langsung tersenyum kecut, gadis itu segera makan dengan cepat. “Usahakan mereka tak tahu dengan identitasmu sekarang!” titah Andika menatap lekat Cantika.“Tapi mereka sudah mengetahui
Setelah Cantika menampar lelaki asing itu, bukannya membalas lelaki tersebut malah tertawa sambil memegangi pipinya. Sehingga membuat ia menjadi menaikan sebelah alisnya.Belum sempat Cantika bertanya, Kartika malah datang mendekat dengan setengah berlari.“Arel, ternyata kau di sini. Itu bukan kamar yang akan kau tempati, tetapi kamarmu berada di depan.” Kartika melirik sinis kepada Cantika. “apa dia melakukan sesuatu kepadamu?”Mendengar pertanyaan Kartika itu, membuat Cantika mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tahu pasti kalau lelaki tersebut akan mengadu tentang apa yang dirinya lakukan tadi.“Dia tidak melakukan sesuatu, kalau begitu ayo kita ke kamar baru.” Arel merangkul Kartika untuk menjauh, tetapi ia mengedipkan sebelah matanya kepada Cantika. Cantika bergidik melihat tingkah laku lelaki tersebut, tetapi sekaligus dirinya merasa heran. Kenapa lelaki itu tidak mengadukan kalau ia telah menampar. “Arel? Sepertiny
Cantika menatap kedua orang itu dengan raut wajah bingung, ia merasa kebingungan karena tingkah kedua lelaki tersebut.“Kau pilih yang mana?” tanya Arel dan Andika serempak.“Terserah sih kau pilih yang mana? Tapi tentu seharusnya aku dong, supaya kita semakin akrab.” Arel menyodorkan gelasnya semakin dekat kepada Cantika.“Apa yang kau maksud itu? Tentu saja dia harus memilih punyaku, karena tentu saja aku …, kerabat jauhnya.” Andika mengatakannya itu sambil beberapa kali berdehem, hampir saja keceplosan perihal ia adalah suami dari Cantika.Gadis itu menatap kedua lelaki yang saling berdebat satu sama lain, tetapi ia sangat haus sekali sehingga memilih untuk mengambil air minum sendiri. Sehingga membuat Arel dan Andika melongo bingung.‘Kenapa kalian menatapku seperti itu? Lagi pula bukankah lebih enak ambil sendiri tanpa pusing memilih harus mengambil yang mana!’ Cantika menggerutu di dalam hatinya.
“Memang apa yang akan kulakukan sehingga kau ingin menjerit seperti itu?” Andika bertanya dengan nada membentak.Cantika yang masih gemetaran mendongak menatap sang suami. Ia terlihat sangat ketakutan, tetapi tak dapat mengatakan apa pun.“Ck, kau ini adalah gadis yang menyebalkan! Padahal aku hanya ingin mengelus kepalamu, tetapi aku malah terlihat seperti penjahat!” Andika menatap tajam kepada Cantika, ia menjadi merasa sangat kesal.Cantika berusaha menetralkan perasaannya, untuk menenangkan tubuhnya yang gemetar. Namun, selalu saja terbayang-bayang tentang ingatan malam pertama itu. Membuat gadis tersebut tak kuasa untuk menghentikan ketakutannya sendiri.Andika menatap nanar sang istri, Ia pun menjadi menghela nafas, “Kalau kau tidak nyaman dengan kehadiranku di sini, aku akan pergi!”Andika memilih melangkahkan kakinya keluar, tetapi baru beberapa langkah ia menoleh. Lelaki itu melihat kalau sang gadis tak a
Sehingga membuat Andika menjadi terjatuh ke lantai, tetapi bukannya menolong Cantika malah terlihat ketakutan dan kabur dari sana. Gadis itu memilih mengintip dari balik dinding, terlihat Kartika dan Arel membantu Andika untuk berdiri. “Sayang, kenapa kamu bisa jatuh seperti ini?” Kartika bertanya dengan nada khawatir, ia bahkan menatap setiap inci tubuh suaminya.“Iya benar. Kakak bisa sih jatuh seperti ini?” tanya Arel menimpali.Andika melirik kepada Cantika yang mengintip mereka bertiga. “Tadi ada tikus yang menyebalkan, dia membuat aku terjatuh.”“Bagaimana sih kerjanya pelayan di rumah ini? Jadi bisa-bisanya ada tikus di rumah, apa aku perlu memarahinya, Sayang?” Kartika bergelayut di lengan Andika dengan manja.“Tidak perlu. Nanti aku yang akan memberi pelajaran kepada tikus itu sendiri, Karena dia sudah berani sekali denganku.” Andika melirik sinis kepada Cantika. Cantika be
Namun, tak diduga oleh mereka semua Andika malah tersenyum dengan sangat lebar. Senyuman yang seharusnya menjadi membuat orang tenang, malah membuat orang menjadi semakin gelisah lantaran senyuman yang terlihat kentara kalau terpaksa.“Ternyata adikmu ini sangat manis ya, Kartika. Sampai membuat aku sangat senang sekali.” Andika berkata sambil tersenyum tampak terpaksa.Kartika tidak tahu menanggapi apa, perempuan itu hanya menganggukkan kepala dan mengukirkan senyum tipis di bibirnya.“Maafkan aku, kalau perkataanku menyinggung perasaanmu. Karena mau bagaimana pun kau adalah suami kakakku dan aku pun menumpang di rumahmu,” ucap Ariel dengan tatapan memelas.Lelaki muda itu sadar diri dengan kondisinya sekarang, karena ia hanya menumpang di rumah Andika.“Baguslah kalau kau sadar akan posisimu, usahakan kalau menumpang di rumah orang jangan berbicara omong kosong.” Andika mengelap mulutnya dengan sapu tangan, ia p
Beberapa kali Cantika meneguk ludahnya kasar, ia sekarang tak bisa memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab Diana.“Cantika?” panggil Diana pelan.Gadis itu terperanjat dari lamunan, “Awalnya aku memang ingin bekerja sebagai pelayan di sini, tapi …, Kak Andika melarangku untuk bekerja. Dia mengatakan malu,” jelas Cantika berbohong, walau tak sepenuhnya berbohong.Gadis itu hampir saja keceplosan menyebut Andika tuan, beruntung ia tak sempat mengatakannya.“Em, memang benar sih ya. Tentu saja dia malu, karena dia adalah orang kaya masih membiarkan keluarganya sendiri untuk dijadikan pelayan, ya walau kerabat jauh, tapi tetap saja kan keluarga?” kekeh Diana percaya dengan kebohongan Cantika.Diana pun pamit pergi ke dapur, ia harus mengantar piring kotor itu segera. Nanti malah akan dimarahi oleh pelayan lain lantaran terlalu banyak bicara, belum lagi kalau Kartika melihatnya, bisa-bisa dipecat dari pekerjaan.
Pemandangan yang membuat Cantika menjadi sangat shok sekali, sehingga tak dapat mengatakan apapun. Gadis itu menyadari kalau yang sedang dilihat olehnya itu adalah sesuatu yang tak baik untuk diketahui, Cantika pun segera berlari keluar tanpa menoleh ke belakang lagi. Tanpa Cantika sadari, kalau pintu yang awalnya terbuka sedikit menjadi terbuka separuh. “Ada seseorang yang mengintip kita?” Kartika turun dari ranjang dengan menutup bagian tubuh menggunakan selimut.Matanya melirik kesana-kemari, memperhatikan siapa gerangan orang yang telah mengintip mereka berdua. “Kenapa sih kamu tidak menutup pintu dengan benar? Alhasil ada yang melihatnya kan!” Kartika menggerutu dengan bersedekap dada.Lelaki yang tengah bersama Kartika itu tertawa kecil, ia pun mendekat kepada perempuan tersebut. Tangannya membelai wajah cantik Kartika dengan lembut, senyuman hangat terukir di bibir lelaki tampan itu.Sement