Share

Bab 6. Neraka

"Kelihatannya ada yang senang dengan keputusan papa? Tanpa perlu susah payah bekerja, sudah bisa menikmati hasilnya! Hebat sekali!" sindir Firheith sewaktu ia mengambil pakaian di wardrobe kamarnya.

Mutia yang mulanya melamun, terduduk membelakangi Firheith di ranjang itu pun segera menoleh dan memasang senyum terbaiknya pada Firheith.

"Oh, terima kasih suamiku ter-brengsek. Tentu aku senang sekali. Memang ini yang aku mau, jadi kita impas, bukan? Setelah kamu membohongiku dengan mengambil keuntungan dari pernikahan ini."

"Dasar munafik! Wanita culas!" Firheith memelototi Mutia, terlihat sangat marah hingga kedua tangan di bawahnya praktis terkepal kuat.

"Culas? Haha!" Bukannya takut, Mutia justru semakin menghampiri Firheith.

"Sialan! Dasar pelacur! Sekarang terbukti kalau kamu itu materialistis!"

"Bukan materialistis, Fir. Tapi realistis!" sambar Mutia dengan mendongakkan dagunya ke atas, mensejajarkan pandangannya dengan Firheith.

"Kurang ajar!!" Firheith yang tak suka dibantah, seketika mencengkeram dagu Mutia dengan kuat—meluapkan emosinya.

"Fir, le-pas-kan! Akh... Sa-sakit!"

Semakin kalap, bahkan tak peduli Mutia terlihat kesakitan. Mutia yang kalah tenaga, karena tak berhasil menyingkirkan tangan Firheith. Kini terlihat mulai kesulitan bernapas.

"Apakah ka-kamu akan membunuhku?" tanya Mutia dengan suara mengecil, wajahnya bahkan telah berubah memucat.

Firheith menatap wanita itu begitu tajam. Melihat sudut mata Mutia yang menggulirkan cairan bening, dengan keringat dingin sebiji jagung di kening. Terpaksa ia melepas cengkeramannya dan mendorong Mutia dengan kasar ke atas ranjang.

"Uhukkk! Uhukkk!" Mutia terbatuk memegangi lehernya, sembari menghirup udara sebanyak mungkin.

"Dengar ini baik-baik! Jangan pernah lagi kamu membantah atau bersikap kurang ajar padaku kalau kamu tak ingin—"

"Kamu ingin menghabisi nyawaku?" tanya Mutia sedih, dengan ekspresi ketakutan melihat Firheith yang menyeringai sadis ke arahnya.

"Aku bahkan tak segan memutilasimu dan memberikan jasadmu pada serigala hutan, jika sampai kamu berani melawanku lagi!" ancam Firheith pelan, tapi membuat semua bulu kuduk Mutia berdiri.

Mutia menggelengkan kepalanya panik, memundurkan duduknya tergesa saat Firheith mendekat.

"Aaaaah! Jangan!" jerit Mutia memejamkan mata dengan tubuh gemetar, mengira Firheith akan mencekiknya.

Ternyata Mutia tak merasakan apapun. Firheith hanya menggertak. Dan demi memastikan itu, perlahan Mutia membuka mata. Tetapi ia terkejut bukan main, karena wajah Firheith berada tepat di depannya. Sangat menyeramkan bagai malaikat pencabut nyawa.

"A-apa yang mau kamu lakukan?" tanya Mutia sangat gugup, "Auw!" pekiknya saat Firheith tiba-tiba menaikkan dagunya ke atas dengan telunjuk.

"Pernikahan kita hanya sebatas kontrak. Jadi, jaga batasanmu Mutia? Kamu tidak boleh ikut campur urusanku dan jangan sampai kamu mengadukan ini semua pada papa! Atau detik itu juga...."

Sepasang netra Mutia terbelalak dengan tubuh membeku, begitu melihat Firheith yang dengan cepat menodongkan pistol di samping kepalanya.

"Doorrr!"

"Aaaaa!!" jerit Mutia histeris, berpikir kepalanya tertembus peluru dari pistol Firheith.

Tetapi Mutia merasakan dirinya masih dapat bernapas, pun ia mendengar jelas Firheith menertawainya begitu puas.

"Begitu saja takut?" remeh Firheith di sela menarik pistolnya lagi dari kepala Mutia yang membuka mata dengan pelupuk memenuh.

Tak sedikitpun iba di hati Firheith pada Mutia yang masih menyimpan ketakutan sampai kedua kakinya lemas seperti jelly.

Seakan tak pernah habis kebencian pria itu pada Mutia. Firheith lalu mengejek Mutia sembari berlalu ke arah pintu keluar.

"Mana kesombonganmu tadi saat melawanku? Kenapa tiba-tiba menghilang?" tanyanya sesaat, sebelum membanting pintu dengan keras.

Brakkk!

Kedua bahu Mutia berjengit, berikut gulungan air matanya yang bersusulan keluar. Menemani kesedihan wanita itu meratapi nasibnya yang malang.

"Bu... Aku ingin pulang...."

***

"Espen!" teriak Glady melengking, memanggil pelayannya itu saat berjalan menuju dapur. "Espen! Kamu tuli ya? Dasar pelayan tidak berguna!!"

"I-iya, Nyonya. Maaf, saya tadi cuci piring, jadi tidak mendengar Anda?" Espen menghampiri Glady dengan tertunduk takut.

Glady menyenggol bahunya dengan keras, lalu melewatinya. "Aku tidak peduli! Pokoknya setiap aku memanggil kamu haru datang secepat mungkin!"

"Baik Nyonya."

Pandangan Glady mengedar ke dapur dan tak sengaja melihat keberadaan Mutia yang sedang mengambil air dari kulkas.

"Hey, letakkan air itu!" larang Glady pada Mutia dengan ketus.

Air yang hampir tertelan pun seketika tersembur dari mulut Mutia karena kaget mendengar bentakan Glady yang maha dahsyat.

"Ma—"

"Jangan panggil aku Mama, karena aku bukan mamamu. Panggil aku, Nyonya!" tolaknya muak dengan mata melotot.

Mutia yang tak ingin mencari ribut, akhirnya ia mengalah. "Iya, Nyonya." Walau hatinya terasa sakit, ia tetap memasang senyum terbaiknya di depan ibu mertuanya itu.

"Ingat, ya! Di rumah ini tak ada yang gratis, jika kamu ingin makan atau minum. Kamu harus membayarnya!" peringat Glady.

Mutia sedih karena ia tak memegang uang sama sekali, karena seluruh uang gajinya mengajar sudah ia berikan pada sang ibu.

"Tapi aku belum punya uang untuk saat ini, Nyonya. Bukankah aku berhak mendapatkan fasilitas di rumah ini sebagai menantu?"

"Sampai mati pun aku tidak sudi menganggapmu sebagai menantu!!" tolak Glady mentah-mentah.

Mutia berjuang keras menahan air matanya agar tak turun mendengar hal itu. Bagaimana ini? Perutnya lapar dan ia haus sekali. Espen merasa iba tapi tak dapat berbuat banyak, karena ia pun tak berdaya.

Glady lalu mendengar bunyi perut Mutia dengan senyum mencemooh. "Kamu lapar?"

Mutia mengangguk, berpikir Glady bermurah hati dan berubah pikiran.

"Kamu boleh makan dan minum di sini setelah kami. Tapi kamu harus membayarnya dengan bekerja di sini sebagai pembantu!"

Madinah Ayyara

Kejamnya Mak lampir? Silakan yang mau nyumpahin Mak Glady, hiks

| Sukai
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Lavender
Gzorilla gila fir juga sekarat
goodnovel comment avatar
Farida Wati
dasar Mak lampir sama anak sama aja jahatnnya mudah2an kemu fir nanti tergila2 sama Mutia....kalau tau ada yang suka sama Mutia
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Dasar kutu kupret emak.gayung semoga kena azab disamber petir kamu mertua durjana , ....... Kasihan mumut dijadikan pembantu ,fir juga jahat dasar mafia pret ... semoga kamu tergila2 sama mumut kena jampe-jampe mumut ga bisa lepas ,kapok loh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status