Share

BAB 4 Pria Tampan

Pria Tampan

Ayra mendengarkan apa yang pak Herman katakan, namun matanya tertuju pada seseorang yang muncul dari pintu masuk kantin.

Dia melihat ada seorang pria dengan setelan jas warna coklat tua, menggunakan kacamata dengan lensa putih, rambutnya begitu rapi. Dia terlihat berjalan ke arah pak Herman duduk.

Wajahnya begitu khas, dengan tulang rahang yang tegas, alis tebal dan mata sedikit sipit. Hidungnya mancung sekali, berpadu dengan bibir tipis merah jambu alami. Ini adalah sosok pria tampan yang selama ini ada di dunia khayalan Ayra.

Pria tampan itu duduk di kursi kosong yang berada persis di sebelah mereka duduk, seorang diri. Ayra pikir, pria itu adalah salah satu keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit ini.

Pria itu benar benar tampan.

"A-Ayra, kamu sedang melihat apa?" tanya pak Herman yang melihat Ayra begitu fokus pada satu titik. Tanpa menunggu jawaban dari Ayra, pak Herman segera menoleh dan mencari sumber ketertarikan Ayra itu.

"A-Ayra, ini benar benar sesuatu yang luar biasa, itu adalah pak Ardian, putra mahkota Abadi Group," ucap pak Herman yakin.

"A-apa pak Herman? pria tampan itu Ardian?" tanya Ayra.

"I-iya, sebentar saya akan menyapanya."

Pak Herman terlihat berjalan ke arah pria tampan itu.

"Selamat siang pak Ardian," ucap pak Herman seraya menundukkan badan.

Pria itu menoleh ke arah sumber suara.

"Pak Herman," sapa Ardian.

"Pak Ardian sedang apa disini? Hanya sendiri?" tanya pak Herman.

"Oh, iya, tadi ayah meminta saya untuk melihat kesiapan penerimaan alat kloter pertama yang akan datang besok," ucap Ardian.

"Oh iya pak Ardian, saya di sini bersama rekan, salah satu dokter magang terbaik di rumah sakit ini. Saya ingin mengenalkan rekan saya kepada anda," ucap pak Herman yang melihat kesempatan emas ada di depan mata.

"Baiklah, duduklah bersamaku," pinta Ardian. Mendengar itu pak Herman melambaikan tangan ke arah Ayra. Melihat isyarat dari pak Herman, Ayra terlihat mulai gugup, menunjuk nunjuk ke arah dirinya sendiri. Pak Herman dengan gemas meminta Ayra untuk segera mendekat ke arahnya.

"Gadis itu benar benar tidak mengerti? Ini kesempatan emas," gumam pak Herman dalam hati.

Ayra terlihat mulai berdiri dari posisi duduknya, berjalan dengan perasaan gugup ke arah pak Herman.

Pak Herman dan Ayra duduk tepat di hadapan Ardian. Kali ini Ayra bisa dengan jelas mengamati wajah Ardian yang semakin dekat diamati semakin terlihat tampan.

"Pak Ardian, ini Ayra, salah satu dokter magang terbaik di rumah sakit ini," ucap pak Herman.

"Hai, saya Ardian," ucap Ardian seraya menjulurkan tangan yang setelahnya diterima oleh Ayra.

"Sa-saya Ayra," ucap Ayra singkat, terdengar sedikit gugup dan malu-malu.

"Pak Ardian, Ayra ini adalah dokter magang yang sangat berbakat, lulus dengan predikat terbaik dan dia merupakan salah satu dokter teladan di rumah sakit ini," ucap pak Herman yang seolah ingin memberikan kesan yang baik mengenai sosok Ayra.

Beberapa saat Ardian terlihat mengamati Ayra, lalu tersenyum. Senyum tipis Ardian membuat Ayra salah tingkah dan sedikit gugup. Detak jantungnya seolah lebih kencang dari biasanya, bahkan bisa didengarkan dengan telinga terbuka.

"Pak Herman, ayah sudah cerita kepadaku, mengenai Ayra," ucap Ardian, ternyata pak Herlambang sudah lebih dulu menceritakan mengenai Ayra.

"Senang kita bisa bertemu di sini," lanjut Ardian.

"Ba-baiklah kalau begitu, ini kebetulan yang bagus," ucap pak Herman gugup dan bercampur dengan bingung.

"Oh iya Ayra, saya harus mengurus beberapa hal di kantor, saya harus segera ke sana," ucap pak Herman mencari alasan supaya bisa segera pergi dan meninggalkan Ayra yang mungkin saja ini menjadi waktu yang tepat untuk mereka saling berkenalan.

"Pak Ardian, saya minta maaf sekali karena harus pergi, ini sangat penting," ucap pak Herman.

"Iya, tidak masalah," ucap Ardian.

"Baiklah, saya permisi dulu," ucap pak Herman seraya segera pamit pergi.

Ayra yang melihat itu tidak bisa berbuat apa apa, pak Herman dengan sengaja meninggalkannya berdua sendiri dengan orang yang baru dikenalnya.

Ayra terlihat gugup.

"Tidak apa apa, ini kebetulan yang sangat baik, kita bisa mengobrol, saling mengenal, saya cukup penasaran karena ayah sangat mengagumimu," ucap Ardian.

"Ti-tidak juga pak Ardian, kami bahkan baru pertama kali bertemu," ucap Ayra gugup.

"Panggil saja Ardian," ucap Ardian yang seolah membuka jalan mereka untuk bisa saling mengenal bahkan dekat.

Dari gelagatnya sudah bisa ditebak bahwa Ardian menerima usulan dari ayahnya untuk menjadikan Ayra sebagai istri. Cukup aneh sekali, karena pria setampan ini seolah kesulitan dalam urusan mencari jodoh.

Ardian terlihat mengamati Ayra, matanya fokus, begitu seksama, lalu dia mengambil kesimpulan jika Ayra cukup cantik dan minimal pantas jika harus menjadi istrinya.

Mereka berdua terlihat terlibat dalam obrolan ringan, namun merupakan waktu yang tepat untuk mereka bisa saling mengenal satu sama lain, sungguh kebetulan yang aneh.

***

Beberapa jam sebelumnya di kantor utama Abadi Group. Presdir Herlambang terlihat berbincang serius dengan putranya, Ardian Putra Herlambang .

"Ardian, ayah sudah menemukan gadis yang tepat untukmu. Dia dari kalangan biasa, sepertinya tidak akan terlalu menuntut. Dia bisa memasak, pandai merawat orang tua dan rajin. Ada hal yang penting juga, dia berpendidikan, lulusan terbaik dari salah satu fakultas kedokteran, dia juga merupakan dokter yang cukup direkomendasikan di rumah sakit Sehat Abadi. Dia memiliki penampilan yang bagus dan cukup cantik," ucap presdir Herlambang.

"Terserah ayah, aku menurut saja apa yang ayah inginkan, lagi pula istri tidak terlalu penting untukku, hanya status saja, paling tidak ada yang mengurusku," ucap Ardian dingin.

Dari percakapan mereka bisa diambil kesimpulan bahwa kriteria yang presdir cari adalah gadis yang bisa menjadi sosok ibu rumah tangga seutuhnya, pandai dalam segala hal. Bahkan Ardian tidak terlalu memiliki kriteria khusus dalam mencari seorang istri, dia menurut apapun yang ayahnya mau, sungguh anak yang berbakti.

"Siang ini sekitar pukul 2 siang, datanglah ke rumah sakit, ke kantin rumah sakit, pak Herman sudah merencanakan pertemuan kalian," ucap presdir Herlambang.

"Apa harus secepat ini?" tanya Ardian, masih dengan sikap dinginnya.

"Kamu tau alasannya bukan, ini semua sudah kita bicarakan," ucap presdir Herlambang.

"Baik ayah," Ardian tidak menentang sedikitpun apa yang menjadi keinginan ayahnya.

Pria tampan ini benar benar adalah pria yang penurut, padahal jika dia mau, dia bisa mencari gadis bahkan yang tercantik di kota ini. Benar benar penurut atau ada rahasia tersembunyi di antara mereka.

Beberapa bulan sebelum pertemuan Ardian dengan Ayra, keluarga Mahendra yang terdiri dari Presdir Herlambang Mahendra , istrinya yang bernama Sisca Mahendra, putranya Ardian Mahendra, anak keduanya Rose Mahendra, dan putri ketiganya yang berusia Lima belas tahun bernama Loly Mahendra, gadis cantik yang mengidap down syndrome, mereka terlibat dalam rapat keluarga yang begitu serius.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status