Bisakah CintaArdian menggenggam tangannya kuat kuat, menahan setiap rasa yang bergejolak di dalam dirinya. Dia benar benar tersiksa, sangat tersiksa dengan semua pemandangan indah itu."Selesei," ucap Ayra, lalu dia meraih dress dan memakainya. Semua aktifitas itu dia lakukan tepat di depan Ardian, di depan mata suaminya, mata yang pura pura tertutup itu.Semua sudah siap, Ayra sudah terlihat rapid an cantik."Mas Ardian masih tidur, hmmm, sebaiknya aku tulis pesan saja," ucap Ayra. Kemudian Ayra mengambil kertas memo berwarna kuning yang ada di dalam laci, juga bolpoin berwarna hitam.Ayra mulai menulis pesan singkat."Mas, aku ke supermarket sebentar, Ayra." Tulis Ayra yang juga membubuhkan tanda hati di memo itu.Ayra meninggalkan kertas memo itu di atas meja dekat Ardian tidur. Ayra melihat ke arah Ardian, ingin sekali mengecup dahi laki-laki yang merupakan suaminya itu, namun dia urungkan, Ayra memilih keluar dari kamarnya secara diam diam, supaya Ardian tidak terbangun.Ardia
Masih Ada CintaAyra menaikkan kantong belanjaan yang sudah dibayarkan ke atas troli, cukup banyak, sehingga membuatnya sampai tidak terlihat."Kamu akan langsung pulang?" tanya Arsen."Ya, mas Ardian ada di rumah, aku harus membuatkannya makan siang," ucap Ayra.Ponsel Ayra berdering, dia melihat nama ibu mertua di sana."Halo ibu," sapa Ayra setelah mengangkat panggilan itu.“Ayra, tolong buatkan ibu salad sayur yang bisa ibu telan, ibu menginginkan itu untuk makan malam. Ibu jengkel, semua teman ibu mengatakan ibu gemuk. Ibu harus diet, tolong belikan bahan bahan untuk membuat salad, ini jadwalmu belanja bukan,” ucap nyonya Sisca.“Ba-baiklah ibu,” ucap Ayra yang kemudian menutup panggilan itu."Ada apa? tanya Arsen."Sesuatu yang tak terduga, aku harus kembali ke dalam, ada yang harus aku beli," ucap Ayra.Ayra terlihat menoleh ke segala penjuru.“Apa yang kamu cari?” Tanya Arsen.“Aku mencari tempat penitipan barang,” ucap Ayra.“Oh itu, sudah biar aku yang menjaga barang belanja
CahayaAyra sudah menyiapkan makan malam yang cukup istimewa, lengkap, seperti sebuah pesta penyambutan."Wah, luar biasa. Semua ini pasti masakan kakak, aku akan sangat menyukainya," ucap Rose."Iya, kakak sengaja memasak banyak supaya semuanya bisa mendapat makanan kesukaan masing masing," ucap Ayra."Kakak tau, beberapa hari kemarin aku memesan makanan seperti ini dan mereka berdua marah besar," ucap Rose seraya mengarahkan matanya pada pak Herlambang dan nyonya Sisca."Ya, Rose memesan makanan online lebih dari satu juta, hanya untuk kita berempat," ucap Pak Herlambang. Mendengar itu Ayra tersenyum."Ibu sedang diet, tidak mungkin makan banyak, masak sendiri adalah solusi terbaik, tubuh kita tidak akan penuh dengan penyedap, pengawet dan pewarna," ucap nyonya Sisca."Ibu, selama satu minggu kemarin ibu juga selalu pesan makanan online," ucap Rose."Kamu ini, tapi tidak sebanyak pesananmu," ucap nyonya Sisca."Ya, sama saja, harusnya ibu memasak untuk kami semua. Sepertinya di sini
KilauAyra dan Ardian masuk ke dalam kamarnya, Ardian masuk ke dalam kamar mandi, mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Ayra terlihat membersihkan wajahnya, menunggu Ardian keluar dari kamar mandi, karena dia pun akan mengganti bajunya dengan piyama tidur.Ardian keluar dari kamar mandi, menuju ke tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya. Ardian menarik selimutnya, tinggi hingga leher.Ayra masuk ke dalam kamar mandi, beberapa menit setelahnya dia keluar dari kamar mandi, sudah memakai piyama tidur, wajahnya terlihat segar, alami, tanpa make up.Ayra langsung menuju ke tempat tidur, lalu memposisikan diri membelakangi Ardian. Mereka berdua sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, seolah tanpa harapan terjadi hal yang lebih jauh.Kali ini ada yang lain, dada Ardian tidak lagi tenang, deru jantungnya membuat dia tidak bisa tidur. Ada rasa gugup, tiba tiba saja seperti itu.Ayra telah membuat dirinya kelimpungan, dia harus berusaha keras menahan gejolak yang ada di dalam dirinya. Ard
Peristiwa KelamMobil sedan mewah berwarna hitam masuk ke dalam kawasan hutan. Berhenti di tengah tengah jalan sepi, lalu beberapa detik setelah itu, keluarlah dua orang, laki laki dan perempuan. Mereka terlihat buru buru, bergegas membuka bagasi belakang mobil. Mereka mengeluarkan sesuatu dari bagasi, oh, bukan sesuatu, melainkan seseorang. Seseorang yang sepertinya tidak sadarkan diri.Dua orang itu meletakkan seseorang di tengah jalan hutan yang sepi, sendirian. Apa mungkin membiarkannya untuk ma-ti dilin-das mobil besar yang mungkin saja melintas? Entahlah, mereka terlihat bergegas pergi.Seseorang itu adalah seorang wanita, wanita berusia tiga puluhan, dengan rambut panjang terurai, sangat kurus, nyaris hanya tulang berbalut kulit. Gerimis mulai turun, membasahi tubuh wanita yang memakai setelan berwarna putih, tanpa alas kaki. Dia masih meringkuk, apa mungkin dia sudah ma-ti?Tidak butuh waktu lama, ada mobil yang hendak melintas, nyaris melindas tubuh wanita itu, namun rem se
Dokter CantikAyra adalah gadis cantik, berusia dua puluh lima tahun. Dari keluarga sederhana, berasal dari salah satu kota yang ada di pulau Jawa, yaitu Yogyakarta. Ayahnya hanya seorang buruh serabutan sedangkan ibunya pengrajin manik manik dengan penghasilan kecil. Potret keluarga biasa saja, tidak ada yang istimewa, kecuali sosok Ayra sendiri yang terlahir dengan luar biasa.Ayra berhasil mendapatkan beasiswa, untuk belajar di Jakarta, fakultas kedokteran, seperti cita citanya yang ingin menjadi seorang dokter hebat, supaya bisa membantu masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan kesehatan, dimana semua orang tahu, sehat itu mahal, sakit itu menguras tenaga, kekayaan, dan hati.Ayra tidak perlu mengeluarkan biaya apapun, uang kuliah, tempat tinggal selama belajar, biaya makan, semua itu ditanggung oleh Abadi Group, perusahaan yang menyediakan program beasiswa. Bekerja sama dengan universitas tempat Ayra mendapatkan beasiswa. Ayra hanya perlu belajar giat, menjadi lulusan terbaik d
Perjodohan SepihakPak Herman terlihat masih bingung, juga heran sembari menebak nebak."Iya, ceritakan dulu mengenai dia, Ayra, saya ingin tahu banyak tentang dia," perintah presdir Herlambang."I-iya pak, Ayra adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa penuh di salah satu universitas ternama di Jakarta, beasiswa yang merupakan proyek kerjasama Abadi Group dengan perguruan tinggi lokal.""Dia berasal dari kota Yogyakarta, dari keluarga sederhana, dan merupakan anak tunggal. Selama masa pendidikan dia mengambil pekerjaan paruh waktu di beberapa tempat, seperti yang saya sampaikan tadi. Di restoran, rumah sakit kita, binatu, panti jompo dan beberapa toko. Hasil dari kerja paruh waktunya dia gunakan untuk membiayai kehidupannya dan sebagian lagi dia kirimkan kepada orang tuanya di kampung. Ya, memang tidak besar, Karna pekerjaan itu hanya dilakukannya di waktu senggang dan hanya beberapa jam.""Dia anak yang baik, jujur dan santun. Ayra adalah dokter yang banyak disukai pasien,
Pria TampanAyra mendengarkan apa yang pak Herman katakan, namun matanya tertuju pada seseorang yang muncul dari pintu masuk kantin. Dia melihat ada seorang pria dengan setelan jas warna coklat tua, menggunakan kacamata dengan lensa putih, rambutnya begitu rapi. Dia terlihat berjalan ke arah pak Herman duduk. Wajahnya begitu khas, dengan tulang rahang yang tegas, alis tebal dan mata sedikit sipit. Hidungnya mancung sekali, berpadu dengan bibir tipis merah jambu alami. Ini adalah sosok pria tampan yang selama ini ada di dunia khayalan Ayra. Pria tampan itu duduk di kursi kosong yang berada persis di sebelah mereka duduk, seorang diri. Ayra pikir, pria itu adalah salah satu keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit ini.Pria itu benar benar tampan. "A-Ayra, kamu sedang melihat apa?" tanya pak Herman yang melihat Ayra begitu fokus pada satu titik. Tanpa menunggu jawaban dari Ayra, pak Herman segera menoleh dan mencari sumber ketertarikan Ayra itu."A-Ayra, ini benar benar sesuatu y