Share

Berpikir Realistis

“Kenapa? Apanya yang tapi?”

“Aku sengaja cuti untuk menemani Ibu —”

“Ah, tak masalah.” Ainur mengibaskan tangan di depan wajah. “Lagi pula, kamu sudah menghabiskan waktu bekerja sebulan penuh. Apa salahnya meluangkan satu hari untuk jalan-jalan? Nak Dwiki tidak keberatan. Seharusnya, kamu senang.” Wanita paruh baya dengan daster motif batik itu berusaha membujuk Ranum.

Namun, Ranum tetap terlihat keberatan.

“Tak apa-apa kalau Ranum tidak bersedia. Jangan dipaksa, Bu,” ujar Dwiki berkomentar. Dia merasa tak enak, melihat bahasa tubuh yang diperlihatkan Ranum.

Namun, Ainur segera menggeleng. “Ranum pasti hanya malu. Maklum, Nak Dwiki. Putri saya belum pernah pacaran atau sekadar dekat dengan laki-laki.” Dia berusaha menjelaskan.

“Wah, gadis yang sangat langka untuk zaman sekarang. Apalagi, Ranum sangat cantik. Pasti banyak laki-laki yang menyukainya.” Dwiki terdengar sangat berhati-hati dalam bicara.

Ainur tertawa. Ibu dua anak itu terlihat jelas tengah berusaha mencairkan su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status