Share

BAB 5

Feyana membuka matanya perlahan, disambut oleh cahaya lampu yang terang dan suara bip-bip mesin monitor jantung yang teratur. Dia berusaha duduk, tapi tubuhnya menolak untuk bergerak. Badannya terasa sakit dan lemas, terutama di bagian perutnya. Dirinya memandang sekeliling, mencoba memahami di mana dia berada. Ruangan itu berbau desinfektan dan dipenuhi dengan suara-suara bisikan dan langkah kaki yang jauh.

“Bagaimana aku bisa ada di rumah sakit?” monolog Feyana pada diri sendiri.

Dirinya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Otaknya terasa kabur, namun ingatan samar tentang Randy yang menghajarnya secara membabi-buta berputar di kepalanya. Tendangan kasar Randy masih terasa membekas di tubuhnya yang ringkih. Feyana meringis sakit ketika tak sengaja menyentuh perutnya. Kini, pakaian Feyana pun sudah berganti dengan baju pasien.

“Randy,” gumamnya dengan suaranya yang serak. Air matanya menetes mengingat kekejaman suaminya itu. Feyana tak menyangka bahwa Randy bisa memperlakukannya sebegitu beringas.

Saat tengah meratapi kemalangannya, tiba-tiba pintu bangsal terbuka dan seorang pria masuk. Feyana sempat berpikir itu Randy dan merasa takut, namun ketika sosok itu makin dekat dirinya bisa lihat itu bukanlah suaminya.

“David?” ucapnya lirih tak menduga bahwa orang asing bernama David kembali membantunya.

David berdiri di sebelah bangsalnya dengan wajah datar. Namun bisa dilihat bahwa ada kekhawatiran dan iba dari sorot matanya.

“Sebenarnya dirimu suruhan siapa? Mertua dan suamiku tidak melakukannya.” Feyana lugas mempertanyakan kebingungannya pada David.

“Aku tidak diizinkan memberitahukannya padamu. Yang jelas, bukan berasal dari keluarga Randy. Coba ingat-ingat lagi, siapa kiranya yang rela menugaskan aku untuk menjagamu!” sahut David tanpa tersirat apapun, kaku dan datar.

Feyana mengernyitkan keningnya bingung untuk memikirkan siapa orangnya. Tak segera mendapat jawaban, ia memutuskan menyerah. “Tapi, apa maksudmu barusan untuk menjagaku?”

David menggelengkan kepalanya. “Ralat—aku hanya diminta mengamati. Namun karena kemarin Randy sudah kelewat batas, maka aku terpaksa turun tangan menghentikannya.”

“Lalu, di mana suamiku sekarang? Apa kau menghajarnya sangat parah?” tanya Feyana prihatin. Meskipun perbuatan Randy terlalu jahat padanya, dirinya tidak bisa marah pada suaminya itu. Ia akan sedih ketika tahu bahwa Randy sakit atau menderita.

David menghela nafas tak habis pikir mengetahui kepedulian Feyana pada Randy. Sudah jelas bahwa suaminya itu bukanlah lelaki baik untuknya, tapi masih saja mempertahankannya.

“Mungkin sekarang dia ada di rumahnya, sebab semalam usai aku menghajarnya hingga tak sadarkan diri langsung aku tinggal pergi. Keselamatanmu jauh lebih utama bagi aku,” jawab David dengan suara beratnya.

Mata Feyana melebar kaget mendengar jawaban David. “Astaga, pasti Randy akan mengamuk jika begitu.”

Tak buang-buang waktu, Feyana berusaha melepas selang infus di tangannya dan berganti pakaian di kamar mandi. Ia harus segera pulang dan menyelesaikan kesalahpahaman yang mungkin sudah membesar di rumah. Dirinya bahkan tak peduli dengan tetesan darahnya yang berasal dari bekas selang infus yang ia cabut paksa barusan.

David yang melihat Feyana tampak kacau begitu segera mencekal tangannya. “Apa yang dirimu perbuat? Memar dari pukulan Randy saja masih belum pulih. Dirimu masih harus dirawat lebih lama!” hentinya dengan tegas.

Cekalan David mengerat ketika Feyana berusaha melepaskannya. Ia tidak akan membiarkan Feyana pulang dalam keadaan seperti ini.

Feyana menyerah melepaskan cekalan David di tangannya. Dirinya menangis memohon agar David tidak menghalanginya seperti sekarang. “Aku perlu pulang. Aku tidak mau sampai Randy marah besar.”

David terlihat luluh melihat Feyana menangis. Ia tentu tak tega jika seorang wanita bersedih tepat di depannya.

“Baiklah, aku akan mengantarmu pulang.”

Ucapan David yang meskipun terdengar pasrah setengah hati sudah bisa membuat Feyana menghentikan tangisnya.

Dengan sedikit terseok, Feyana berjalan dipapah David menuju mobil yang sudah disiapkan di depan pintu keluar. Sebelumnya, David sudah lebih dulu mengurus administrasi Feyana dan membawa keluar mobilnya dari parkiran.

Selama di perjalanan hanya ada keheningan sebab Feyana yang sedang bergelung dengan pikirannya dan David yang tidak berkeinginan membuka topik pembicaraan. Sesekali David melirik Feyana untuk memastikan wanita itu baik-baik saja.

Feyana langsung turun dari mobil seusai David mematikan mesin mobilnya di depan pagar rumahnya keluarga Randy. Ia tentu tak mungkin berani masuk halaman sebab akan bisa menambah masalah jika keluarga di dalam sana mengira ada kedekatan antara dirinya dan Feyana.

Namun ketika Feyana sudah membuka pagar, ia malah berbalik mendekati mobil David. Sang empunya pun membuka kaca jendela untuk mendengar apa yang kiranya ingin disampaikan perempuan itu.

“Terima kasih sudah menolongku. Dan maaf jika ada sikapku yang tak mengenakkan untukmu serta merepotkan,” terang Feyana mencoba mengukir senyum hangatnya pada kebaikan David.

David tercenung membiarkan Feyana masuk ke dalam rumah mewah itu. Tiba-tiba degup jantungnya berubah tak karuan, namun segera ia tepis perasaan tak penting itu. Ia ditugaskan mengamati Feyana, bukan menaruh rasa pada putri majikannya.

Feyana yang baru masuk ke dalam rumah besar itu ternyata sudah ditunggu oleh Randy dan kedua mertuanya di ruang tamu.

“Baru pulang?—Bagaimana dengan kencanmu semalam?” sindir Randy yang membuat Feyana melotot kaget.

“Apa maksudmu?”

Randy terbahak mendengar pertanyaan Feyana yang sangat tak berguna itu. Sudah jelas Feyana selingkuh, masih tak mengaku. “Masih mau mengelak bagaimana lagi? Kemarin sudah kutangkap basah dirimu dengan selingkuhanmu itu. Usai menghajarku sampai babak-belur, kalian berdua pergi meninggalku di jalanan!” bentaknya yang berubah menatap sangar.

Randy berjalan mendekati Feyana dan menjambak rambutnya untuk ia seret menghadap kedua orangtuanya. Feyana ia sungkurkan begitu saja di kaki kedua orangtua Randy dengan tanpa kasihan.

“Ini hanya salah paham. Aku bisa jelaskan semuanya!” seru Feyana memohon keadilan. Dirinya kembali berucap dengan suara gemetar, “Randy lah yang semalam menghajarku. Lalu ada pria yang tak kukenal datang menolong. Dia hanya menolongku dari amukan Randy saja. Karena luka yang kualami, aku menginap di rumah sakit. Aku tidak mungkin berani selingkuh darinya! Tolong percaya padaku.”

Randy segera menggelengkan kepalanya lalu menarik Feyana untuk berdiri di sampingnya. “Jangan berani memutar-balikkan fakta! Pria selingkuhanmu itulah yang menghajarku lalu kalian meninggalkanku di sana,” sergahnya tak mau disalahkan.

Terjadi perdebatan antara Feyana dan Randy yang sama-sama tak mau disalahkan. Sedangkan kedua mertua Feyana yang melihat keributan di depan mata merasa pening melihatnya.

“Sudah cukup!” kata ayahnya Randy dengan alis menukik tajam.

Feyana menelan ludahnya susah payah saat melihat raut marah mertuanya itu. Sedangkan Randy mendesis kesal pada Feyana sebelum berjalan menuju meja kaca yang ada di depan orangtuanya.

“Cepat selesaikan dan usir wanita itu! Aku sudah muak dengan semuanya.”

Feyana membolakan kedua matanya ketika mendengar ucapan yang terlontar dari mulut ayah mertuanya. Belum selesai mencerna hal itu, wajah Feyana dilempar amplop coklat oleh Randy dengan cukup kasar.

Feyana mengambil amplop itu dengan enggan. “Apa ini, Mas?” tanyanya seraya melihat isi didalamnya.

“Tentu saja surat cerai. Kau tinggal bubuhkan tanda tangan dan biar kuurus perceraian kita secepatnya.” Randy menyahut datar lalu beranjak pergi ke kamarnya.

Feyana bergegas mengejar Randy namun oleh Anne dihentikan. “Pergi dari sini! Dirimu bukan lagi bagian dari keluargaku,” bentaknya seraya menyeret Feyana keluar dari rumah.

Anne masuk ke dalam dan beberapa saat kemudian keluar membawa tas Ialu membuang tas berisi pakaian Feyana di depan empunya. “Bawa juga pakaian kumal tak bergunamu itu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status