Share

DILAMAR

Lalu, ke mana Bapak?

Apa Ibu sengaja berbohong agar aku menemui Aa Hadi di sini?

Baru saja aku hendak berbalik, Aa Hadi memanggilku.

"Jani!"

"Heumm ...."

Aku berhenti dan diam sejenak.

"Aa mau ngomong."

"Ngomong aja atuh, A, itu juga lagi ngomong kan?" sahutku ketus.

"Duduk dulu!" pintanya.

Kuturuti permintaan dia untuk duduk dan bersiap mendengarkannya

"Kenapa?" Aku penasaran juga.

"Nikah, yuk!" jawabnya santai.

"Ish, ngajakin nikah kaya ngajakin main. Nikah itu 'kan bukan buat mainan!" seruku kesal.

"Terus maunya gimana, yang romantis? Aa kan nanya dulu, takut ditolak!"

"Belum usaha udah takut duluan, gimana sih?"

Mendengar ucapanku, Aa Hadi diam. Mungkin dia kesal mendengarnya.

"Aa nggak usah usaha macem-macem, Jani cuma bercanda kok!"

Aku mencoba meredam suasana. Kasihan mukanya melas begitu gara-gara kesal.

"Jadi Aa diterima?"

Ish, kenapa matanya jadi membulat dan tampak bersinar-sinar begitu?

"Nggak!" Mataku spontan meliriknya dan wajahnya kembali melas, mungkin dia bingung.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status