Share

22

Untung saja, lambat laun Ibas mau mengabulkan permintaanku untuk tidak memperkarakan ke jalur hukum. Aku juga merasakan apa yang dirasakan Isma. Pasti dia merasa kotor dan prustasi. Karena dahulu aku juga merasakannya.

Tapi apa boleh buat. Takdir bukan untuk ditangisi. Tapi, sebisa mungkin kita beradaptasi.

"Bas, Emak mohon. Berikan kesempatan ke dua untuk kakakmu agar dia bisa memperbaiki dirinya. Kalau kamu terus-terusan menyalahkan Romi, yang ada dia akan membuat kesalahan baru." Setelah sekian lama, aku baru mengeluarkan air mata di hadapan putra-putraku.

"Mungkin nanti, Mak. Karena untuk saat ini hatiku masih terasa sakit. Sebelum Isma kembali seperti dulu, menjadi dirinya yang mandiri dan selalu ceria, aku tak akan pernah menganggap Mas Romi kakakku." Begitu tajam mulut Ibas dalam mengecam. Hingga ulu hati ini terasa nyeri. Sekeras itu hati Ibas. Sampai tak bisa membuka sedikit celah untuk kakaknya sendiri.

Kupikir, setelah Isma berbadan dua dengan pria lain, Ibas akan meningg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status