"Sebenarnya apa yang kau lakukan dengan Panglima Nagarjuna, Sriti? Apa kau tidak tahu bahwa Udarati adalah Gunung yang suci?" Tanya Candrakanti akhirnya setelah selama ini begitu sedikit bicara pada Sriti."Apa urusanmu bertanya-tanya?" Jawab Sriti ketus."Tentu saja itu urusanku dan urusan kita semua. Keselamatan kita di Gunung ini adalah tergantung dari prilaku kita. Jangan melakukan tindakan-tindakan bodoh yang bisa mencelakai diri kita sendiri, atau bahkan orang lain yang ada bersama kita." Candrakanti menegaskan kata-katanya."Kau hanya cemburu saja, Kanti. Karena banyak orang yang mencintaiku, sementara kau hanya mendapatkan belas kasihan saja dari Kakang Jentra. Itupun hanya karena kebetulan kau melahirkan anaknya. Jika tidak, Kakang Jentra-mu itu akan lebih senang mendapatkanku daripada dirimu." Kata Sriti mencoba untuk memprovokasi Candrakanti."Itu yang membuatku malas bicara denganmu. Kakang Jentra tidak ada hubungannya dengan misi rahasiamu bersama Panglima Nagarjuna. Dan
Wiku Candavira menghela nafas panjang ketika menerima surat dari Sriwijaya. Ia melipat lontar itu dan menulis beberapa patah kata di lontar kecil yang diikatkan pada kaki Dlupak, burung dara kesayangannya. Ia kemudian menerbangkannya ke arah Timur."Magha!" Panggil Wiku Candavira. Seorang pemuda keluar dari kuthi tepatnya meditasi. Ia merupakan Bikku muda senior. Usianya belum genap dua puluh empat tahun namun sudah menjadi tangan kanan Candavira."Yah Guru." Jawabnya."Bisakah aku meminta tolong padamu?" Tanya Sang Wiku."Tentu Guru. Katakan saja apa yang kau ingin aku lakukan.""Dakilah Udarati dan bawalah Kalwang bersamamu." Kata Wiku Candavira."Tapi mengapa saya harus membawa Kalwang.Dia belum terlalu dewasa untuk mendaki Gunung, apakah tidak akan berbahaya?"Tanya Magha."Justru karena aku tahu dia masih kanak-kanak, dia harus menuntaskan pelajaran bela dirinya bersama Wiku Sasodara." Jawab Wiku Candavira."Lho bukannya selama ini Kalwang adalah murid guru. Dan pendidikan kanurag
Burung dara yang dikirimkan Wiku Candavira akhirnya sampai juga pada Wiku Sasodara. Perjalanan akhirnya ditunda untuk menunggu kedatangan Wiku Magha dan Kalwang. Karena penantian ini akan cukup lama, Wiku Sasodara akhirnya memutuskan untuk membuat beberapa gubuk yang bisa digunakan oleh anggotanya berteduh dari dinginnya hawa pegunungan dan hujan yang bisa datang tiba-tiba."Jadi, Wiku Candavira akan kembali ke Swarnabhumi?" Tanya Jentra."Ya benar sekali. Itu sebabnya aku merasa sangat kuatir. Orang-orang disekeliling Maharaja tidak semuanya baik. Maka aku sangat mengkhawatirkan keadaan Gusti Panukuh dan ibunya." Jawab Sasodara."Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mereka?" Tanya Gaurika dan Candrakanti."Kita hanya bisa mengawasi mereka dari sini. Tempat yang sangat jauh."Kata Rukma."Tapi kita bisa mengandalkan Wiku Magha, murid kesayangan Wiku Candavira. Kemampuannya dan Amasu tidak jauh berbeda. Bahkan ia sedikit lebih pintar dari Amasu." Kata Wiku Sasodara."Ah masa begitu sih?
Wiku Sasodara memeluk Kalwang saat akhirnya ia sampai di tempat, dimana Sang Wiku bermukim sementara. Wiku Magha-pun berpelukan dengan Amasu seakan ia sendiri merasa lega setelah menempuh perjalanan dengan berbagai kesulitan."Amasu, senang sekali melihatmu kembali. Begitu sulit menemukan kalian dengan menembus hutan yang luar biasa mengerikan. Untung ada Gagak milik Rukma yang menuntun kami sampai di tempat ini." Kata Wiku Magha bahagia."Ah, jangan merendahkan diri begitu Kakang Magha. Kesaktian dan kemampuan spiritualmu jauh melebihi aku. Jadi sudah pasti, kau akan mampu mengatasi semua kesulitan. Ayo duduklah dan hangatkan dirimu. Puaskan dahagamu dan makanan yang memang seadanya." Kata Amasu."Terima kasih Amasu. Aku hanya memiliki waktu sedikit, tapi baiklah ini akan menyemangatiku saat kembali ke Sadara. Oh ya Wiku Candavira menitipkan beberapa barang yang bisa menambah persediaan logistik kalian. Para Bikku yang menemaniku membawa beras, biji-bijian, gula aren dan garam." Kata
Pangeran Balaputeradewa sangat bahagia saat akhirnya Ganika melahirkan seorang putra untuknya. Namun banyak rumor yang meneror kehidupan Ganika saat upacara nama diberikan. Banyak orang menyebarkan isu-isu bahwa yang dilahirkan Ganika bukanlah putra Pangeran Balaputeradewa."Kau lihat, wajahnya sepertinya tidak mirip dengan Mahamenteri I Halu. Kalau soal tampan, bayi ini memang sangat rupawan, tapi hidung dan bibirnya sama sekali tidak mirip ayahnya."Pangeran Aswangga berbisik pada Rakai Racakana. Rakai Racakana hanya tersenyum. Namun Mpu Ghek Sang Pati menimpali dengan fitnah yang lebih keji lagi."Yang kudengar sebelumnya, putri Ganika ini telah menyerahkan kegadisannya kepada Pawana. Orang yang saat malam boyongan ke Walaing menyatroni kamar tidur Mahamentri I Halu, kemudian terbunuh."bisiknya disambut tawa terkikik beberapa bangsawan."Ya-ya, benar. Wajahnya begitu mirip dengan wajah orang yang terpenggal itu. Kurasa Pangeran Balaputeradewa telah ditipu." Rakai Gajameya menanggapi
"Karmika, karmika!" Teriak Pangeran Balaputeradewa. Ada kemarahan dalam suaranya."Hamba menghadap tuanku." Kata Karmika"Prajurit sandi macam apa kau ini? Menemukan Mpu Panukuh dan Mpu Kumbhayoni saja tidak becus. Malah Mpu Kumbhayoni dan anak buahnya datang dan menyusup untuk menyakiti putri Ganika, kau malah tidak tahu. Sungguh memalukan. Pada saat Jentra Kenanga memimpin tidak seperti ini kerja kalian. Mengapa sekarang tidak ada disiplin dan koordinasi yang jelas diantara pasukan sandi. Meskipun secara kedinasan aku memegang Walaing. Tetapi tidak berarti aku kehilangan kewenanganku di pasukan Sanditaraparan."Pangeran Balaputeradewa memarahi Karmika sebagai devisi sandi pengamanan Kerakyanan Walaing.Devisi Pengamanan Walaing tidak hanya bertugas mengamankan wilayah tersebut dari kemungkinan di serang musuh tetapi sekaligus juga sebagai pasukan kawal rahasia keluarga Rakai yang memimpin. Karmika sendiri sungguh merasa malu karena ia bisa kebobolan."Apa saja kerjamu dengan teman-tem
Wiku Magha mencari jalan memutar untuk menghindari para anggota pasukan sandi yang disebar oleh Pangeran Balaputeradewa. Ia mencium niat yang lain dari Mahamentri I Halu untuk meraih kekuasaan dan menekan kedudukan Maharaja. Wiku Magha juga mengerti bahwa satu-satunya senjata yang dapat dipakai untuk menekan Maharaja adalah Mpu Panukuh. Jika Mahamentri I Halu mampu menangkap Mpu Panukuh hidup-hidup maka ia bisa menggunakan calon Rakai muda wangsa Sanjaya itu sebagai bonekanya. Atau sebagai sandera untuk meraih dukungan."Gusti ayu!" Wiku Magha mengetuk pintu pelan.Lintang Sotya abdi dari Dyah Meitala-pun membuka pintu."Ah Lintang, apakah Gusti Ayu Meitala belum tidur?" Tanya Wiku Magha."Belum Wiku, namun sedang melakukan puja." Kata Lintang Sotya."Bisakah kau minta beliau untuk menemuiku sekarang. Ini sangat penting dan mendesak Lintang."kata Sang Wiku."Siapa yang datang, Lintang?" Terdengar suara yang sangat lembut dari dalam bilik."Hamba Gusti ayu. Wiku Magha." Jawab MaghaDyah
"Apa? Mereka membakar Tuk Mas."Teriak Wiku Sasodara tidak percaya."Gusti Panukuh...." Kelwang seketika jatuh terduduk."Apakah berita itu bisa dipercaya kakang Jentra?" Tanya Candrakanti"Gananendra mengirimkan pesan kepadaku. Perintah langsung turun dari Maharaja Samarattungga karena Maharaja mencurigai ada gerakan dari Walaing yang menyokong Tuk Mas berupa uang emas yang katanya untuk membeli senjata. Keberadaan Tuk Mas sendiri telah diberitahukan oleh seorang sandi yang langsung memberikan laporan kepada Maharaja." Jawab Jentra.Sasodara menahan amarah yang teramat sangat. Wajahnya memerah dan mata yang menyala. Jentra Kenanga sangat khawatir jika nanti Sang wiku mencapai puncak amarahnya, ia akan mengeluarkan seluruh kesaktiannya untuk meluluh lantakan Medang. "Sabarlah guru. Semua belumlah pasti benar. Para sandi yang bertugas di lapangan pasti hanya akan melaporkan keberhasilan mereka, karena mereka pasti berharap tidak dihukum. Namun saya tidak yakin Wiku Magha gagal menyelam