Share

MURKANYA SANG PANGERAN

Amasu bersujud di hadapan Pangeran Balaputeradewa dengan wajah menghadap ke lantai tanpa berani mendongak. Begitu juga dengan Rukma. Mereka berdua belum pernah melihat Pangeran Balaputeradewa semarah itu.

"Orang-orang Walaing kurang ajar! Beraninya memfitnahku di depan Maharaja. Dan itu semua karena kebohonganmu dan Jentra, Amasu!" Bentak Pangeran Balaputeradewa sambil menggebrak meja. Wajah tampannya yang putih susu memerah karena seluruh darah seperti dipompa naik ke kepala.

"Dan di mana si brengsek itu sekarang! Di mana?" Teriaknya hampir histeris

"Hamba....hamba...tidak tahu paduka. Tadi pagi kakang Jentra hanya berpamitan untuk latihan berkuda sebentar. Namun hamba tidak tahu ke mana."Jawab Rukma terbata-bata.

"Panglima Jentra menghadap!" Terdengar suara penjaga pintu. Di sertai terbukanya pintu aula besar.

Jentra menyerahkan pedang dan senjatanya pada pengawal penjaga pintu.

"Hamba menghadap Pangeran Balaputerdewa!" Kata Jentra sambil menyembah.

Namun kedatangan Jentra di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status