Share

Part 76

"Kau benar-benar marah?" tanyaku lagi. "Aku jadi takut makan masakan ibumu. Padahal aku sangat lapar." Aku membujuk dengan suara semanja mungkin.

Kudengar suara decih dari mulutnya, diikuti dengan tawa kecil. Lalu berbalik ke arahku dengan mata menyipit.

"Kau semakin handal dalam merayu," sindirnya.

"Tapi aku benar-benar lapar," rengekku. Dia kembali tertawa.

"Baiklah, lupakan masalah tadi. Ayo makan!"

Aku langsung tersenyum senang. Merasa kalau Ren memang tak bisa berlama-lama marah dan mengabaikanku.

Dia membantuku menyusun meja dan kursi untuk memulai jualan, memasang standing banner hingga membantu melayani saat para pelanggan datang membeli.

Petanyaan demi pertanyaan tak penting, dia lontarkan demi meluapkan kekesalan perihal masalah tadi. Kenapa aku sampai terlambat dan baru buka jam segini. Belum lagi sarapan yang terlewat karena aku kembali tidur saat dia menelepon tadi pagi.

Aku hanya mengucapkan kata maaf, dan maaf saja. Tak mau lagi dia merasa terbantah dan membuatnya kece
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status