Share

Karena Boneka Beruang

Bang Parlin nekad menyelam ke dasar sungai kecil tersebut. Dia memang sudah terbiasa di air. Akan tetapi tentu saja tidak ada, selain peralatan belum memadai. Air juga keruh. Tentu tak bisa melihat di dalam air.

"Kita tunggu saja mengambang," kata seorang aparat desa.

"Anakku masih hidup," aku berteriak kencang.

"Bu, kita harus bersiap menerima kemungkinan terburuk," katanya lagi.

Setelah sekitar dua jam di sungai yang lagi naik, kami akhirnya pulang tak ada hasil. Hari pun sudah mulai sore. Perahu karet itu terus berjalan menuju pulang melewati sungai kecil di pinggir sawit warga.

Kami berjalan pelan-pelan saja, sambil melihat kiri kanan, semua sudah seperti lautan saja. Banjir kali ini lebih parah dari banjir sepuluh tahun lalu.

"Bagaimana sapi, Pak, aman," tanya seorang pemuda.

"Heh, gak usah bicara sapi dulu, Anakku hilang," entah kenapa aku tersinggung.

"Maaf, Bu," jawab pemuda tersebut.

"Begini, Bu, menurut kronologi yang saya dengar, kemungkinannya ada tiga, satu, anak ibu be
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Nana Juliana
aduuh ..untung cantikkk selamat..
goodnovel comment avatar
Tempe
yg ckp udin bodoh itu, betul kata parlin. dia yg bodoh. duh, aku pun tak tahu tgk arus air. tak biasa di kampung.
goodnovel comment avatar
Tempe
allah. mujur ada si udin. cantik terselamat.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status