"A-apa?"
Yuriko begitu terkejut mendengar jawaban laki-laki itu. Dibayar mahal pun ia tidak sudi, apalagi kalau sampai digagahi secara cuma-cuma."Lepas, lepaskan saya! Saya mohon, Tuan. Di bar ini masih banyak wanita cantik dan biarkan wanita pas-pasan ini pergi," mohon wanita itu berusaha membujuk."Kalau sudah tahu wajahmu pas-pasan, kenapa kau mencari masalah denganku? Seharusnya kau terima saja tawaranku sebelumnya. Jadi, aku tidak perlu bersikap kasar seperti ini," sanggah laki-laki itu malas.Laki-laki itu terus menarik tangan Yuriko. Tidak peduli seberapa keras Yuriko berusaha melepaskan diri dan berontak karena tujuannya hanya satu yaitu membawanya ke kamar dan menyelesaikan rencananya."Tidak, Tuan. Lepaskan saya, saya mohon!" ujar Yuriko memohon dengan air mata yang sudah bercucuran deras membasahi wajahnya.Di sisi lain, Wolf sedang duduk bersandar di sofa sambil melipat kakinya. Beberapa jam yang lalu, Reza melaporkan tentang Yuriko yang mendapatkan pekerjaan di sebuah club malam.Malangnya, club malam itu terkenal ketidakramahan pengunjung. Sebagian besar pengunjung di sana merupakan pengunjung yang nakal. Jadi, Wolf merasa kali ini akan mendapatkan Yuriko sesuai keinginannya."Bagaimana, Pak? Apa kita perlu membantu Nona Yuriko?" tanya Reza.Pria itu melihat Yuriko digoda dan diseret ke dalam dengan cara paksa. Ia merasa perlu membantu, tetapi menunggu persetujuan dari bosnya."Tunggu dulu! Biarkan dia merasakan ketakutan dan putus asa terlebih dahulu. Setelah itu, kita akan datang membantunya seperti seorang pahlawan," sahut Wolf tersenyum menyeringai."Baik, Pak," ujar Reza tegas.Wolf menurunkan kakinya. Duduk dengan posisi tubuh membungkuk dan tangannya pun bergerak mengetuk-ngetuk meja. Pria itu terlihat seperti sedang menghitung waktu."Ayo, Za! Sudah waktunya kita bergerak," kata Wolf sambil beranjak berdiri."Tunggu, Pak!" cegah Reza terlihat khawatir."Ada apa?" tanya Wolf menatap Reza penasaran."Apa tidak sebaiknya Anda pergi sendiri?"Alih-alih menjawab, Reza justru balik bertanya. Sedangkan Wolf hanya bisa mengerutkan keningnya tidak mengerti. Bukankah Reza yang sudah tidak sabar ingin membantu Yuriko? Lalu, apa ini?"Jangan salah paham dulu, Pak. Saya hanya ingin Anda menjadi satu-satunya pahlawan bagi Nona Yuriko. Dengan begitu, Anda bisa meminta imbalan dengan menandatangani perjanjian kontrak pernikahan," jelas Reza panik. Ia takut Wolf marah karena salah paham."Aku mengerti," kata Wolf. Sepersekian detik kemudian, ia melangkah ke arah di mana Yuriko diseret.Dengan langkah besar, Wolf menyusuri lorong yang di samping kanan dan kirinya sebuah kamar. Ia berusaha menajamkan telinganya dan melihat sebuah kamar dengan pintu yang terbuka lebar. Baru saja hendak mendekat, pintu itu ditutup dengan kasar."Sepertinya aku datang tepat waktu," lirih wolf sambil tersenyum menyeringai.Pria itu melangkah ke depan dan berdiri tepat di depan pintu. Mengulurkan tangannya dan mengetuk pintu. Satu kali ketukan diabaikan, begitu pula dengan ketukan kedua dan ketiga. Lalu, ia mengumpulkan seluruh tenaganya dan menendang pintu sekuat tenaga.Debuman keras cukup membuat penghuni ruangan terkejut. Meski ruangan itu cukup gelap karena lampu yang menyala hanya lampu tidur, tetapi Wolf bisa melihat dengan jelas bahwa pakaian Yuriko sudah hampir terlepas. Robek sana sini dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Andai ia terlambat beberapa menit saja, mungkin kesucian Yuriko sudah terenggut."Sial! Siapa yang berani mengganggu kesenanganku?" umpat laki-laki yang menyeret Yuriko kesal.Wolf melangkah masuk dan laki-laki itu pun beranjak mendekat. Melihat betapa menyebalkan laki-laki itu membuat Wolf mengepalkan tangannya kuat-kuat dan melayangkannya ke wajah laki-laki itu."Beraninya kau!"Pria dengan aura dingin itu tidak bisa menahan kekesalannya lagi. Wanita yang ingin ia jadikan sebagai istri hampir dinodai dengan brutal. Padahal sebelumnya, ia begitu bersemangat karena rencananya menjebak Yuriko akan berhasil. Namun melihat bagaimana kondisi wanita itu saat ini, Wolf sangat menyesal karena tidak bertindak sejak awal."Siapa kau sampai berani mengganggu wanitaku?" Wolf memukuli laki-laki itu hingga membabi buta.Sementara itu, Yuriko bergerak menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Manik matanya yang mengabur karena air mata tidak bisa melihat dengan jelas sosok Wolf di sana. Ia hanya meringkuk ketakutan sambil menangis. Bahkan, telinganya seakan tuli dan tidak bisa mendengar ucapan Wolf pada laki-laki itu."Kenapa kau diam saja, huh?! Lihat saja! Akan aku hancurkan kau sampai ke akar-akar kehidupanmu," murka Wolf. Dalam satu kali hantaman, laki-laki itu terpental hingga tidak sadarkan diri.Setelah itu, Wolf menoleh ke belakang. Menatap Yuriko sendu dan langsung mendekat. Namun sayangnya, ia tidak disambut dengan baik."Aku mohon, jangan!" Yuriko pikir, Wolf pria tidak baik yang memperebutkannya untuk digagahi, "Berhenti di situ dan jangan mendekat," lanjut wanita itu histeris.Alih-alih membalas ucapan Yuriko, Wolf justru menarik paksa selimut yang Yuriko gunakan untuk menutupi tubuhnya. Hal itu membuat wanita itu semakin ketakutan."Aku mohon pergilah! Pergilah dan tinggalkan aku sendiri!" mohon Yuriko sesenggukan sambil memeluk lututnya.Wolf melepas jasnya dan melempar ke arah Yuriko. "Pakai ini," kata pria itu dingin.Sontak, Yuriko langsung meraih jas itu dan memakainya. Menyembunyikan tubuhnya dari pakaian yang sudah compang-camping. Sedangkan Wolf, pria itu berbalik dan melangkah ke arah pintu."Kenapa kau diam saja? Cepat bangun dan keluar!" Wolf menoleh ke samping karena tidak mendengar pergerakan apa pun dari Yuriko, "Apa kau menyesal karena aku menyelamatkanmu?" lanjut pria itu geram.Yuriko menelan salivanya kasar mendengar pertanyaan yang Wolf lontarkan. "Ti-tidak. Justru aku berterimakasih karena kau menolongku," balasnya sambil menatap punggung terlihat sangat lebar itu."Kalau kau merasa berterima kasih, cepat bangun dan keluar dari tempat kotor ini," ujar Wolf dingin."Ba-baik," balas Yuriko terbata.Jas Wolf cukup besar di tubuh Yuriko dengan panjang di atas lutut. Jadi, akan aman untuk keluar dari tempat itu tanpa perlu takut tubuhnya akan terekspos.Setelah keluar dari klub, Yuriko melihat Reza memberi hormat pada pria yang menolongnya. Ia cukup terkejut karena sejak tadi tidak melihat wajah Wolf dengan jelas ketika di kamar."Pak Reza? Bagaimana bisa? Apa jangan-jangan dia ... Pria yang menolongku ... Apa dia Pak Wolf?" lirih Yuriko bertanya-tanya.Reza membukakan pintu mobil untuk Wolf. Kemudian, ia mendekat ke arah Yuriko dan berkata, "Pak Wolf akan mengantar Nona pulang. Jadi, silahkan masuk ke mobil!""A-apa? Ja-jadi, Pak Wolf yang menolong saya?" tanya Yuriko memastikan."Iya, Nona. Apa Nona Yuriko bisa masuk ke dalam mobil sekarang? Saya takut kalau Pak Wolf harus terlalu lama menunggu," sahut Reza.Bertepatan dengan Reza meminta agar Yuriko bergegas masuk ke dalam mobil, Wolf menurunkan kaca mobil."Bisakah saya pulang sendiri saja?" pinta Yuriko tersenyum tidak enak pada Reza."Apa kau akan pulang dalam keadaan seperti ini di tengah malam begini?" tanya Wolf dingin dengan pandangan mata yang lurus ke depan.Yuriko menunduk menatap tubuhnya yang berbalut jas. "Ti-tidak, Pak. Saya akan masuk ke dalam mobil sekarang juga," balas Yuriko bergegas beranjak.Ia tahu maksud Wolf baik. Di tengah malam begini, tidak aman baginya untuk naik kendaraan umum. Lagi pula, tidak ada kendaraan umum di pukul satu malam. Yang ada hanya berandalan yang akan mengganggunya di jalan."Tunggu! Bisakah saya duduk di samping Pak Reza saja?" bisik Yuriko meminta. Ia benar-benar takut jika harus duduk di samping Wolf."Tidak bisa, Nona," tolak Reza menggeleng pelan."Baiklah," ujar Yuriko pasrah. Sambil menghembuskan nafas berat, wanita itu masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Wolf. Ia tidak bisa terlalu dekat dengan atasannya dan memilih memberingsut ke pintu."Cih! Kemarin kau begitu berani meninggalkanku di tengah pembicaraan yang sangat penting," batin Wolf tersenyum menyeringai melihat kaki Yuriko bergetar.Merasa ada yang memperhatikan, Yuriko melirik dan tatapan matanya bertemu dengan tatapan tajam Wolf
"Alasan kenapa kau bekerja paruh waktu di bar karena kau butuh uang untuk biaya rumah sakit. Benar bukan?" Wolf beranjak berdiri dan berjalan memutari meja mendekat ke arah Yuriko, "Aku akan menanggung seluruh biaya rumah sakit sampai nenekmu sembuh, asalkan kau mau menandatangani perjanjian kontrak pernikahan denganku. Bukankah sekali mendayung dua pulau langsung terlampaui?"Maksud dari ucapan Wolf adalah Yuriko bisa mengabulkan permintaan neneknya dengan menikahi Wolf dan ia juga bisa membiayai proses penyembuhan neneknya di rumah sakit.Mendengar ucapan Wolf, Yuriko mengangkat kepalanya menatap tajam manik mata pria itu. Lalu, ia beranjak berdiri dengan terburu-buru. Bukankah pria itu terlalu ikut campur urusan pribadinya? Apalagi sampai mengorek informasi pribadinya sampai sejauh itu."Saya memang butuh banyak uang untuk membiayai pengobatan nenek saya di rumah sakit, tapi sampai kapan pun saya tidak akan pernah menandatangani perjanjian kontrak pernikahan ini," balas Yuriko nyal
Dunia Yuriko seolah runtuh detik itu juga. Tulang-tulang di seluruh tubuhnya seakan berubah menjadi jelly. Meluruh begitu saja dan terduduk di lantai. Air matanya sudah menganak sungai membanjiri wajahnya.["Datanglah ke rumah sakit dan dokter yang akan menjelaskannya."Dengan tubuh yang terasa sangat berat, Yuriko beranjak berdiri. Meraih tasnya dan melangkah dengan langkah terseok-seok keluar dari ruangannya. Menyapu pipinya yang basah akan air mata. Masuk ke dalam lift dan keluar berpapasan dengan Wolf. Bahkan ia kembali menabrak pria itu. Bedanya, ia sama sekali tidak meminta maaf dan menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Wolf."Yuri kenapa? Kok, dia menangis," bisik Wolf dalam hati."Nona Yuriko kenapa ya, Pak? Menabrak Anda, tetapi tidak meminta maaf. Matanya merah dan wajahnya juga basah seperti sedang menangis," tanya Reza sambil menatap punggung Yuriko yang kian menjauh."Ikuti Yuri, Za!" ujar Wolf memerintah. Entah mengapa perasaannya berubah tidak enak. Dan, janjinya unt
Sementara Wolf terus bertanya-tanya, kakinya terus melangkah mengikuti Yuriko. Ia tidak mempedulikan para karyawan berlalu-lalang mulai kembali ke ruangannya masing-masing. Ia bahkan mengabaikan sapaan bawahannya dan terus menatap punggung Yuriko yang kian menjauh."Sepertinya rencanaku mengubah beberapa poin di surat perjanjian nikah kontrak memang benar," bisik Wolf sambil menahan senyumnya.Tidak jauh dari lift, Yuriko nampak ragu-ragu. Wanita itu ingin langsung pergi ke ruangan Wolf, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa nantinya. Akhirnya, ia masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka tiga puluh satu."Aku harus sampai ruanganku lebih dulu," bisik Wolf lekas berlari setelah melihat lift yang Yuriko naiki menuju ke lantai tiga puluh satu di mana ruangannya berada.Pria itu masuk ke dalam lift khusus direktur. Memencet tombol dengan tidak sabaran. Berjalan ke sana kemari memikirkan Yuriko keluar lift lebih dulu. Benar saja apa yang ia pikirkan. Ketika lift terbuka, ia melihat Yu
Wolf menghentikan langkahnya dan menatap tangannya juga Yuriko bergantian. Baru menikmati sentuhan tangan itu sudah harus dilepaskan. Akan tetapi, ia tidak boleh menuruti egonya dan membuat Yuriko membatalkan perjanjian nikah kontrak. Yah, meskipun perjanjian itu tidak akan mudah dibatalkan karena wanita itu sudah terlanjur menandatangani. Namun, tetap saja ia tidak ingin menghambat proses menjadi lebih dekat dengan Yuriko."Menurutmu, apa kita harus pergi ke kantor catatan sipil dulu?" tanya Wolf setelah berpikir sejenak."Untuk apa ke kantor catatan sipil?" Yuriko balas bertanya sambil mengerutkan keningnya."Tentu saja untuk mendaftarkan pernikahan kita," sahut Wolf malas."Astaga, Pak Wolf! Masalah itu bisa kita urus nanti. Yang paling penting sekarang urusan nenek saya. Sekarang kita harus pergi ke rumah sakit untuk menyelesaikan administrasi agar nenek saya bisa segera dioperasi," ujar Yuriko frustasi. Ia tidak tahu dengan cara berpikir pria itu. Hal yang mendesak seperti opera
"Ya, sangat. Saya sangat mencintai Yuri dan itulah alasan saya melamarnya. Oleh karena itu, restui saya menjadi suami Yuri," sahut Wolf mantap.Sejak dulu, Wolf tidak pernah main-main dengan cinta. Satu kali pria itu jatuh cinta, maka ia akan selalu mencintai wanita itu dengan sepenuh hati. Dan untuk Yuriko, seharusnya ia merasa bersyukur karena Wolf pria original. Belum pernah tersentuh oleh wanita mana pun karena ia belum pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun."Ya, ya, ya, nenek merestuimu. Semoga rencana yang kau susun untuk merebut hati Yuri berhasil. Hanya satu pesan nenek, jangan pernah sakiti hati Yuri dan yang paling penting jangan pernah menduakannya karena hal itu yang paling Yuri benci," ujar Nenek Yuana mengingatkan."Baik, Nek. Saya berjanji tidak akan pernah menyakiti hati Yuri dan tidak akan pernah menduakannya. Saya akan selalu mencintai Yuri sampai ajak menjemput," balas Wolf berjanji.Pembicaraan antara nenek dan calon cucu mantu berakhir. Yuriko kembali ma
"Pak? Pak Wolf, kenapa diam saja?" panggil Yuriko sambil mengayun tangannya di depan wajah Wolf."Kau tahu Theo, mantan asisten pribadiku?" Wolf balik bertanya setelah menoleh sekilas."Tentu saja. Siapa yang tidak kenal Bu Theo? Bahkan seluruh karyawan di perusahaan sering sekali membicarakannya," sanggah Yuriko seolah ia tahu segalanya tentang Theona.Sejak pertama kali Theona menjabat sebagai asisten pribadi Wolf. Terlebih, dengan seorang anak yang selalu dibawa ke kantor. Kehadirannya mampu mengguncang isi perusahaan. Banyak sekali yang berpikir bahwa Theona adalah istri Wolf dan anaknya juga anak Wolf. Banyak juga yang berkata bahwa Theona kekasih rahasia Wolf sampai memiliki seorang anak. Apalagi, mereka melihat sangat jelas bagaimana sikap Wolf terhadap wanita itu dan anaknya."Benarkah? Apa yang mereka bicarakan tentang Theo?" tanya Wolf penasaran."Bukan itu yang harus kita bahas, Pak Wolf. Yang seharusnya kita bahas adalah alasan, Pak Wolf, menikah kontrak dengan saya," sang
Pihak pertama boleh melakukan apa saja terhadap pihak kedua. Pihak kedua tidak boleh menolak apa pun keinginan pihak pertama. Pihak kedua akan tinggal di rumah pihak pertama. Pihak kedua harus menyiapkan sarapan dan makan malam di setiap harinya. Selain beberapa poin itu, masih banyak poin lain yang merugikan Yuriko."Maksud Pak Wolf apa? Kenapa tidak ada satu poin pun yang menguntungkan buat saya?" tanya Yuriko terkejut."Ini bukan salahku, Yuri. Kau sudah menandatangani perjanjian itu dan kau harus mematuhinya. Karena kalau tidak, kau harus mengganti sepuluh kali lipat dari jumlah uang yang sudah aku keluarkan," sanggah Wolf sambil menunjukkan seringaian tipisnya."A-apa? Sepuluh kali lipat?" terkejut Yuriko.Nyaris saja bola mata Yuriko melompat keluar karena terlalu terkejut. Jangankan sepuluh kali lipat, tanpa dilipat gandakan pun ia tidak akan pernah bisa membayarnya. Mungkin gajinya di perusahaan selama sepuluh tahun tetap tidak akan cukup."Ya, sepuluh kali lipat. Kalau kau ti