Share

Bu Harti Koma

“Tama ingin bertemu dengan neneknya,” ucap Kalandra dari sambungan telepon.

Arunika melirik sebentar ke arah Bu Harti yang masih terbaring dengan beberapa alat yang menunjang organ vitalnya, lalu mengembuskan napas.

“Apa tidak lebih baik Tama di rumah saja, Mas?” Tanya Arunika.

“Bunda...”

Arunika hampir menangis mendengar suara Tama. Rupanya ponsel Kalandra sudah berada di tangan bocah kecil itu.

“Iya, Sayang,” lirih Arunika.

“Tama mau lihat nenek.”

Arunika menarik napas dalam. “Baiklah. Nanti ikut Om dokter, ya.”

Arunika mematikan sambungan teleponnya ketika di seberang telepon Tama mengucapkan salam dengan riang. Anak itu belum paham, jika Neneknya sedang berjuang untuk tetap hidup.

Dokter yang menangani Bu Harti menyuruh agar Bu Harti tetap di ajak komunikasi, namun tubuh Bu Harti tetap tak merespons apa pun.

“Bu, Tama akan datang menjenguk,” ucap Arunika. Tangannya mengelus jemari Bu Harti yang sudah keriput termakan usia.

“Bangun, Bu. Kasihan Tama.”

Arunika menarik napas dalam.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status